Minggu (9/8) malam waktu Indonesia, Willian Borges mengunggah surat perpisahan dengan Chelsea dan para fansnya. Inti surat tersebut adalah Willian tidak akan memperpanjang kontraknya dan berterima kasih atas segala dukungan fans The Blues selama ini. Surat perpisahan yang membuat Willian makin dekat dengan Arsenal.
Fabrizio Romano, most wanted journalist, sudah mengatakan kalau Willian semakin dekat dengan Arsenal. Transfer pemain asal Brasil itu, kemungkinan akan terjadi minggu ini. Nah, pertanyaannya, apakah setelah resmi mendatangkan Willian, Arsenal masih harus merekrut Philippe Coutinho? Kalau saya sih, yes.
Ya, Arsenal membutuhkan Coutinho di mata saya. Terutama kalau Mikel Arteta betulan mau menggunakan skema 4-3-3. Beberapa hari yang lalu, rumor soal Houssem Aouar muncul. Terutama setelah Torreira dihubungkan dengan Fiorentina dan AC Milan, sementara Guendouzi akan dilepas, antara ke Lyon atau Paris Saint-Germain.
Kebutuhan akan gelandang sentral dengan kemampuan menyerang (advance #8) di skema 4-3-3 akan semakin urgen. Aouar adalah pilihan yang ideal menurut saya. Masih muda, harga tidak terlalu tinggi, dan masih bisa berkembang lebih jauh lagi. Namun, kita tahu sendiri, Presiden Lyon, Jean-Michel Aulas, punya sentimen tersendiri dengan Arsenal.
Nah, oleh sebab itu, untuk posisi dan peran advance #8, Coutinho menjadi pilihan yang menarik. Toh mantan pemain Liverpool itu sudah tidak diinginkan Barcelona dan tidak akan dipermanenkan oleh Bayern Munchen. Arsenal bisa mendatangkan Cou dengan skema pinjaman dan memasukkan klausul pembelian permanen.
Mengapa Arsenal butuh Coutinho?
Pertama, Coutinho, mungkin, adalah salah satu pemain yang terlalu diremehkan sejauh ini. Kepindahannya ke Bayern dianggap sebagai kegagalan. Padahal, musim pertama bersama Barcelona pun tidak bisa dikatakan gagal. Dia hanya tidak mendapatkan dukungan dari fans Barca yang terlalu menuntut saja.
Ketika berseragam Liverpool, Coutinho hanya satu kali saja melewati musim yang tidak terlalu menyenangkan. Puncak performanya terjadi di musim 2017/2018 di mana rata-rata statistik Coutinho sangat baik. Rata-rata gol dan asisnya mencapai 1,04 per 90 menit. Dribble sukses di sepertiga akhir mencapai 72 persen, sementara umpan suksenya mencapai 75 persen.
Saya rasa, kalau Arsenal memang membutuhkan advance #8 untuk jangka pendek, Coutinho bisa menjadi jawaban. Tugas Arteta adalah membantu Cou menduplikasi performanya di musim 2017/2018 itu. Mengapa? Karena Cou akan memberikan menambah jumlah kontribusi gol dari lapangan tengah, di mana musim lalu Arsenal sangat kekurangan.
Kedua, Coutinho tidak bisa dikatakan kehilangan performa ketika berseragam Bayern. Di paruh kedua musim 2019/2020, Cou kehilangan menit bermain murni karena ide dan cara bermain pelatih Bayern, Hansi Flick, tidak cocok dengan dirinya.
Rerata statistik bersama Bayern: 84 persen akurasi umpan sukses dan 1,4 umpan kunci per game. Ketika bersama Liverpool, rerata umpan kunci per game Coutinho mencapai 2,9. Kini sedikit lebih rendah karena di Bayern, Cou bukan satu-satunya sumber kreativitas tim. Namun, yang perlu di-notice adalah teknik umpannya.
Coutinho sangat peka dengan keberadaan ruang di sepertiga akhir lapangan. Umpan-umpannya, biasa muncul dari situasi yang tidak mendukung, terutama ketika Cou under pressure dari pemain lawan. Kemampuan membuat umpan kunci di sepertiga akhir lapangan sangat penting untuk Arsenal, terutama ketika melawan tim dengan kemampuan pressing yang baik.
Sebelum final Piala FA, saya sempat berujar lewat Twitter bahwa bangku cadangan Arsenal sangat tipis. Tidak ada pemain yang bisa menjadi game changer. Untung saja, The Gunners “bisa menang” dengan tim pertama dari Chelsea. Nah, Coutinho punya satu kemampuan yang belum dimiliki Ceballos dan Willock, yaitu tendangan jarak jauh.
Ketimbang menjelaskan soal expected goals (xG) di mana belum akrab di telinga netizen Indonesia, saya mengajak fans Arsenal untuk bernostalgia saja. Coba putar lagi rekaman performa Cou bersama Liverpool dan Barcelona. Kebiasaannya melepas tembaka diagonal dari sisi kiri menjadi aset penting.
Bersama Bayern, rerata tembakan Cou memang menurun, menjadi 3,74 saja per game. Maklum, karena pemosisiannya mengharuskan Cou menjadi supplier aliran bola. Maka, rerata tembakan per game Cou masih di bawah Lewandowski dan Serge Gnabry. Nah, jika dimainkan sebagai advance #8 di sebelah kiri oleh Arsenal, tembakan jarak jauh Cou akan jadi variasi yang menarik.
Kemampuan Cou paling menarik bagi saya adalah kelebihannya memanipulasi ruang. Sudah saya sebutkan di atas kalau Cou itu peka dengan ruang. Selain untuk melepas umpan, kemampuannya memanfaatkan ruang juga terlihat dari pemosisian diri. Timing untuk masuk ke ruang saku (pocket space) di lapangan tengah memudahkan rekan, terutama pemain belakang untuk melepas umpan vertikal kepadanya.
Kemampuan kontrol bola yang prima membuat dirinya bisa berbalik badan dan mengubah progresi positif itu menjadi sebuah segmen serangan. Ingat, dribble sukses Cou di sepertiga akhir lapangan cukup tinggi.
Ketika Bayern masih dilatih Niko Kovac, Cou banyak bermain di half-space kiri. Half-space adalah sebuah ruang di antara sisi lapangan dan tengah. Ketika bermain dalam skema 4-3-3, Cou memang gelandang sentral. Namun, arah pergerakannya bisa dibuat mengarah ke kiri di mana Arsenal membutuhkan injeksi kreativitas di sana.
Ada kelebihan, tentu ada kelemahan. Satu-satunya kelemahan Coutinho adalah kontribusi bertahan. Kelemahan yang membuat Hansi Flick tidak terlalu sering menggunakan Cou lagi. Kita tahu, Bayern bermain dengan pressing yang agresif. Terutama di segmen bola mati atau lemparan ke dalam. Cou sering tidak terlibat di dalam segmen ini dan bisa merugikan tim.
Oya, ada satu lagi kelemahan Cou, yaitu price tag dan gaji yang terbilang tinggi. Namun, saya rasa, kalau Arsenal memang tertarik, dua kelemahan itu pasti sudah terbaca. Nah, bagaimana fans Arsenal? Setelah Willian bergabung, apakah Coutinho harus segera menyusul?
BACA JUGA 8 Menit 46 Detik George Floyd Meregang Nyawa Adalah Sebuah Pengkhianatan dan tulisan Yamadipati Seno lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.