Selain gersang dan mitos pulung gantung, mungkin yang terlintas di kepala orang ketika menyebut nama Gunungkidul adalah keindahan pantainya. Banyaknya tempat wisata Gunungkidul yang menawarkan panorama alam yang indah dan memesona, membuat daerah kelahiran saya ini, hampir setiap hari dipadati wisatawan, terutama saat akhir pekan.
Sepulang dari pantai atau tempat wisata lainnya, rombongan wisatawan yang menggunakan bus atau travel, biasanya berhenti di samping tugu Selamat Datang Wonosari atau kawasan Bunder. Ya, mereka berhenti untuk membeli oleh-oleh untuk keluarga dan sanak saudara di rumah. Dari sekian banyaknya kuliner khas Gunungkidul, salah satu yang kerap diserbu para wisatawan adalah belalang goreng.
Mungkin banyaknya media online yang kerap meliput belalang goreng, membuat para wisatawan penasaran dengan cita rasa serangga yang mirip baja hitam ini. Di pusat oleh-oleh, biasanya belalang goreng di taruh dalam wadah toples dengan varian rasa yang berbeda-beda. Padahal selain belalang goreng, masih banyak kuliner khas Gunungkidul yang cocok dijadikan oleh-oleh seperti puli tempe, gatot, dan tiwul. Dari sekian banyak jajanan tradisional yang bisa dijadikan oleh-oleh, ada satu kuliner khas Gunungkidul yang jarang dilirik wisatawan, yaitu apem contong.
Berbeda dengan apem pada umumnya, yang biasa menggunakan bahan utama berupa tepung beras serta dikukus menggunakan cetakan, apem contong khas Gunungkidul terbuat dari tepung jagung. Selain itu, apem contong juga menggunakan wadah unik berupa daun nangka yang dibentuk contong (kerucut).
Nantinya daun nangka yang sudah dibentuk kerucut akan diberi adonan tepung jagung hingga penuh. Setelah itu, adonan tersebut akan dimasukkan ke dalam kukusan yang terbuat dari anyaman bambu. Tak hanya membutuhkan skill yang memadai, pembuatan apem contong juga perlu kesabaran ekstra ketat. Pasalnya, proses pembuatan dilakukan secara manual dan menggunakan alat-alat tradisional seperti kukusan, dandang, kayu bakar, dan kakep.
Harus diakui, proses pembuatan apem contong yang panjang sebanding dengan rasanya yang memang istimewa. Saya sendiri hampir pernah mencicipi semua jenis apem, mulai dari apem goreng, apem panggang, hingga apem selong. Namun, apem contong satu-satunya apem yang punya rasa unik ketimbang apem jenis lainnya.
Di balik rasanya yang enak, legit, dan menul-menul, apem contong juga menjadi salah satu jajanan yang kerap disajikan dalam upacara adat oleh sebagian masyarakat Gunungkidul. Seperti halnya yang dilakukan oleh warga Desa Sodo, Paliyan, Gunungkidul, yang mana setiap tahun atau setelah panen jagung melaksanakan tradisi apem contong.
Acara tahunan ini biasa dilaksanakan pada malam Jumat Kliwon setelah panen jagung. Biasanya, masing-masing kepala keluarga diwajibkan membawa 41 apem contong untuk didoakan secara bersama-sama. Sama seperti tradisi kenduri lainnya, nantinya warga akan saling bertukar dan membagikan kepada warga lainnya.
Upacara adat yang sudah berlangsung secara turun temurun ini adalah bentuk ungkapan rasa syukur warga Sodo kepada Tuhan Yang Maha Kuasa setelah panen jagung. Konon, pada masa Ki Ageng Giring III, apem contong menjadi makanan pembuka Ki Ageng Giring III ketika menjalankan ibadah puasa. Apem contong dipilih sebagai makanan pembuka karena memiliki makna permohonan ampun atas dosa dan kesalahan.
Sementara itu, dalam buku Gunungkidulan, menyebutkan bahwa apem atau apom memiliki makna memadu cinta. Di mana contong adalah simbol wadah yang dimiliki wanita, sedangkan jladren (adonan) perlambang sperma laki-laki. Artinya, apem sebagai perwujudan proses pembentukan manusia dalam rangka pengembangan jagad.
Terlepas dari itu, yang jelas, apem contong telah menjadi warisan kuliner Nusantara yang memiliki cita rasa enak dan penuh filosofi mendalam. Sayangnya, keberadaan apem contong asli, yang proses pembuatannya dilakukan secara tradisional, mulai langka di pasaran atau hanya bisa ditemukan di beberapa wilayah di Gunungkidul, salah satunya di Desa Sodo, Kecamatan Paliyan.
Selain belalang goreng, tiwul, gatot, puli tempe, jadah tempe, rondo royal, hingga thoplek peli, apem contong juga cocok dijadikan oleh-oleh. Untuk itu, bagi Anda yang sedang berada di Gunungkidul, silakan mencari apem contong, dan rasakan sensasi menul-menul dimulut yang begitu istimewa.
Penulis: Jevi Adhi Nugraha
Editor: Intan Ekapratiwi