Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Awas, Punahnya Genderuwo Adalah Ancaman Serius bagi Tatanan Kehidupan Kita!

Bachtiar Mutaqin oleh Bachtiar Mutaqin
31 Januari 2021
A A
genderuwo film horor mojok.co

film horor mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Tempo hari seorang teman mengirimkan tautan berita melalui grup Whatsapp. Iya, grup WhatsApp yang merupakan sumber segala macam hoax itu. Yang katanya juga membocorkan data-data penggunanya koyo kowe-kowe kuwi. Dia memberikan preambule, “Ati-ati lurd, kiamat sudah dekat”, sebelum membagikan tautan berita.  Judul beritanya mayan menarik buat jadi clickbait: Akibat Maraknya Tambang, Genderuwo di Tuban Terancam Punah. Di bawahnya ada foto hutan dengan preset yang kelam. Menurut caption, foto itu adalah ilustrasi hutan angker di Jawa Timur. Bulu kuduk saya langsung bergidik melihatnya. Ngeri wes pokoke, tenan ra ngapusi.

Saya membaca artikel tersebut dengan seksama, kata demi kata, tidak boleh ada yang terlewat. Dalam artikel tersebut diuraikan bahwa para genderuwo sudah tidak punya rumah gara-gara tempat tinggalnya dijadikan tambang. Setelah selesai membaca, kekhawatiran saya jadi meningkat. Benar, kiamat sudah dekat. Saya jadi ngeri membayangkan dampak yang mungkin muncul jika genderuwo benar-benar punah, hilang dari muka Bumi.

Lho kok jadi serius gini bahas genderuwo? Lha ya gimana nggak serius. Sudah bukan rahasia lho kalau masyarakat Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, punya banyak kearifan lokal terkait dengan dedemit. Kalau Anda memang masyarakat lokal asli—termasuk Jakarta ya, jigur ik—Anda pasti bisa menyebutkan minimal satu pantangan dan efeknya jika dilanggar.

Jangan pipis di bawah pohon besar, nanti manukmu bisa bengkak. Jangan keluar rumah saat adzan magrib, saat sandekala, nanti diculik wewe gombel. Jangan pergi ke Pantai Selatan pakai baju hijau, nanti dibawa sama Nyi Roro Kidul. Jangan makan sambil tiduran, nanti berubah jadi ular. Dan masih banyak lagi jangan-jangan lainnya. Sungguh hidup yang penuh ancaman.

Lalu hubungannya apa sama berita genderuwo tadi? Who lha ya jelas ada to yo, gitu aja kok nggak paham. Kalau saya egois, sakjane bisa saja ta jawab, “Ora kabeh-kabeh kowe kudu ngerti”, tapi ini sangat penting untuk saya utarakan supaya tidak terjadi kekacauan di muka Bumi, khususnya di masyarakat kita yang sudah madani plus four point zero ini.

Saya ambil contoh ya. Pertama, punahnya para dedemit dapat menjadikan masyarakat kita tidak lagi taat dan jadi seenaknya sendiri. Mereka akan memulai kebiasaan lama, buang air kecil di bawah pohon besar. Kenapa kok harus pohon besar? Ya biar manukmu iku nggak kelihatan lah. Nek pipis di bawah pohon kates, apa yang mau mbok tutupi?

Akibatnya apa? Selain bisnis toilet umum di SPBU jadi nggak laris, tentu saja kualitas air yang biasa kita pakai mandi, masak, nyuci juga bisa terganggu. Kok bisa? Di bawah pohon besar itu biasanya ada mata air, kalau kamu pipis di mata air njuk gimana kira-kira? Tapi, kan kita kalau cuma dikasih tahu gitu ya tetep bakal ngeyel. Beda kalau diancam jadi bengkak.

Kedua, punahnya dedemit—termasuk genderuwo—dapat memicu sepinya masjid, putus sekolah, dan yang paling ekstrem, retaknya mahligai rumah tangga. Coba Anda bayangkan, alasan valid apa yang bisa digunakan untuk melarang orang keluar rumah dan beraktifitas saat magrib? Nggak ada. Apalagi bagi kawula muda dan aktivis, semakin ngawu-awu le kelayapan. YOLO man!

Baca Juga:

Kopi Akan Segera Punah dan Penyebabnya Adalah Kita Sendiri!

5 Kuliner Surabaya yang Terancam Punah

Masjid-masjid bisa jadi makin maju shafnya. Saat magrib, semua orang masih di warung kopi, di pantai, sibuk memuja senja. Tidak ada lagi kehangatan dalam rumah tangga. Semua anggota keluarga sibuk dengan urusannya masing-masing di luar rumah. Pukul enam sore lampu rumah belum nyala, program wajib belajar 7-9 malam muk lamis. Rumah cuma buat numpang tidur.

Ketiga, ketiadaan dedemit berpotensi menambah banyaknya korban jiwa yang terseret arus balik alias rip current ketika bermain air di pantai selatan. Di Jogja, wisatawan yang berkunjung di pantai Parangtritis, Parangkusumo, dan Depok itu luar biasa lho! Tercatat ada lebih dari 2,7 juta menungso yang mengunjungi Parangtritis pada 2017. Bisa jadi tugas tim SAR akan makin berat, mencari dan menolong orang-orang nguweyel yang terbawa arus balik. Apalagi kalau mereka pada pakai baju hijau.

Bayangkan saja, dari foto udara yang diambil oleh Badan Informasi Geospasial, pada bulan Februari 2020 ada setidaknya 20 titik lokasi arus balik di kawasan Parangtritis, di pantai yang bentuknya seperti bulan sabit. Dan itu lokasinya bisa berubah tergantung musim. Bukan musim mangga atau musim durian jigur eak. Tapi, musim Barat ketika angin bertiup dari utara dan musim timur ketika angin bertiup dari Australia. Lak yo blaik to…

Ketika masih ada dedemit, pengunjung pantai tentunya punya alasan logis bin rasional untuk tidak nekat mandi dan memakai baju hijau di pantai. Kalau terbawa arus balik kan jadi muk ngrepoti tim SAR. Rumangsanya kenapa kok nggak boleh pakai hijau di pantai selatan? Ya biar gampang le nyari kalau kalian terbawa arus balik. Itu pelampung warnanya oranye bukan cuma buat gaya-gayaan! Hih, gemes aku tu.

Jadi gimana? Udah nggak bisa ketawa melihat persoalan punahnya dedemit ini kan? Udah nggak menganggap ini sebagai cuma lelucon bapack-bapack di WA grup kan? Kandyani og, ancaman serius ini. Jangan sampai hidup jadi kacau balau gara-gara nggak ada dedemit. Masyarakat kita masih butuh cerita-cerita dan ancaman dedemit untuk jadi lebih tertib menuju Indonesia Emas 2045! Save dedemit for a better life!

BACA JUGA Kok Bisa ya Arwah di Film Horor Itu pada Sakti?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 30 Januari 2021 oleh

Tags: genderuwokelestarian alampunah
Bachtiar Mutaqin

Bachtiar Mutaqin

Bapak-bapak yang malas mandi.

ArtikelTerkait

Kopi Akan Segera Punah dan Penyebabnya Adalah Kita Sendiri!

Kopi Akan Segera Punah dan Penyebabnya Adalah Kita Sendiri!

14 November 2023
5 Hal yang Bikin Pendatang Melongo Saat di Solo

5 Kuliner Khas Solo yang Terancam Punah

11 Juli 2022
5 Kuliner Surabaya yang Terancam Punah Terminal Mojok

5 Kuliner Surabaya yang Terancam Punah

13 Juli 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.