Entah sudah berapa kali ketika berada di depan rumah, saya menjumpai truk kontainer hingga sederet bus pariwisata wira-wiri. Hal ini kemudian menjadikan pembenaran bahwa daerah rumah saya, Bangunjiwo, yang terletak di Kabupaten Bantul, sibuknya hampir setara wilayah lain di Kota Jogja. Namun, apa iya saya dan warga Bangunjiwo lainnya masih harus dihadapkan dengan infrastruktur yang gini-gini saja setiap tahunnya?
Sekarang ini Bangunjiwo Bantul boleh dibilang sudah menjelma menjadi sangat modern. Banyak perumahan dibangun di sini. Warung makan dan kafe menjamur tiap beberapa meter. Bahkan toko retail dan gudang paket saja ada di sekitar sini. Makanya menurut saya, sudah sepantasnya infrastruktur di daerah ini lebih diperhatikan.
Daftar Isi
Jalan di Bangunjiwo Bantul harus diperbaiki
Pertama yang harus diperhatikan adalah masalah jalan. Entah berapa kali di depan perumahan yang cukup megah, saya masih harus berhadapan dengan genangan air ketika hujan melanda. Ketika hendak menurunkan kaki dari motor, saya selalu kepikiran, kalau kaki saya turun, basahnya seberapa, ya? Tapi, kalau nggak menurunkan kaki, keseimbangan bisa oleh kalau pengendara lain seenaknya memacu kendaraannya saat melewati genangan. Saluran air yang nggak jalan dan menciptakan genangan di jalan ini seharusnya menjadi perhatian pihak-pihak terkait, lho.
Selain itu, saya juga masih menjumpai batu-batu yang berserakan setelah pembangunan dan memakan ruas jalan. Masalahnya, jalan di daerah Bangunjiwo ini terbilang sempit dan kecil. Jelas sudah nggak sepadan dengan volume kendaraan yang makin meningkat. Kalau ada bebatuan yang berserakan dan memakan ruas jalan, apa nggak bikin arus lalu lintas tersendat?
Beberapa kali saya harus mengorbankan ban sepeda motor saya melindas jalan yang penuh batu besar. Yah, daripada lewat jalan mulus tapi mepet dengan kendaraan besar dari arah sebaliknya. Rawan kecelakaan, Gaes!
Baca halaman selanjutnya: Seharusnya pelebaran jalan …
Seharusnya pelebaran jalan diprioritaskan di sini
Saya selalu berpikir, memang sudah seharusnya Bangunjiwo Bantul diprioritaskan untuk proyek pelebaran jalan. Selain karena arus kendaraan yang cukup padat, sebenarnya daerah ini juga jadi arus lalu lintas untuk kawasan wisata, lho. Misalnya kamu mau ke sentra gerabah Kasongan atau Goa Selarong, kamu harus melewati daerah ini. Yakin nih dinas-dinas terkait belum mau mengadakan pelebaran jalan dalam waktu dekat di sini?
Saya pernah lho mengklakson pengendara yang baru saja mau melanjutkan perjalanan setelah mengisi bahan bakar eceran. Saya terpaksa membunyikan klakson menyuruh cepat-cepat karena ruas jalan yang tersisa tinggal sedikit, sementara dari arah berlawanan ada kendaraan lain yang melaju. Belum lagi ketika harus berhadapan dengan truk muatan yang lajunya lumayan cepat padahal medan jalan di daerah ini kan terbilang buruk, wah, makin nyaring saja bunyi klakson yang terdengar.
Minim lampu penerangan jalan
Masalah ketiga yang bisa kita jumpai di Bangunjiwo Bantul adalah lampu penerangan jalan yang minim. Ini masalah paling berisiko, sih. Nggak mungkin dong sebagai pengendara yang kadang pulang malam, kita harus mengandalkan lampu sorot kendaraan yang terangnya nggak seberapa itu? Mau sampai kapan warga Bangunjiwo harus berdamai dengan kondisi seperti ini?
Sudah gitu beberapa waktu lalu saya mendengar kabar klitih yang lokasi penangkapannya hanya berjarak 10 menit dari tempat tinggal saya. Ampun deh, nggak cuma infrastrukturnya yang wajib dibenahi, keamanan daerah ini juga perlu ditingkatkan. Sebagai warga, wajar dong kalau saya cemas dengan hal-hal ini.
Begitulah kegelisahan saya akhir-akhir ini soal Bangunjiwo Bantul. Menurut saya, kalau sudah banyak permukiman bahkan perumahan elite, toko, warung makan, kafe, dll., sudah sepantasnya infrastrukturnya diperhatikan. Jangan asal buat tapi nggak memperhatikan masalah yang timbul. Kalau infrastruktur seperti jalanan dan lampu penerangan ada, kan bukan cuma menunjang keamanan berkendara warga sekitar, tapi juga meningkatkan potensi kunjungan wisatawan.
Coba bayangin kalau Kabupaten Bantul ramainya lama-lama setara dengan Kota Jogja. Nggak cuma Bangunjiwo, misalnya Jalan Gatak yang katanya Mas Prabu Yudianto disebut one stop shopping itu diperbaiki infrastrukturnya, apa nggak bakalan mirip sama Jalan Magelang nantinya? Kalau semakin ramai, Bantul pun makin tersohor nggak cuma karena hal-hal anehnya saja.
Penulis: Cindy Gunawan
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.