Apa Benar Pacaran dengan Orang Asing Selalu Penuh Hal-hal Romantis seperti dalam Film dan Lagu Barat?

Apa Benar Pacaran dengan Orang Asing Selalu Penuh Hal-hal Romantis seperti di Film dan Lagu Barat_ terminal mojok

Peringatan: Tulisan ini saya buat berdasarkan pengalaman pribadi, jadi sifatnya subjektif, yaaa.

Karena ini adalah pengalaman pribadi, sudah pasti tulisan ini adalah tentang kisah kasih (ciyeee) saya sendiri. Iya. Pacar saya saat ini adalah orang asing.

“Ribet amat, sih, nyebutnya orang asing? Kenapa nggak bule aja?” tanya netizen julid.

Hmmm… Jadi begini, saya sebenarnya kurang nyaman menyebut pacar saya dengan istilah bule. Kenapa? Karena di KBBI bunyinya begini:

bu.le /bulé/

  1. a cak bulai
  2. n cak orang (binatang dan sebagainya) berkulit putih
  3. n cak orang kulit putih (terutama orang Eropa dan Amerika); orang Barat

sumber : https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/bule

Sementara pacar saya bukan orang Eropa/Amerika dan nggak berkulit putih. Pacar saya orang Afrika dan berkulit hitam. Supaya lebih mudah, mari kita sebut saja doi Bang Kecap.

Jadi, mari kembali ke judul artikel ini. Apa benar pacaran dengan orang asing selalu penuh hal-hal romantis seperti di film dan lagu Barat? Banyak sekali orang-orang yang beranggapan kalau tiap harinya saya dibanjiri pujian dan hal romantis lainnya dari Bang Kecap.

“Kan biasanya orang asing tuh begitu. Romantis gitu. Beda sama cowok-cowok lokal. Pada nggak peka,” ucap netizen yang nggak pacaran sama Bang Kecap, tapi berlagak lebih tahu ketimbang saya.

Jawabannya: nggak juga. Nggak percaya? Bang Kecap buktinya. Default setting-nya memang kaku kayak kanebo kering.

Jangan harap bisa jadi kayak Chrissy Teigen yang dipuja-puja sama John Legend lewat lagu-lagunya, terutama yang “All of Me”. Atau ditatap romantis ala Caleb King (Sinqua Walls) ke Erica Wilson (Christina Milian) di Resort of Love. Atau juga dibikin ketawa tiap hari pakai jokes ala stand up comedy-nya Kevin Hart gitu. Apa ada kejutan-kejutan cute pake buket bunga ala-ala postingan #relationshipgoal yang ramai di Instagram? Nggak ada. Semuanya, Bang Kecap nggak bisa.

Dari PDKT sampai pacaran, Bang Kecap memang sama sekali nggak pernah sweet kayak adegan-adegan di film komedi romantis Barat. Kegiatan wakuncar Bang Kecap nggak jauh dari kulineran, nonton film, dan ngajakin saya (maksa, sih, lebih tepatnya) nontonin dia main bola sama teman-temannya. Buat dia, jika perut sudah kenyang, otak terhibur sama film-film bagus, dan raga sehat karena berolahraga, maka itu semua sudah lebih dari cukup. Motto hidup Bang Kecap nggak lain dan nggak bukan adalah “Mens Sana in Corpore Sano”. Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Ehe, mantap memang!

Bahkan dalam hubungan ini, nampaknya saya yang lebih sering berusaha untuk (sok) romantis. Hingga suatu waktu, saya beneran pengin ngejahilin dia ala gombalan maut Andre Taulany.

“Eh, Abang. Can you please tell me your full name again? Want to take a note on my phone lah,” kata saya membuka gombalan.

Lalu Bang Kecap nyebutin nama lengkapnya selengkap-lengkapnya.

“Wow! So Long lah. I can’t remember it. So, can I call you ‘Mine’?” ucap saya menutup gombalan sambil senyum-senyum.

(Kalau ada yang bilang “nggak ngerti enggres”, duh, tolong jangan cuma HP yang smart. Please, pake google translatenya. Tingga copy dan paste lho, ya! Hiiisss… Sebel!)

Bukannya tersipu malu, Bang Kecap kelihatan bingung. Butuh 5 menit untuk menjelaskan ke doi bahwa tadi itu saya lagi ngegombal. Setelah ngerti, dia cuma senyum-senyum kikuk sambil garuk-garuk kepala (walaupun saya yakin kepalanya nggak gatel).

Lantas, apakah saya jera ngegombalin Bang Kecap? Tentu saja nggak. Apakah Bang Kecap akhirnya paham sama gombalan-gombalan saya? Sayangnya, nggak juga. Wqwqwq. Tapi, setidaknya sekarang dia paham kapan saya lagi ngegombalin dia dan minta langsung dijelaskan saja apa arti gombalan saya. Kadang butuh waktu 2 menit, 5 menit, bahkan 15 menit agar Bang Kecap paham. Capek, deh! Hehehe…

Jadi kesimpulannya, romantisme dalam hubungan itu sepertinya nggak didasarkan pada warna kulit, golongan, agama, ataupun ras. Kalau romantis, ya romantis saja. Kalau kaku, ya kaku saja. Masing-masing orang punya interpretasi yang berbeda-beda tentang keromantisan. Romantis buat saya, belum tentu romantis buat Bang Kecap and vice versa. Yang penting mah saling memahami dan toleransi saja. Sekian~

BACA JUGA Tempat Pacaran di Jogja yang Sungguh Nrimo Ing Pandum dan tulisan Agnes Betania lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version