Bagi Saya, Menstruasi dan Tidak Puasa di Bulan Ramadan Itu Nggak Enak! #TakjilanTerminal37

Bagi Saya, Menstruasi dan Tidak Puasa di Bulan Ramadan Itu Nggak Enak! #TakjilanTerminal37 terminal mojok.co

Bagi Saya, Menstruasi dan Tidak Puasa di Bulan Ramadan Itu Nggak Enak! #TakjilanTerminal37 terminal mojok.co

Setiap kali menstruasi datang di bulan Ramadan, para kakak laki-laki saya sering kali berkata bahwa saya beruntung karena bisa libur sebentar dari rutinitas puasa. Beberapa teman laki-laki juga sering kali melontarkan pernyataan serupa akan keistimewaan yang dimiliki oleh perempuan di bulan Ramadan. Apalagi, di bulan Ramadan tahun ini, cuaca memang sedang panas-panasnya.

Padahal, kalau boleh jujur, sih, tidak puasa di bulan Ramadan itu nggak enak, lho. Nggak semenyenangkan seperti yang dipikirkan oleh kaum laki-laki. Malah sebaliknya, tidak puasa membuat saya ketambahan banyak tugas yang merepotkan serta hal-hal menyebalkan lainnya yang cuma saya rasakan saat nggak berpuasa.

#1 Mendapat mandat untuk mencicipi masakan

Saat nggak berpuasa, salah satu hal menyebalkan yang saya rasakan adalah diminta untuk mencicipi rasa masakan. Bagi saya, ini adalah tugas yang maha berat. Lebih berat daripada tugas untuk menyelesaikan skripsi dalam tenggat waktu dua bulan. Bayangkan saja, rasa masakan yang akan dicicipi oleh orang-orang sekeluarga saat akan berbuka puasa nanti semuanya bergantung pada lidah saya—yang kualitas dan integritasnya perlu dipertanyakan.

Pasalnya, bagi saya semua rasa masakan itu enak, paling mentok ya cuma kurang garam dan penyedap rasa. Berhubung saya nggak pandai memasak, jadi sebisa mungkin saya menghargai orang-orang yang sudah bersusah payah dalam masak-memasak dengan mengatakan bahwa masakannya enak. Tentu saja hal ini sering kali menjadi bumerang.

Saat waktu berbuka puasa tiba, orang-orang rumah sering komplain. Kolak yang menurut saya rasanya sudah pas, ternyata kurang manis. Sayur yang bagi saya rasanya pas, ternyata keasinan—meskipun berdasarkan pembelaan saya, keasinan kalau dicampur dengan nasi ya pasti pas. Makanya daripada diminta mencicipi masakan, saya lebih suka disuruh ngepel lantai rumah saja.

#2 Makanan sisa orang-orang sahur

Di keluarga saya terdapat aturan tidak tertulis selama bulan Ramadan bahwa kegiatan masak-memasak hanya boleh dilakukan satu kali, yaitu di siang hari. Saat siang hari tersebut, nasi dan lauk pauk untuk berbuka dan sahur dimasak bersamaan. Saat sahur nanti, hanya perlu menghangatkan saja. Jadi, capeknya hanya sekali.

Nah, bagi saya yang nggak ikut puasa, tentu saja ini malapetaka. Nasi dan lauk yang saya konsumsi di pagi hari biasanya adalah sisa-sisa dari saat sahur yang tentunya sudah agak dingin, jumlahnya terbatas, dan bikin nggak selera makan. Mau nekat buat masak lagi, kok rasanya nggak enak dengan orang-orang sekitar.

#3 Susah nyari tempat buat makan

Masalah paling krusial yang saya rasakan saat nggak ikut puasa di bulan Ramadan adalah susahnya nyari tempat buat makan. Pasalnya, meskipun dapur dan rumah saya terpisah, tetap saja saya nggak bisa leluasa makan. Apalagi, saya memiliki keponakan yang saat ini sedang gencar-gencarnya berlatih untuk puasa. Tentunya bikin saya makin susah untuk makan dan berasa lagi main kucing-kucingan dari orang rumah.

Selain itu, saya juga masih harus berusaha untuk menyesuaikan waktu makan agar sebisa mungkin waktunya nggak bentrok dengan orang-orang rumah yang akan memasak. Makanya, saya kadang sering skip makan siang karena nggak enak sama orang-orang rumah.

#4 Tugas domestik makin banyak

Entah mengapa sebagian besar orang menganggap bahwa orang yang tidak puasa itu punya energi tak terbatas karena bisa makan dan minum sepuasanya. Berbeda dengan mereka yang puasa. Makanya, setiap kali saya nggak ikut berpuasa, tugas domestik saya malah bisa nambah dua kali lipat.

Jika sebelumnya saya hanya kebagian tugas mencuci baju dan menyapu halaman rumah, saat saya tidak puasa tugas saya bisa nambah dengan menyapu lantai, mengepel, dan mencuci piring. Terkadang malah harus menyikat kamar mandi. Kalau protes, sering muncul jawaban yang nggak terbantahkan, “Ya kan kamu nggak puasa, bisa makan kalau lapar dan minum kalau haus.”

Helaaah, dikira orang yang tidak puasa itu nggak bisa capek kali, ya.

#5 Harus mengganti di bulan-bulan lain

Jujur saja, harus mengganti puasa di bulan lain adalah hal yang berat bagi saya. Pasalnya, selain saya sering kelupaan punya utang puasa berapa, harus berpuasa sendirian di tengah-tengah orang yang tidak puasa itu semacam tantangan tersendiri. Belum lagi harus nyari-nyari waktu longgar di tengah-tengah padatnya jadwal kerjaan.

Maka, nggak salah deh kalau banyak teman-teman perempuan saya yang justru utang puasa dari bulan Ramadan sebelumnya belum sempat kebayar hingga sampai di bulan Ramadan tahun berikutnya. Parah, kan, ya.

#6 Melewatkan waktu-waktu penting di bulan Ramadan

Ada banyak momen-momen yang terlewat saat tidak puasa karena menstruasi. Misalnya saat pertama kali puasa, Tarawih, sahur, dan berbuka pertama kali. Atau ketika menstruasi datang justru di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan yang merupakan waktu paling pas untuk mencari malam Lailatul Qadar. Dan yang paling bikin nyesek, menstruasi yang justru datang di malam takbiran, beberapa jam sebelum saalat Idul Fitri dilaksanakan. Beneran bikin nangis.

*Takjilan Terminal adalah segmen khusus yang mengulas serba-serbi Ramadan dan dibagikan dalam edisi khusus bulan Ramadan 2021.

BACA JUGA Geliat Info Mokel sebagai Ajang Silaturahmi Mereka yang Tidak Puasa. #TakjilanTerminal31 dan tulisan Siti Halwah lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version