Kegiatan nongkrong itu sederhana, kita hanya butuh waktu luang. Pun, jika tidak ada pengetahuan baru untuk didiskusikan di atas jam dua belas malam, kita masih punya opsi menceritakan pengalaman, keresahan hingga rasan-rasan. Sederhana, walau kenyataannya seiring dengan kemajuan, kegiatan nongkrong membutuhkan banyak penunjang, salah satunya tas sebagai aksesori. Ambil contoh waist bag, sling bag, dan tote bag, sebagai tiga tas aksesori populer di kalangan muda-mudi.
Dari sisi fungsi, tas semacam itu digunakan untuk mempermudah kita membawa alat-alat manusia modern, seperti HP, dompet, charger, power bank, kartu keluarga (waduh). Di sisi lain, tas demikian juga berguna dalam menunjang penampilan saat mejeng berkedok nongkrong. Maka membandingkan ketiganya, selain mesti mempertimbangkan kenyamanan, juga perlu mempertimbangan aura yang ditampilkan. Sling bag, waist bag, dan tote bag, mana yang lebih worth it?
Pertama, waist bag. Harfiahnya, waist bag digunakan di pinggang, walau tas ini kini populer disilangkan di dada. Tas ini paling sering saya pakai. Keunggulan yang saya rasakan ialah soal kepraktisannya. Dengan tali yang cenderung pendek, tas ini nyaman ditenteng ke mana pun. Dan karena tasnya menempel di dada, mengambil barang apa pun terasa mudah, nyaman, dan aman. Nggak heran, tas semacam ini juga populer di kalangan pekerja ojek online yang membutuhkan segala kemudahan tersebut.
Kesulitan yang saya alami ketika memakai tas ini ialah soal memadukan dengan outfit agar terlihat wangun, alias pantas. Pun dengan gaya disilangkan di dada, tentu tas ini memiliki porsi yang besar di bagian depan. Memperhatikan warna adalah hal pasti. Atau, jika saya memakai flanel dengan kancing terbuka, saya kadang sejenak berpikir, sebenarnya ganggu nggak, sih? Tapi, selebihnya tas ini praktis, nyaman, dan aman serta pantas jika pandai-pandai mengombinasikan dengan pakaian.
Kedua, sling bag. Soal kepraktisan sebenarnya sebelas-dua belas dengan waist bag. Walau, kepraktisan waist bag bagi saya lebih unggul. Karena talinya yang lumayan panjang (dan bisa dibuat sedikit pendek) tas ini cukup aman jika dipadukan dengan outfit apa pun. Jika pede dengan kombinasi tas dan pakaian, bisa diberikan porsi besar dengan menggeser tas ke depan. Menggeser ke samping untuk mengurangi porsi, atau ke belakang hanya untuk menampilkan talinya.
Sayangnya, karena tali yang lumayan panjang, agak riskan dan was-was jika membawa barang-barang penting seperti HP, dompet, charger, power bank, kartu keluarga (waduh 2). Apalagi jika kita menggeser ke bagian samping dan belakang. Walaupun bisa dibuat lebih pendek, tapi kalau lupa, siapa yang ingat?
Yang terakhir, tote bag. Keunggulannya ialah soal ukuran. Ya, selain untuk membawa barang-barang penting dengan ukuran yang kecil, bisa juga digunakan untuk menenteng barang-barang berat seperti laptop. Pun, jika kalian ingin mengurangi penggunaan plastik, tas semacam ini bisa digunakan sebagai kantong belanjaan. Multifungsi adalah keunggulan dari tas ini.
Di sisi lain, karena biasanya tas ini disangkutkan di pundak, agak cukup menyiksa jika digunakan terlalu lama. Karena ukurannya juga, tas ini memakan porsi yang lumayan jika kalian bosan membawanya, lantas menaruhnya di meja. Satu lagi adalah image tas satu ini. Jika memakai parka kalian akan dikira hooligan, tas ini demikian. Jika kalian memakainya, kalian mungkin bakal dikira anak indie, pecandu kopi, dan penggila musik-musik folk dengan gitar lawaran. Maka, memakai tas ini di tongkrongan, selain mesti menyiapkan pundak yang kuat, juga mesti menyiapkan mental yang kuat.
Ya, ketiganya oke-oke saja untuk dibawa ke tongkrongan. Tapi, soal pilihan pribadi, dengan keunggulan dan kekurangan, saya lebih memilih dan lebih sering menggunakan waist bag. Tentu karena saya agak bodo amat untuk terlalu detail memperhatikan penampilkan. Mungkin berbeda dengan kalian.
BACA JUGA Tas Siaga Bencana yang Selalu Dianggap Sebelah Mata atau tulisan Dicky Setyawan lainnya.