Inferior di panggung Eropa
Kekalahan Arsenal di final Liga Champions 2006 itu masih menghantui saya. Kekalahan itu, dan parade kekalahan memalukan dari Bayern serta Barcelona, menjadi gambaran terbaik perihal kerdilnya mental The Gunners. Di panggung Eropa, tim ini semacam kehilangan kedewasaan. Mereka seperti anak-anak SSB yang kehilangan akal dan inisiatif karena in awe dengan lawan yang “lebih senior”.
Contoh lain yang bisa menggambarkan bahwa mental tim ini memang lembek terlihat di musim lalu. Ketika Saliba dan Partey cedera, tim ini seakan-akan kehilangan kemampuan untuk mendominasi lawan. Di paruh akhir musim, Manchester City yang lebih matang mendahului di tikungan.
Merasa kerdil dan inferior itu pada akhirnya terlihat di semua pertandingan Arsenal. Oleh sebab itu, saya ingin berterima kasih kepada Porto yang sudah menguji mental pemain The Gunners. Terutama untuk Pepe yang masih bisa bermain sekuat itu di usia 41 tahun. Dia mengajari 21 pemain di atas lapangan caranya bermain di panggung tersulit di dunia.
Saya berharap semua pemain Arsenal belajar dari dirinya. Khususnya Saliba dan Gabriel yang menjadi “saka guru” pertahanan. Saya selalu yakin bahwa pertahanan yang solid dan kalem akan menular ke pemain lain di posisi berbeda. Kekuatan ini yang dibutuhkan untuk mengatasi semua masalah mental selama ini.
Menyambut dan menikmati tekanan
Yang tersisa dari Arsenal adalah menemukan cara untuk menyambut dan menikmati tekanan. Saat ini, mereka sedang memimpin klasemen Liga Inggris. Sudah lolos ke babak 8 besar Liga Champions pula. Menjelang paruh akhir musim, tim ini selalu rontok karena diri sendiri.
Oleh sebab itu, saya justru akan berdoa bahwa semua lawan memberikan perlawanan paling sengit untuk Arsenal. Tim ini butuh ditempa oleh kesulitan dan masalah berulang-ulang. Ingat, manusia matang adalah mereka yang tidak lari dari masalah, tetapi menyambutnya dan berani menyelesaikan semua.
Puthut EA, dalam kultumnya di ultah ke-10 Mojok mengutip petunjuk dari Cak Nun:
“Kalau Anda mendapat tekanan, Anda harus bangkit untuk menjadikan tekanan itu sesuatu yang menambah kekuatan hidup Anda, menambah kesadaran Anda, menambah ketangguhan Anda. Kan gitu. Makannya, berdoanya jangan salah. Jangan ‘Ya Allah ringankanlah bebanku’, yang lebih efektif begini, ‘Ya Allah, tambahkanlah kekuatanku untuk menanggung beban itu,’ Kan, gitu.”
Petunjuk dari Cak Nun saya rasa sudah cukup untuk merangkum semuanya. Tekanan akan semakin berat. Ujian bakal datang dalam banyak rupa. Namun, semua itu ada untuk mematangkan jiwa. Menjadi sumur kekuatan bagi Arsenal untuk mendaki jalur terakhir menuju kesempurnaan.
Tabik!
Penulis: Yamadipati Seno
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Leandro Trossard, Kepingan Final yang Dicari Arsenal
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.