Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Asalkan Sedikit Materialistis, Orang-orang Desa Bisa Kaya Dengan Mudahnya

Firdaus Al Faqi oleh Firdaus Al Faqi
30 Juni 2020
A A
dusun orang desa kaya materialistis sederhana mojok.co

dusun orang desa kaya materialistis sederhana mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Ditakdirkan hidup di desa bagi saya itu suatu anugerah. Budaya yang ada di desa saya adalah membiasakan diri untuk hidup yang sederhana dan biasa-biasa saja. Masih banyak orang-orang kaya di sini yang kecenderungan hidupnya sama sekali tidak menunjukkan kalau dia kaya. Baginya, yang terpenting adalah apakah titipan kekayaan itu bisa didayagunakan untuk kemaslahatan umum atau tidak.

Di sini biasanya orang-orang kaya membagikan hartanya secara tidak kentara. Mereka menggunakannya untuk membangun masjid, musala, membayari warga yang ngopi secara diam-diam, dan kegiatan membantu-bantu lainnya. Mereka tidak biasa membeli sesuatu yang digunakan hanya untuk pamer. Katanya, itu nggak ada manfaatnya.

Yang menarik lainnya adalah ketika saya mengetahui sedikit banyak kehidupan warga di desa saya. Misalnya salah seorang tetangga saya. Tetangga saya ini, sehari-hari mencarikan rumput untuk makan ternak sapinya. Dia mengaku, kalau sapi-sapi itu milik orang yang dititipkan kepadanya. Untuk bagi hasilnya, katanya sudah ditentukan di awal. Nah, saya tanya, apa itu cukup buat makan sehari-hari? Kata tetangga saya ini, selain ngarit rumput, dia juga sering mendapat pesanan untuk membuat kue, jajanan sederhana, dan makanan.

Dia bilang, kalau dari dulu keluarganya memang suka dapat orderan untuk membuat makanan. Nah, pemesannya biasanya tahu dari testimoni mulut ke mulut. Lumayan buat tambahan, katanya. Selain itu, di rumahnya juga saya melihat ada mesin jahit lawas yang diletakkan di dekat ruang tamunya. Saya bertanya lagi, apakah tetangga saya ini juga sering dapet orderan menjahit?

Katanya, kadang iya, kadang tidak. Biasanya, mesin jahit itu hanya dia gunakan untuk menambal dan menjahit baju-bajunya sendiri. Kalau lagi semangat dan lagi nggak capek serta butuh tambahan, baru dia ambil orderan jahitan. Selain ketiga pekerjaan tersebut, kadang tetangga saya ini juga ke sawah sebagai buruh tani. Biasanya tugasnya adalah mengairi sawah, membersihkan rumput-rumput yang tumbuh, memupuk, dan terkadang juga ikut bantu panen.

Dari sini, timbullah pikiran kalau tetangga saya ini punya banyak keterampilan. Beternak, bikin kue, bertani, dan menjahit. Karena saya kuliah di FEB, maka saya tanya lagi, kenapa nggak bikin pamflet atau poster untuk usahanya ini? Kan, lumayan. Bisa jadi bisnis yang menggiurkan. Saya kemukakan alasan kenapa harus melakukan itu ala-ala anak bisnis: pendapatan meningkat, bisa beli rumah, mobil, pakaian bagus, hidup makmur, bahagia, dst.

Tapi, tetangga saya ini menolaknya tanpa ragu. “Ndak usah, Le. Begini saja sudah cukup,” katanya. Dan dia mengaku sudah cukup bahagia dengan hidup biasa-biasa saja. Katanya, kalau nanti kaya itu bisa repot. Harus bayar ini-itu, harus mikir banyak, harus mengalokasikan harta ke arah yang bermanfaat, dan pokoknya ribet. Selain itu, karena mungkin pendidikan keagamaan khas musala di desa-desa, dia berkata, kalau kaya itu nanti hisabnya ribet. Ditanyakan ke mana uangnya, carinya dengan cara yang benar atau tidak, dan tanggung jawabnya sangat besar atas banyaknya titipan tersebut.

Maka dari itu, dia tetap memilih untuk jadi biasa-biasa saja dan pokoknya bekerja keras saja. Dan kalau seperti ini saya jadi geli untuk membandingkannya dengan keadaan-keadaan di dunia ultramodern yang ngedap-edapi ini. Kalau ada keterampilan dan kalau memiliki sesuatu, itu harus bisa dikomersilkan dan diupayakan untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya.

Baca Juga:

Nggak Enaknya Jadi Orang Desa, Mau Belanja Online Harus Ngumpet karena Banyak Tetangga Kepo!

4 Ide Usaha yang Cocok Dijalankan di Desa selain Toko Sembako

Tapi dari sini, saya jadi teringat sama program-program yang dibikin entah oleh siapa, yang menginginkan orang-orang desa itu mau maju dan mau pendapatannya meningkat. Pada program itu memang sering bilang, kalau di desa ini susah mau dibikin maju dan bisa mencapai pendapatan sundul langit. Bagi saya, itu salah. Sebenarnya orang-orang desa itu bisa saja dengan mudah untuk mencapai itu semua. Orang-orang desa punya banyak keterampilan yang asalkan dia mau dan kehendaki, bisa menjadi titik lompatnya untuk mencapai standar kemakmuran yang selama ini banyak digaungkan.

Namun, dia menolak dengan alasan-alasan tadi. Ya, memang nggak bisa disalahkan. Watak orang desa itu ya begitu-itu. Ndak kadonyan, ndak materialistis, dan ndak mau yang aneh-aneh. Mereka memang ingin hidup biasa-biasa dan sederhana saja. Katanya, bisa bikin lebih tenang dan damai dalam menjalani kehidupannya.

BACA JUGA Ternyata, Sedekah Berpotensi Menunjukkan Keegoisan Kita dan tulisan Firdaus Al Faqi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 30 Juni 2020 oleh

Tags: kekayaanorang desa
Firdaus Al Faqi

Firdaus Al Faqi

Sejak lahir belum pernah pacaran~

ArtikelTerkait

Menjadi Orang Desa yang Makan di Restoran Bergaya Pedesaan Terminal Mojok

Menjadi Orang Desa yang Makan di Restoran Bergaya Pedesaan

6 Maret 2022
orang kaya toko emas jual beli emas perhitungan harga ongkos biaya cara menetapkan harga cerita pemilik toko emas emas tua emas muda emas murni produsen emas di indonesia mojok

Mardiyah, Orang Kaya Tegal yang Jadi Bukti Kaya Belum Tentu Bikin Bahagia

8 Mei 2020
pajak GM Irene Dadang Subur mojok

Pajak Warisan, Terobosan Baru Meningkatkan Pendapatan Pajak Negara

2 Desember 2021
Investasi Sapi Disukai Warga Desa Saya daripada Investasi Emas dan Saham: Bukan Mengejar Kekayaan, melainkan Ketenteraman

Investasi Sapi Disukai Warga Desa Saya daripada Investasi Emas dan Saham: Bukan Mengejar Kekayaan, melainkan Ketenteraman

26 Juni 2024
Menghitung Kekayaan Aquaman, Superhero yang Lebih Kaya dari Batman

Menghitung Kekayaan Aquaman, Superhero yang Lebih Kaya dari Batman

6 Juni 2020
Perbedaan Orang Kota dan Orang Desa ketika Belanja di Minimarket Terminal Mojok

Perbedaan Orang Kota dan Orang Desa ketika Belanja di Minimarket

14 Maret 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

Alasan Orang Solo Lebih Hafal Jalan Tikus daripada Jalan Utama

30 November 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.