Arsitek Dipuji, Insinyur Sipil Dibenci: Derita di Balik Cantiknya Sebuah Bangunan

Arsitek Dipuji, Insinyur Sipil Dibenci. (Unsplash.com)

Arsitek Dipuji, Insinyur Sipil Dibenci. (Unsplash.com)

Gedung tinggi, jalan layang, bendungan, piramida, bahkan candi adalah hasil karya tangan-tangan terampil arsitek dan insinyur sipil. Keduanya mirip tapi tidak sama. 

Iya, arsitek dan insinyur sipil adalah kembar tidak identik dari dunia profesi yang hingga sekarang masih sering disalahpahami. Banyak yang mengira keduanya adalah satu kesatuan, namun kenyataan jauh dari apa yang dipahami masyarakat. 

Insinyur sipil, di mata masyarakat mendapat predikat aneh. Bahwa mereka yang mengambil jurusan ini, dianggap pasti akan berakhir sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Saking kuatnya predikat itu, beberapa kawan mahasiswa teknik sipil mengaku mereka memang siap “menerima takdir” sebatas menjadi PNS.

Sementara itu, arsitek sendiri dikenal secara sempit sebagai “ahli gambar bangunan”. Pokoknya, kalau mau rumahmu jadi indah, harus pakai arsitek. Pokoknya, kalau digambar sama arsitek, rumah jadi indah dan nyaman.

Nah, dari dua kondisi ini, kamu sudah bisa menemukan fakta bahwa insinyur sipil itu kurang populer dibandingkan arsitek. Bahkan, kalau ada orang mengaku dirinya insinyur sipil, tetap saja dianggap arsitek. “Oh, insinyur sipil. Jadinya arsitek, kan.”

Begitulah adanya. Meskipun, kamu harus tahu, dua hal ini sangat berbeda.

Arsitek itu mempelajari ilmu yang namanya arsitektur, sementara insinyur sipil mempelajari apa yang namanya teknik sipil. Dari asal usul namanya, arsitektur berasal dari Bahasa Yunani “arkhitektōn”, di mana “arkhi” berarti “kepala” dan “tektōn” yang berarti “pembangun”. 

Hingga abad ke-18, perbedaan yang jelas antara arsitektur dan teknik sipil, hingga istilah Teknik Sipil (Civil Engineering) muncul untuk membedakan antara pekerjaan sipil dan militer (Military Engineering). Keduanya memang berasal dari konsep sejarah yang sama, yaitu bagaimana manusia akan membangun tempat tinggal yang nyaman dan aman.  

Namun, ada beberapa perbedaan mendasar di antara keduanya. Arsitektur adalah ilmu tentang perancangan bangunan untuk tempat tinggal manusia. Sementara itu, teknik sipil adalah ilmu tentang pembuatan bangunan. Arsitek dekat dengan seni, sedangkan teknik sipil dekat dengan matematika dan fisika. 

Arsitek bertanggung jawab terhadap keindahan dan fungsi bangunan, sementara insinyur sipil bertanggung jawab membuat bangunan semurah dan sekuat mungkin. Arsitek dominan lebih spesifik kepada perancangan gedung, sedangkan insinyur sipil banyak merancang infrastruktur lainnya seperti jalan, jembatan, bendungan, dan lain sebagainya. 

Ketika mendesain suatu bangunan, aspek-aspek seperti beban, kekuatan dan harga sebuah bangunan tidak menjadi variabel utama bagi arsitek. Sementara itu, warna dan bentuk bangunan tidak menjadi pertimbangan utama perancangan seorang insinyur sipil. 

Berdasarkan pengalaman pribadi, dari segi pendidikan, sekolah arsitektur dan teknik sipil sama-sama akan menyita waktu tidur. Arsitek banyak mempelajari tentang gambar dan bentuk, sementara insinyur sipil banyak tentang hitungan dan rumus. 

Berbagai macam desain, percobaan laboratorium dan tugas besar tidak akan lepas dari kehidupan mahasiswa arsitektur dan teknik sipil. Menjadi seorang arsitek dan insinyur sipil harus melewati perkuliahan yang kejam. Mengulang mata kuliah adalah hal yang lumrah ketika menjalani pendidikan. 

Namun, kejamnya dunia perkuliahan belum sebanding dengan dunia pekerjaan. Arsitek dan insinyur sipil harus sedapat mungkin terus belajar dan meningkatkan pengalaman di lapangan. Ini penting karena ilmu keduanya terus berkembang.

Dalam pekerjaan konstruksi, arsitek dan insinyur sipil harus bekerja sama dan tak jarang “saling merepotkan”. Ada desain arsitek yang tidak cocok dari segi kekuatan dan ada juga rekomendasi dari insinyur sipil yang tidak cocok dari segi keindahan. Keduanya, dengan bekal keilmuannya masing-masing, coba menghadirkan infrastruktur yang baik bagi manusia.

Bangunan yang indah dan cantik menghadirkan pujian dan sanjungan dari yang mengamati. Namun, sering tidak disadari bahwa di balik bangunan yang cantik dan megah, ada insinyur yang susah payah mencoba mewujudkan gambar dari arsitek. 

Meski begitu, nasib insinyur sipil sering jadi yang menderita. Insinyur adalah sosok yang akan dicari, dicari pertanggungjawaban akan sebuah bangunan. Gimana, ya. Kesalahan yang “mengancam” insinyur itu lebih punya potensi untuk terjadi.

Misalnya, yang paling standar adalah salah salah perhitungan struktur bangunan hingga. “Kesalahan” yang lebih besar, misalnya, bahan bangunan dikorupsi pelaksana pembangunan. Ini juga insinyur yang kena. Namun, ketika bangunan berdiri megah dan cantik, sedikit yang mengingat keberadaan insinyur-insinyur sipil. Hampir semua pujian bermuara pada arsiteknya.

Yah, terlepas dari itu semua, menjadi arsitek atau insinyur sipil adalah jalan karier yang menarik. Keduanya mirip tapi tidak sama. Pada akhirnya, keduanya dibutuhkan untuk memajukan peradaban: membuat infrastruktur yang berfungsi sebaik mungkin, seindah mungkin, sekuat mungkin, dan semurah mungkin.

Penulis: Andika Thwinari Mentaruk

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Menerka Karakter Jurusan Kuliah kalau Ia Adalah Manusia.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version