Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Bakso Pecel dan Soto Pecel Menandakan Kuliner Banyuwangi Bergizi Seimbang

Elisa Erni oleh Elisa Erni
17 Februari 2021
A A
Share on FacebookShare on Twitter

 Jika pecel biasanya dipadukan dengan nasi putih, lodeh, rempeyek, dan rupa-rupa lauk lainnya, di Banyuwangi nyatanya pecel sering dijodohkan dengan makanan berkuah seperti bakso dan soto. Jika dikawinkan dengan bakso, namanya menjadi “bakso pecel”. Begitu pun ketika dihujani dengan kuah soto, menghasilkan olahan baru bernama “soto pecel”. Kuliner Banyuwangi yang satu ini memang sering dituduh aneh.

Ya gimana nggak aneh, lha wong pecel sendiri berupa sayuran yang direbus dan ada sambel kacangnya. Apa tidak luber ke mana-mana jika disatukan dengan makanan berkuah? Tapi, justru itulah yang akan menimbulkan sensasi rasa baru, yang kemungkinan belum pernah kalian rasakan sebelumnya.

Saya tidak tahu bagaimana asal-usul dari kedua produk makanan yang sedikit ganjil itu, yang jelas dua jenis makanan tersebut banyak dijual di warung makan daerah sebagai kuliner Banyuwangi. Jangankan di warung, dulu ketika saya masih TK dan SD, bakso pecel adalah salah satu kudapan favorit yang dijual di kantin sekolah. Bagaimana tidak, harganya yang murah meriah yaitu Rp100 perak per bungkus plastik kecil dan Rp500 perak per satu mangkok plastik sedang, menjadikan makanan ini paling dicari untuk membungkam suara perut yang keroncongan. Jangan tanya gimana cara makannya pas dibungkus plastik! 

Padahal jika ditilik dan diingat-ingat kembali, rasanya kurang pas jika bakso pecel di kantin SD saya dulu disebut sebagai “Bakso Pecel”. Lha wong isinya hanya sayur-sayuran dan tauge rebus, bihun, saos, kecap dan sambal kacang, terakhir diguyur dengan kuah bakso. Tidak ada unsur bakso bulat atau paling tidak cilok di dalamnya, paling mentok hanya dikasih irisan tahu isi kanji jika beli Rp300 hingga Rp500 perak. Meskipun demikian jangan ditanya larisnya kayak apa.

Kuliner Banyuwangi yang benar-benar bisa dikatakan sebagai “Bakso Pecel” biasanya berupa sayur-sayuran hijau dan tauge yang direbus. Paling enak kalau menggunakan sayur kangkung, kemudian disajikan di dalam mangkuk dan dikucuri dengan sambal kacang kental, ditambah bihun, pentol sapi, lantas diguyur dengan kuah bakso panas. Jika penjualnya sedikit niat jualan biasanya akan ditambahkan irisan seledri dan bawang goreng di atasnya. Kita bisa menikmatinya dengan menambahkan saos dan kecap sesuai selera.

Jangan pernah bertanya rasanya seperti apa, sebab benar-benar sulit digambarkan secara oral apalagi visual. Perpaduan antara sambel pecel yang bercampur dengan kuah bakso akan memberikan sensasi hangat dan creamy. Belum lagi dengan adanya sayuran rebus, maka akan menambahkan tekstur baru “kres kres” di dalam hidangan bakso. Selain itu adanya sayur rebus juga akan men-tone down rasa bakso yang cukup kuah. Ceileh, saya udah kayak Chef Renata aja. Tapi, memang benar, dengan adanya sayuran rebus di dalam hidangan bakso maka si sayur akan membantu mengurangi rasa enek dan monoton pada bakso itu sendiri.

Untuk “soto pecel” prinsip dasarnya hampir sama dengan “bakso pecel”, akan tetapi sajian soto pecel juga cocok dimakan dengan nasi. Komposisinya adalah nasi, ayam suwir, bihun, bawang goreng, dan daun seledri, pokoknya seperti soto pada umumnya. Kemudian ditambahkan kulupan alias sayur rebus, dibubuhi sambal kacang di atasnya, dan selanjutnya diguyur dengan kuah soto panas yang kaya akan rempah. 

Jika langsung dimakan, kalian akan mendapatkan sensasi creamy dan light pada kuahnya. Akan tetapi jika kalian ingin ada rasa manis atau sedikit asam, bisa ditambahkan kecap dan saus. Yang pasti rasanya juga tak kalah enak dengan bakso pecel, apalagi dinikmati di musim hujan seperti sekarang ini.

Baca Juga:

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

Dari kedua kuliner Banyuwangi tersebut saya berspekulasi bahwa masyarakat setempat sadar akan pentingnya gizi seimbang pada suatu hidangan. Bagaimana tidak, bayangkan saja jika sajian bakso tadi dimakan tanpa menggunakan rebusan sayur pada pecel? Apakah ada kandungan mikronutrien dan serat di dalam hidangan bakso? Tentu tidak. Salah satu sumber nutrien dan serat adalah buah dan sayur. Jadi, ketika dimakan dengan pecel, sajian bakso memiliki gizi yang lebih seimbang. Mulai dari karbohidrat yang bersumber dari adonan tepung bakso, protein dan lemak dari daging sapi, dan serat plus vitamin dari sayur-sayuran pada pecel. Lengkap bukan?

Begitu juga dengan si “soto pecel”. Jika kita makan soto biasa, isinya pasti sudah bisa ditebak dan komposisi sayurnya juga bisa dikatakan sangat minim. Paling pol juga tauge mentah yang jumlahnya juga nggak banyak-banyak amat, kalau kebanyakan rasanya juga aneh. Nah, soto pecel ini menurut saya adalah salah satu solusi menikmati soto dengan gizi yang tetap seimbang. Kandungan karbohidrat berasal dari si nasi, protein dan lemak dari daging ayam atau kadang dibubuhi telur rebus, serta kebutuhan serat dan mikronutrien berasal dari si sayuran pada pecel. Sempurna bukan? Silahkan mencoba kuliner Banyuwangi kebanggaan ini.

BACA JUGA Santet Banyuwangi Ternyata Kalah sama Pesona Bupati dan artikel Elisa Erni lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 17 Februari 2021 oleh

Tags: BanyuwangiKulinersoto
Elisa Erni

Elisa Erni

Penulis puisi, esai, dan apapun.

ArtikelTerkait

Gaya Orang Pekalongan Menyantap Nasi Megono yang Tak Kalah Ribet dari Soto dan Sushi

Gaya Orang Pekalongan Santap Nasi Megono yang Tak Kalah Ribet dari Soto dan Sushi

13 Februari 2020
5 Kuliner Purwokerto yang Dilirik Wisatawan, tapi Justru Dihindari Warga Lokal Mojok.co

5 Kuliner Purwokerto yang Jarang Disantap Warga Lokal, bahkan Dihindari

28 Juli 2025
Alas Purwo Banyuwangi Itu Nggak Semenyeramkan Itu kok, Kalian Aja yang Lebay

Alas Purwo Banyuwangi Itu Nggak Semenyeramkan Itu kok, Kalian Aja yang Lebay

9 Oktober 2023
Soto Pak Sabar Montongsari Weleri: Rasa Sotonya Tawar, Rasa Tehnya Ambyar Mojok.co

Soto Pak Sabar Montongsari Weleri: Rasa Sotonya Tawar, Rasa Tehnya Ambyar

6 Mei 2024
growol makanan khas kulon progo mojok

Growol, Makanan Khas Kulon Progo dengan Aroma yang ‘Unik’

2 September 2021
8 Kuliner Kudus yang Patut Dicicipi kalau Lagi Main ke Kota Kretek Terminal Mojok

8 Kuliner Kudus yang Patut Dicicipi Saat Main ke Kota Kretek

28 Juli 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025
Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo Mojok.co

Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo

14 Desember 2025
Drama Puskesmas yang Membuat Pasien Curiga dan Trauma (Unsplash)

Pengalaman Saya Melihat Langsung Pasien yang Malah Curiga dan Trauma ketika Berobat ke Puskesmas

14 Desember 2025
Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.