Free agent adalah sebutan bagi para pemain dalam dunia sepak bola yang bisa didapatkan secara cuma-cuma. Mengapa mereka bisa diboyong secara gratis? Biasanya, sih, ya, karena kontrak mereka dengan klub lamanya sudah habis, sehingga mereka tidak memiliki keterikatan apa pun dalam urusan klausul transfer.
Dalam menyambut musim depan, ada beberapa nama populer yang statusnya kini menjadi free agent dan belum memiliki klub, seperti Paulo Dybala, Angel di Maria, Isco, Gareth Bale, dan sang kapten Real Madrid di musim lalu, Marcelo. Selain itu, ada pula “pemain gratisan” yang sudah menjalin kesepakatan untuk bergabung dengan tim barunya, seperti Antonio Rudiger dengan Real Madrid, lalu Andreas Christensen dan Franck Kessie yang kalau kata Fabrizio Romano, sudah siap berseragam Barcelona di musim 2022/2023.
Dari pemaparan singkat tersebut, mungkin ada dari kalian yang bertanya-tanya: apakah mendatangkan pemain free agent itu layak untuk dilakukan? Atau justru hanya akan menambah pengeluaran gaji klub menjadi lebih banyak lagi? Nah, melalui artikel ini, saya akan berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan menggunakan pengetahuan saya sebagai pencinta sepak bola sejak sekitar satu dekade lalu.
Jadi, ada beberapa alasan para free agent tersebut memiliki pesona tersendiri di mata klub sepak bola. Alasan yang pertama tentunya adalah karena mereka bisa didatangkan tanpa harus memberikan sepeser uang pun bagi klub lamanya. Memang, masih ada urusan yang berhubungan dengan agen sang pemain, tetapi itu tentu tidak seberapa dan akan sangat membantu bagi tim-tim yang sedang mengalami masalah finansial, seperti, katakanlah, Barcelona. Sebagaimana yang diketahui, klub berjuluk Blaugrana itu memutuskan untuk mendatangkan Dani Alves pada bursa transfer Januari musim lalu. Coba tebak berapa kocek yang harus manajemen Barca keluarkan? Ya, tidak ada. Wong Alves adalah seorang pemain free agent.
Alasan yang kedua adalah para pemain free agent dapat menjadi solusi jangka pendek atau istilah kerennya, short–term solution. Sebagai contoh, kita tengok saja kasus Dani Alves dan Barcelona tadi. Salah satu tujuan utama Barca “memulangkan” sang pemain asal Brazil adalah karena mereka kekurangan opsi di sektor bek sayap kanan. Nama-nama lain seperti Sergino Dest dan Oscar Mingueza masih menunjukkan performa yang meragukan, sementara Sergi Roberto masih sibuk berkutat dengan cedera. Alhasil, Alves pun didatangkan untuk “menambal” sementara posisi tersebut.
Namun, mengingat usianya yang sudah memasuki angka 39 tahun, maka Alves tentu tidak diproyeksikan untuk menjadi rencana jangka panjang. Ia hanya direkrut untuk menjadi solusi jangka pendek selagi menanti Barcelona menabung hingga terkumpullah uang untuk bisa memboyong target mereka yang sesungguhnya di posisi tersebut.
Alasan ketiga adalah para pemain free agent bisa menjadi sesuatu yang “iseng-iseng berhadiah”. Apa, sih, maksudnya? Jadi, karena pemain tersebut gratis dan tidak memakan banyak biaya dalam penandatangannya, sebuah klub sepak bola bisa saja memutuskan untuk merampungkan transfer tersebut meskipun bisa jadi mereka sebetulnya tidak benar-benar membutuhkan jasa sang pemain.
Sebagai contoh, kita bisa melihat apa yang Brentford lakukan pada Christian Eriksen di pertengahan musim lalu. Kala itu, tim yang berkompetisi di Premier League itu memutuskan untuk mendatangkan mantan bintang Tottenham Hotspur itu secara gratis. Saya yakin, salah satu alasan mengapa manajemen Brentford melakukan itu adalah karena Eriksen merupakan pembelian yang berisiko kecil. Jika ternyata gagal dan sang pemain tidak menyumbangkan kontribusi yang siginifikan di atas lapangan hijau, mereka tak perlu risau karena toh ia dibeli secara gratis. Namun, kalau ternyata ia bermain bagus—seperti yang ia tunjukkan—maka tim berjuluk The Bee itu akan mendapatkan keuntungan dari transfer “iseng-iseng” ini. Win-win solution-lah buat kedua pihak, di mana Eriksen sendiri tentu akan merasa senang karena bisa kembali berlaga setelah insiden yang menimpanya di pagelaran Euro 2020 lalu.
Itulah beberapa alasan mengapa para pemain free agent selalu memiliki pesona tersendiri di mata klub-klub sepak bola. Secara garis besar, mendatangkan pemain free agent adalah pilihan yang bijak untuk dilakukan bagi tim-tim yang belum berani mengambil resiko tinggi dengan mendatangkan bintang-bintang dengan biaya transfer yang sangat di atas UMR. Pada intinya, saya selalu percaya bahwa harga yang mahal tidak selalu menjamin kualitas, dan harga yang murah tidak selalu berarti murahan. Lagi pula, jika ada yang gratis, kenapa harus beli yang mahal? Betul nggak, Barcelona?
Penulis: Bintang Ramadhana Andyanto
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Berharap Tuah Magis Boaz Solossa di PSS Sleman