ASN sebenarnya bisa dan boleh bersuara, tapi abis itu “mati”
Hanya orang gila yang menganggap Wakanda baik-baik saja beberapa waktu belakangan. Bagaimana tidak, penguasa mencoba mengangkangi konstitusi berkali-kali hanya demi si buah hati. Emang harus banget anaknya ikut kompetisi hari ini? nggak bisa nunggu sesuai aturan aja?
Perlawanan rakyat terhadap kekuasaan yang sedang bertamasya pecah di mana-mana. Mahasiswa, buruh dan masyarakat biasa berkumpul tepat di muka kantor-kantor perwakilan rakyat pada berbagai daerah. Mereka meninggalkan pekerjaan dan aktivitasnya hanya demi mengingatkan pemerintah bahwa rakyat masih punya mata dan otak untuk mengawasi mereka. Harusnya yang ada di atas paham betul alarm ini.
Konon, tak sedikit juga buruh pemerintah yang ingin turut hadir memprotes penguasa. Apesnya mereka tertahan seragam yang dikenakan. Bukan, bukan seragam yang itu maksud saya, tapi ASN. Soalnya ASN itu harus nrimo ing pandum dengan segala keputusan pimpinan tertinggi.
Sebenarnya dorongan ASN untuk bersuara bukan hanya berasal dari diri sendiri. Tak sedikit masyarakat yang meminta abdi negara berteriak dengan lantang tentang kebobrokan pemerintah hari-hari ini. Mengingat mereka yang tahu betul tingkah laku sehari-hari para elite negeri.
Dorongan dari masyarakat ke ASN ini sebenarnya wajar. Toh, uang gaji mereka juga berasal dari rakyat. Bukan kantong para pejabat. Sayangnya, ada tapinya.
ASN bisa bersuara, bisa mati maksudnya
Kita sama-sama tahulah pembantu presiden Wakanda itu orang terdekat mereka. Nyaris nggak mungkin mereka berkhianat. Paling mereka hanya berani sedikit “nakal” aja. Mana berani mereka membengkang suruhan penguasa?
Apabila ada anak buah pembantu presiden di instansi pemerintah yang berisik terhap kebijakan negara, kemungkinan mereka bisa dimatikan. Bukan dimatikan dalam arti sebenarnya ya. Tapi, dimatikan kariernya atau dimutasi jauh dari pusat peradaban. Loh, kaget? Baru tahu apa sok baru tahu nih?
Emang para pejabat memperhatikan ekspresi politik anak buahnya, Bang?
Nggak semuanya memperhatikan sih. Bahkan tak jarang yang bodo amat. Akan tetapi, sama seperti di masyarakat, di kantor pemerintahan pun terbelah. Ada yang sudah hilang kepercayaan terhadap “Pak Lurah”. Banyak pula yang masih jadi fans berat beliau.
Hanya saja ada sedikit perbedaan di kantor pemerintahan. Ada yang beneran tulus ngefans sama presiden. Ada pula yang pura-pura ngefans dengan tujuan menjilat pembantu presiden yang pasti tegak lurus dengan tuannya.
Nah, oknum yang pura-pura ngefans demi menjilat ini bahaya bagi ASN yang mau bersuara. Mereka bisa saja melaporkan ASN yang bersuara kepada pembantu presiden. Dengan laporan nggak loyal kepada pimpinan tertinggi.
Memang ASN itu harus loyal kepada presiden. Tapi, harusnya ASN lebih loyal kepada kepentingan rakyat kan? Walaupun realitas di lapangan susah banget silang pendapat dengan penentu kebijakan.
Bersuara melalui second account
Satu-satunya jalur paling aman ASN bersuara melalui second account. FYI, second account seseorang nggak bisa sembarang difollow atau memfollow orang. Hanya lingkaran terdekat doang biasanya yang masuk ke second account. Itu pun saling follow-nya harus pakai second account juga, agar nggak mudah ketahuan.
Kalau pakai second account suaranya kurang nyaring dong?
Iya, betul. Akan tetapi, daripada ASN nggak bersuara sama sekali, mending mana?
Ada satu nasihat dari mentor saya di dunia kepenulisan yang saya pegang teguh. Kata mereka, nggak ada tulisan seharga nyawa atau karir. Meskipun salah satu mentor saya ini sedang sibuk “memasak” di Terminal Mojok beberapa waktu belakangan.
Jadi, silakan saja ASN bersuara, tapi harus mempertimbangkan risikonya pula. Jangan main hantam-hantam saja. Ingat ada keluarga di rumah yang perlu dinafkahi.
Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA ASN Boleh Mengkritik Negara, karena Digaji oleh Rakyat dan Diminta Setia pada Negara