Transportasi publik yang aman dan nyaman tentunya bisa membuat kita sebagai masyarakat dengan mobilitas tinggi menjadi terbantu. Salah satu transportasi publik yang ada di Surakarta yang bisa saya katakan cukup nyaman adalah Batik Solo Trans atau BST.
Sebagai orang rantau yang tidak memiliki bus trans di kota asal, keberadaan BST di Surakarta cukup membuat saya kagum. Agak katrok tapi memang begitu adanya. Saking katroknya, saya harus memaksa teman saya yang warlok untuk menemani dan memandu saya untuk menaiki BST ini.
Dari beberapa kali pengalaman, terkadang saya mendapati pengalaman kurang menyenangkan ketika menaiki BST, salah satunya adalah dimarahin supir dan penumpang lain. Berikut saya tuliskan untuk Anda, aturan tidak tertulis yang ada baiknya ditaati ketika Anda naik BST agar selamat dunia akhirat.
Daftar Isi
Pastikan kalian bisa membuka pintu BST biar nggak keki
Momen paling fundamental dan mendasar ketika kita menaiki sebuah moda transportasi adalah membuka pintu. Nasib sial saya alami ketika pertama kali naik BST bersama teman-teman ospek, yaitu kami tidak bisa membuka pintu. Walaupun saya sudah tahu kalau membuka pintu BST itu harus ditekan dahulu pada bagian knob nya, nahasnya yang nyelonong di depan dan membuka pintu adalah teman saya yang tidak tahu. Walhasil setelah berkutat beberapa detik dengan pintu, kami berhasil masuk dengan sambutan pak supir yang cukup prengat-prengut.
Wajar, BST memang benar-benar dituntut untuk cepat dan tepat waktu. Keterlambatan tiba di rute selanjutnya tentu bisa bikin penumpang lain jadi bete. Selain itu, BST yang terlalu lama berhenti di depan halte juga berpotensi menghambat lalu lintas dan bikin macet. Jadi wajar lah kalau supir prengat-prengut haha.
Siapkan e-money atau e-wallet sebelum menaiki bus
Tentu saja drama tidak berakhir di pintu saja. Seperti angkutan lain pada umumnya, kita tentu harus bayar untuk menikmati fasilitas BST. Untuk menaikinya, kita hanya perlu mengeluarkan uang sejumlah Rp3.700 saja. Namun, sayangnya pembayaran BST ini berbeda dengan angkot alias tidak bisa cash atau tunai. Kita harus memiliki kartu e-money atau setidak-tidaknya e-wallet di gawai pribadi untuk melakukan pembayaran.
Ketika penumpang sudah menaiki BST, supir memiliki kecenderungan untuk langsung tancap gas. Perkara masih ada penumpang yang berjalan menuju tempat duduk atau bahkan masih di depan mesin pembayaran, kayanya supir cuek aja. That’s why kita harus menyiapkan e-money atau e-wallet jauh-jauh sebelum BST sampai ke halte. Apalagi ketika kondisi ramai penumpang dan antre di mesin pembayaran cukup mengular. Duh, supir berpotensi untuk naik jadi bete. Daripada kena prengutan maut, lebih baik bersiap sebelumnya ya!
Ucapkan terima kasih pada supir agar beban hidup berkurang satu
Nah untuk aturan tidak tertulis yang terakhir ini saya rasa sudah jadi budaya di Indonesia. Walaupun kita bayar untuk menikmati fasilitas BST dan supir juga dibayar untuk menghantarkan kita ke halte tujuan, ada beberapa alasan mengapa kita harus mengucapkan terimakasih satu sama lain. Satu, terima kasih adalah wujud saling menghargai antara penumpang dan supir. Dua, dunia lebih menyenangkan kalau kita mengucapkan terimakasih ke orang lain haha.
Walaupun udah jadi budaya untuk sebagian besar orang indonesia, tapi agaknya masih ada aja orang yang enggan mengucapkan kata ini ke orang lain. Entah karena faktor lingkungan atau memang lagi malas bicara, tapi saya rasa mengucap terimakasih ini wajib dilakukan. Makanya saya tulis sebagai pengingat diri dan juga agar kalian tidak lupa.
Ketiga hal ini kiranya bisa digunakan untuk acuan bagi kalian yang ingin menaiki Batik Solo Trans dengan aman dan sentosa. Sah-sah saja kalau mau tidak diaplikasikan, tapi ingat, ancaman supir bete akan menghantui kalian, hahaha.
Penulis: Julia Nita Sifa Prabarani
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Bus Rela dan Batik Solo Trans, Penguasa Jalur Solo-Purwodadi yang Bikin Ngeri Pengendara Lain