Ketika Noah memutuskan untuk hiatus di 2024, saya adalah satu dari sekian banyak orang yang kaget dan kecewa. Saya fans Noah sejak kecil, sejak namanya masih Peterpan, masih berenam, dan rambut Ariel Noah masih panjang tanggung belah tengah.
Saya kaget karena ngapain band segede Noah memutuskan untuk vakum. Sudah begitu saya kecewa karena belum keturutan untuk nonton Noah lagi sejak terakhir kali di 2012.
Lalu muncullah alasan mengenai hiatusnya Noah. Baik dari pihak Noah maupun Musica Studios, label yang menaungi Noah. Keduanya menyatakan bahwa Noah memang sudah waktunya untuk istirahat. Noah, yang sebelumnya bernama Peterpan, sudah lebih dari 20 tahun ada di industri musik Indonesia. Ada 5 album studio yang mereka rilis, belum termasuk beberapa album kompilasi, daur ulang, dan album soundtrack. Selama 20 tahun itu pula Noah juga nyaris tak pernah berhenti manggung, baik di dalam maupun luar negeri.
Maka keputusan vakumnya Noah ini bisa dipahami. Bayangkan saja, Ariel, Lukman, David nyaris hidupnya hanya seputar panggung saja. Saya cukup yakin mereka bertiga cukup jarang me time, ngumpul bersama keluarga, atau bahkan bikin sesuatu di luar musik.
Mereka lebih banyak mikirin besok manggung di mana dan gimmick-nya apa. Bahkan untuk mikirin album/single baru saja mereka belum tentu sempat. Tak heran jika vakum adalah keputusan terbaik yang diambil.
Ya meskipun vakumnya Noah bukan berarti mereka benar-benar lepas dari musik. David misalnya, tentu masih jalan dengan perannya sebagai produser untuk beberapa musisi lain. Lukman, bersama Lanlan (additional bass Noah), Reza (mantan drummer Noah) dan beberapa musisi lain bikin band baru bernama By The Hundreds.
Daftar Isi
Ariel Noah belum kangen naik panggung lagi
Sedangkan Ariel Noah, juga tetap bermusik, ngebantuin beberapa musisi lain seperti Rossa. Intinya, ketiga personel Noah itu masih tetap bermusik, tapi Noahnya yang vakum.
“Gue males kayaknya kalo bikin band lagi, ngapain, ya? Capek mikirin gimana beda sama Noah. Kan nggak mungkin sama, dong?” ujar Ariel Noah di konten Vindes ketika ditanya mengapa Noah vakum/hiatus dan mengapa nggak bikin band lagi seperti Lukman.
Bahkan ketika ditanya apakah kangen dengan adrenalin berada di atas panggung, Ariel Noah malah menjawab tidak. “Nggak, sih, sejauh ini belum. Mungkin kelamaan kali, ya. Sebelumnya udah kelamaan (bareng Noah). Kalau kangen banget sih belum.” lanjut Ariel.
Menengok bagaimana keputusan Noah untuk vakum, alasan yang dikemukakan Ariel Noah di Vindes, rasanya, lagi-lagi, keputusan ini bisa dimaklumi. Dan bisa jadi, ini adalah keputusan terbaik Noah yang mungkin akan menjadi sesuatu yang menyegarkan suatu saat ketika Noah kembali manggung, entah kapan. Sebab musisi memang butuh sesekali untuk istirahat dalam waktu yang tidak sebentar
Musisi butuh sesekali menjauh dari dunianya
Ariel dan Noah berhak untuk istirahat, untuk vakum. Waktu 20 tahun lebih manggung sana-sini itu bukan waktu yang sebentar. Ariel, Lukman, David mungkin juga sudah sumpek dengan rutinitas sepadat itu dan gitu-gitu aja.
Memaksakan untuk tetap berjalan, manggung terus, bikin lagu terus, hanya akan “membunuh” mereka secara perlahan. Baik secara fisik, mental, atau kreativitas. Suara Ariel Noah juga sudah mulai kerap serak tiap habis manggung.
Itulah mengapa musisi itu butuh sesekali untuk menjauh dari dunianya. Selama 20 tahun lebih, dunia Ariel, Lukman, dan David adalah Noah dengan segala kesibukannya. Mereka pasti capek, butuh istirahat, dan menyegarkan pikirannya.
Mereka perlu menjauh sejenak dari dunianya. Mereka perlu melebarkan lagi isi kepalanya. Mereka perlu melakukan hal lain di luar urusan Noah, ya meskipun masih di ranah musik.
Musisi perlu melakukan itu. Musisi perlu menjauh dari dunianya. Pilihannya bisa dengan hiatus atau vakum, benar-benar libur dan menjauhkan diri dari musik. Kalau nggak mau menjauhkan diri dari musik, bisa juga dengan bikin proyek lain, seperti bikin band baru yang beda dari band sebelumnya. Ada banyak, kok, musisi yang melakukan itu, dan nggak sedikit yang berhasil. Eminem, Blink 182, No Doubt, Motley Crue, Rage Against The Machine, Gamaliel Audrey Cantika (GAC), Padi, hingga The Adams terbukti sukses, kok.
Mengapa langkah kayak Ariel Noah ini perlu sesekali diambil?
Jawabannya sederhana, seperti apa yang dikatakan Ariel Noah di konten Vindes. “Jadi nanti (mereka) pas balik lagi ke Noah itu ada sesuatu yang baru lagi yang dibawa ke Noah dari apa yang mereka pelajari.” kata Ariel.
Dan ini boleh jadi betul. Nanti, entah kapan, ketika Noah kembali lagi, pasti akan ada hal baru. Musiknya pasti akan lebih segar, dengan kualitas yang pastinya tetap terjaga.
Sejatinya, musisi itu tidak perlu memaksakan diri untuk tetap berkarya dan menuruti maunya pasar. Musisi, setidaknya, perlu untuk ambil langkah mundur, rehat, menyegarkan pikiran, lalu kembali di saat yang tepat. Juga untuk menjaga kualitas.
Memaksakan diri dan terlalu menuruti maunya pasar hanya akan “menurunkan kualitas musik” mereka. Memang bukan hal yang pasti, tapi sering terjadi.
Slank jadi contoh yang nyata. Saya yang juga pendengar Slank, sudah nggak mendengarkan album-album terbaru mereka. Nggak tahu kenapa, tapi saya merasa album-album terbarunya itu kurang buat saya.
Seakan mereka terlalu memaksakan untuk rilis album tiap satu atau dua tahun, tanpa menawarkan sesuatu yang berbeda dan segar. Saya merasa ada penurunan kualitas antara 10 album pertama Slank, dengan 5 album terakhir Slank.
Ketika band terlalu memaksa
Selain Slank, ada juga Radja. Mereka boleh bilang bahwa Radja adalah band fenomenal di 2000-an. Tapi, formula yang mereka pakai di 2000-an jelas berbeda dengan formula yang seharusnya dipakai di tahun-tahun sekarang.
Album terbaru Radja di 2024, album “Jatuh Cinta”, secara musikal nggak jauh beda (bahkan ada yang bilang lebih jelek) dari tiga album pertama mereka. Dua hal yang beda hanya album terbaru Radja ini produksinya yang lebih bagus dan “lebih nggak laku” dari 3 album pertama mereka.
Saya bisa saja salah dalam mengutarakan apa yang sudah saya tulis sejauh ini. Saya juga bisa saja salah menilai Slank dan Radja. Tapi fakta bahwa rilisan-rilisan terbaru Slank dan Radja itu agak “kurang laku” dan terkesan memaksakan diri, tidak fresh, atau bahkan membosankan, jelas tidak bisa dielakkan lagi.
Mungkin mereka tidak sadar akan hal ini. Atau mungkin mereka malah sadar akan hal ini dan memilih untuk tidak peduli. Tidak apa-apa juga. Namun, andai saja mereka memilih jalan yang sama dengan jalan yang dipilih Ariel Noah sekarang, entah itu dulu, sekarang, atau nanti, boleh jadi rilisan mereka akan jadi lebih bagus. Entahlah, toh dunia musik itu sawang-sinawang, dan nggak ada ilmu pasti.
Bisa menjadi jalan yang benar
Yah, setidaknya Ariel Noah sudah memilih “jalan yang benar” dengan memutuskan untuk vakum/hiatus. Ariel tahu dirinya butuh jarak dari Noah. Dia butuh menjauh sejenak dari dunianya. Apakah nanti “perjudian” ini berhasil atau tidak, setidaknya Ariel, Lukman, dan David pasti akan membawa hal yang baru dan lebih segar ketika kembali aktif dengan Noah.
Sekali lagi, buat saya Ariel Noah sudah benar dengan keputusannya untuk memutuskan vakum/hiatus. Musisi memang butuh sesekali menjauh dari dunianya dan tidak terus-terusan memaksa diri, tidak terus-terusan untuk menuruti maunya pasar.
Penulis: Iqbal AR
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA 3 Pelajaran Hidup yang Bisa Kita Petik dari Aksi Sepatu Roda Ariel Noah
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.