4 Aturan Tidak Tertulis Tinggal di Kos Campur biar Nggak Ada Drama

4 Aturan Tidak Tertulis Tinggal di Kos Campur biar Nggak Ada Drama

4 Aturan Tidak Tertulis Tinggal di Kos Campur biar Nggak Ada Drama (unsplash.com)

Kos campur memang sudah bukan hal asing lagi, terlebih di kota-kota besar. Pasalnya, konsep tempat tinggal sementara semacam ini, dianggap lebih menawarkan fleksibilitas dan kepraktisan bagi banyak perantau, entah itu mahasiswa atau pekerja. Namun, seperti di tempat lain, menyewa kos campur bukan lantas artinya bebas leluasa sesuka hati.

Ada sejumlah aturan tak tertulis yang kalau dilanggar, bisa-bisa bikin hidup nggak tenteram. Uniknya, ini bukan soal larangan pacaran atau tamu yang datang, lho. Aturan ini lebih ke etika dasar yang sering kali terabaikan dan rentan memicu gesekan antarpenghuni kos. Nah, supaya hidup tenang tanpa drama, ada baiknya tahu apa saja yang wajib dan anti dilakukan saat tinggal di kos campur.

#1 Tutup rapat pintu kamar meski hanya ditinggal sebentar

Aturan ini mungkin terkesan sepele, tapi dampaknya luar biasa. Menutup pintu kamar rapat-rapat, bahkan saat ditinggal ambil paket, bukan hanya soal privasi tapi juga menghormati kenyamanan penghuni lain. Pintu kamar yang terbuka bisa menimbulkan hal-hal yang kurang enak di kos campur.

Bayangkan saja, ada penghuni lain yang melintas, lalu tak sengaja melihat kamar yang berantakan atau bahkan mencium bau nggak sedap. Tentu situasi tadi akan membuat mereka risih.

Lebih parahnya lagi, jika pakaian dalam terlihat jelas dari luar. Hal tersebut bisa membuat penghuni lawan jenis merasa sungkan. Intinya, pintu kamar yang tertutup adalah batas tak kasat mata yang wajib dijaga empunya.

#2 Dilarang jemur pakaian di luar kamar kos campur, mending laundry sekalian

Pakaian yang bergelantungan di koridor kos bisa mengurangi estetika dan membuat pemandangan jadi tidak rapi. Lebih dari itu, kebiasaan ini juga sangat tidak sopan. Apalagi kalau yang dijemur adalah pakaian dalam atau lingerie yang terpampang jelas dan dipertontonkan ke penghuni lain lawan jenis.

Selain urusan etika, menjemur di luar kamar kos campur juga membuka peluang pakaian hilang. Dan kalau yang hilang itu pakaian dalam, siap-siap saja kecurigaan akan timbul dan bisa memicu konflik tak berujung antarpenghuni kos. Makanya ketimbang ambil risiko dan bikin runyam, mending laundry semua baju sekalian.

#3 Jarak adalah kunci biar semua penghuni hidup damai di kos campur

Percayalah, menjaga batasan adalah rahasia menciptakan suasana kondusif di kos campur. Semua penghuni mesti paham bahwa kos adalah tempat aman bagi semua orang. Terlepas dari gender, identitas gender, atau orientasi seksual mereka. Maka, menjaga jarak secara fisik dan emosional adalah langkah yang bijak.

Lebih spesifik lagi, jangan sampai ada hubungan asmara antarpenghuni. Soalnya jika terjadi keributan pasangan, hal tersebut tidak akan menjadikan penyewa lain terusik lantaran keberadaan sejoli yang berisik. Bagaimana juga, semua penghuni masih berlindung di atap yang sama. Beda cerita kalau yang bertengkar adalah tetangga sebelah rumah, di mana orang lain bisa saja tutup mata dan telinga.

#4 Motor laki dilarang parkir di dekat gerbang ketimbang menyulut perang

Aturan tidak tertulis kos campur yang satu ini sangat penting, terutama bagi para penghuni laki-laki yang punya motor besar. Motor laki, dengan bobot dan ukurannya yang sering kali bongsor, punya potensi besar menyulut perang kalau parkirnya sembarangan. Khususnya, kalau berada di dekat gerbang yang menghambat jalur masuk dan keluar motor-motor milik penghuni lain.

Saat pagi hari, di mana semua orang buru-buru berangkat kerja atau kuliah, momen seperti ini bisa jadi pemicu emosi. Ditambah lagi, motor laki juga sulit dipindahkan. Ini jadi problem besar buat penghuni perempuan yang mungkin cuma familier dengan motor matik berbadan ramping. Mereka jelas akan kesulitan dan kerepotan. Bila telanjur begini, siap-siap pintu kamar pemiliknya digedor dan diceramahi.

Keruwetan tinggal di kos campur bukan hanya pusing perkara bayar sewa bulanan. Di atas itu semua, menempati kos campur justru merupakan proyeksi miniatur kehidupan sosial yang menuntut penghuninya untuk bisa menempatkan diri dan menghargai orang lain.

Memahami aturan tak tertulis yang ada di dalamnya adalah langkah awal yang pantang dilewatkan. Jadi, kalau sudah yakin mau mendiami kos campur, serangkaian panduan tadi bisa dibuat peringatan supaya kehidupan bertetangga di kos menyenangkan dan jauh dari drama tak berkesudahan.

Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Pengalaman Pertama Ngekos di Kos Campur Jogja: Sebulan Penuh Penderitaan, Isinya Drama Tanpa Ujung.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version