Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Aparatur Sipil Negara (ASN) Bukan Profesi yang Cocok Untuk Orang Nyinyir

Sabrina Mulia Rhamadanty oleh Sabrina Mulia Rhamadanty
15 Oktober 2019
A A
asn

asn

Share on FacebookShare on Twitter

Untuk mahasiswa rantau macam saya, sudah jarang mendengar nasihat-nasihat langsung dari orang tua, terutama Ibu. Salah satunya karena faktor jarak dan waktu. Dulu waktu SMA, saya dan teman-teman pernah berandai-andai kalau kami punya kesempatan kuliah di luar kota dan jauh dari rumah, tidak perlu lagi setiap hari mendengarkan omelan dari orangtua. Dikit-dikit ditanya mau kemana, dikit-dikit ditanya mau main sama siapa, dikit-dikit ditanya pulang jam berapa.

Kami membayangkan hidup di perantauan akan bebas. Iya sih bebas, tapi ternyata cerewet-nya dan nyinyir-nya orang tua itu perlu untuk perkembangan kehidupan kami. Kalau tidak ada yang nyinyirin, tentu kami tidak akan tau hal mana yang boleh kami lakukan dan hal mana yang tidak boleh kami lakukan. Ya, suka-suka kami saja.

Kebanyakan dari kita mengonotasikan kata “nyinyir” sebagai kata yang negatif. Biasanya kalau ada orang yang terkenal dengan karakter “nyinyir”-nya pasti orang-orang memilih malas berteman atau bahkan sekedar ngobrol. Anggapan kita bahwa orang yang “nyinyir” itu adalah orang yang mulutnya pedas, tukang gosip, pembawa kabar burung lalu hinggap kesana kemari. Ngomong ke si A begini tapi ketika ngomong ke si B begitu, sulit dipercaya.  Tapi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata “nyinyir” sendiri berarti adalah mengulang-ulang perintah atau permintaan dan cerewet.

Serius nih nggak boleh “nyinyir”?

Nyinyir itu sudah jadi bagian dari keseharian manusia, itulah kenapa di setiap perusahaan ada kontak customer service sebagai sarana nyinyirisasi konsumen terhadap segala sesuatu yang bisa dinyinyiri dari perusahaan.  Lalu kalo si konsumen sudah nyinyir panjang lebar, mbak atau mas di belakang telepon akan minta maaf dan berjanji akan memperbaiki kesalahan, persis kata-kata dari mantan ketika ngajak balikan.

Tapi ternyata untuk kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN) nyinyir bukan lagi aktivitas manusiawi bagi mereka, soalnya mereka bisa dipecat kalau ketauan nyinyir. Apalagi di media sosial.

Saya jadi sedih, soalnya ibu saya pernah menyarankan saya jadi PNS. Kata beliau dari pada kerjaan yang lain tidak jelas gajinya, mending PNS saja, gaji tetap, santunan ada, kerja cepat, bisa terlambat, bisa istirahat lebih cepat, bisa pulang duluan, bisa bolos, dan segudang kelebihan lainnya. Kalau ada peraturan tidak boleh nyinyir, mungkin saja saya akan jadi orang pertama yang dipecat. Soalnya kadar nyinyir dalam darah saya tinggi sih, makanya saya nulis di mojok. Otomatis saya tidak bisa mengabulkan permintaan Ibu untuk jadi ASN.

Zaman sekarang sepertinya sudah kurang relevan lagi dengan pribahasa diam itu emas. Nyatanya, diam tidak selalu emas. Ada kalanya kita sebagai rakyat juga berkesempatan untuk mengemukakan keluhan, kritik serta saran kita kepada pemerintah.

Baca Juga:

4 Alasan Pegawai P3K Baru Harus Pamer di Media Sosial

Tunjangan Kinerja buat ASN, Beban Kerja buat Honorer, di Mana Adabmu?

ASN juga bagian dari masyarakat Indonesia, tidak ada bedanya dengan pegawai swasta, pegawai startup, ibu rumah tangga, pengangguran dan calon pengangguran (baca: mahasiswa) seperti saya. Semua bebas “nyinyir”, mengulang-ulang permintaan mereka, dan cerewet dalam mengingatkan para wakil rakyat di atas sana. Nyinyir nggak apa-apa, asal jangan mengata-ngatai terus sembari ngajak orang lain setuju dengan perkataannya. Untung orang tua saya bukan ASN, kalau mereka berhenti nyinyir bisa makin liar saya. hehe

Nyinyir ini pada dasarnya sebagai pengingat. Pengingat janji yang belum ditepati, pengingat program kerja yang belum selesai, pengingat kalau di bawah sini masih banyak rakyat-rakyatnya yang belum sejahtera. Soalnya sudah diingatkan saja kadang tidak didengarkan, apalagi tidak pernah diingatkan.

Negara ini ibarat seorang anak yang sedang tumbuh, perlu dukungan tapi juga harus sering diingatkan supaya tidak salah melangkah. Dan masyarakat berperan sebagai orang tua yang sangat hobi nyinyirin anaknya sampai kuping si anak panas dan akhirnya nurut kata ibu bapaknya, tidak lain dan tidak bukan demi kebaikan si anak sendiri.

Dulu saya pernah komplain ke orangtua, mungkin karena saya sudah merasa dewasa dan bisa mengurus kebutuhan sendiri, saya jadi kesal kalau orang tua mulai nyinyir ke saya. Lalu ibu saya bilang kalau nyinyir dan cerewet itu adalah salah satu bentuk kepedulian, dimana orang tua masih memperhatikan dan mengkhawatirkan anaknya. Sama seperti orang-orang Indonesia yang masih sering nyinyir dan cerewet sama keadaan negara ini, entah di dunia nyata atau di medsos mereka. Itu artinya mereka masih perduli dengan carut-marutnya negara ini, masih ikut mikir. Masih mau ngingetin wakil-wakil rakyat itu yang suka tiba-tiba pikun kalau ditagih janji kampanyenya.

Bayangkan, kalau tidak ada lagi orang yang perduli dengan negara ini. Tidak ada yang nyereweti, tidak ada yang nyinyiri. Mau bagus ya syukur, mau jelek ya mboh lah, sakarepmu wae. Mau maju ya bagus, mau mundur ya tinggal masukin gigi mundur. Mau berkembang ya alhamdulilah, mau bubar ya sudah, ini seperti nasib saya dengan mantan.

Tapi sekali lagi, nyinyir tentu dalam kapasitas mengingatkan yhaaa~ Inget ngingetin dan ngehina itu beda, Bung!

Bersyukurlah Indonesia masih dinyinyirin rakyatnya, soalnya kemarahan paling besar adalah ketika seseorang tidak lagi mau peduli. (*)

BACA JUGA Guru Honorer Adalah Calon Penghuni Surga, Lainnya Hanya Sampai Gerbang atau tulisan Sabrina Mulia Rhamadanty lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 15 Oktober 2019 oleh

Tags: asnnyinyirpegawai negeripekerjaanUU ITE
Sabrina Mulia Rhamadanty

Sabrina Mulia Rhamadanty

ArtikelTerkait

Lika-liku Profesi Pengolah Arsip yang Upahnya Nggak Sip

Lika-liku Profesi Pengolah Arsip yang Upahnya Nggak Sip

29 September 2023
barista

Sampai Kapan Mau Jadi Barista?

26 Desember 2021
7 sifat atasan ASN yang nggak disukai (Onyengradar/Shutterstock.com)

7 Karakter Pimpinan ASN yang Paling Dibenci

14 September 2022
Jadi Waiter Itu Nggak Pernah Mudah

Jadi Waiter Itu Nggak Pernah Mudah

30 Mei 2022
buah iblis bajak laut one piece

3 Buah Iblis One Piece yang Nggak Berguna di Indonesia

25 Juli 2020
kenapa pns asn di indonesia malas dan ogah-ogahan bekerja mojok.co

ASN yang Rajin Itu Bukan Prestasi, tapi Bunuh Diri

9 Agustus 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.