Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Otomotif

Andai Suzuki Burgman Street 125 Ganti Logo Jadi Honda, Pasti Laris di Indonesia

Budi oleh Budi
18 Agustus 2025
A A
Andai Suzuki Burgman Street 125 Ganti Logo Jadi Honda, Pasti Laris di Indonesia

Andai Suzuki Burgman Street 125 Ganti Logo Jadi Honda, Pasti Laris di Indonesia (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Di jalanan kita yang gradakan itu, ada satu hukum tak tertulis: motor yang ditempeli logo Honda akan selalu tampak lebih gagah, lebih masuk akal, bahkan lebih layak dipamerkan. Padahal kalau dibongkar sampai “telanjang”, kualitasnya tidak selalu di atas rata-rata. Ironisnya, motor-motor dari merek lain yang sebenarnya nggak kalah—atau malah lebih unggul—sering dicuekin. Contoh paling segar ya Suzuki Burgman Street 125.

Kalau dilihat dari segi harga, Suzuki Burgman Street 125 masuk akal banget menurut saya. Di kisaran Rp26 jutaan, ia menawarkan build quality Suzuki yang sudah terkenal bandel. Suspensinya empuk, handling stabil, mesin halus, konsumsi bensin cukup irit.

Di India dan beberapa negara Asia lain, Burgman cukup populer. Tetapi di Indonesia? Sepi peminat. Paling cuma jadi bahan obrolan segelintir orang di forum motor, itu pun menghujat alih-alih jadi bahan pujian.

Kenapa? Jawabannya kadang bikin geleng-geleng kepala: karena bukan Honda.

Cinta buta pada logo sayap mengepak

Mari kita coba jujur. Di Indonesia, Honda itu bukan sekadar merek motor. Ia sudah menjelma agama kedua. Mau modelnya aneh, mesinnya biasa saja, bahkan kadang sparepart-nya nggak sekuat yang kita bayangkan, tetap saja laris manis. Honda PCX, Vario 160, BeAT, Scoopy, semua seperti punya magnet tersendiri.

Saya bahkan menangkap fenomena agak lucu, yakni orang beli Honda bukan karena suka motornya, tapi biar gampang dijual lagi. Alasan klasiknya, “Harga jual Honda lebih stabil.” Jadi, mindset yang terbentuk bukan soal nyaman dipakai, tapi jangan sampai rugi waktu dijual. Motor pun direduksi jadi semacam deposito berjalan. Nggak salah juga, sih.

Di sisi lain, Suzuki yang jelas-jelas bikin Burgman Street 125 dengan niat baik—desain maxi scooter yang lega, jok empuk, bagasi luas—malah dinilai sebelah mata. “Ah, bukan Honda.” Seakan-akan label di bodi itu menentukan takdir sebuah motor.

Spesifikasi yang rasional, bukan gimik

Padahal kalau kita tilik detailnya, Suzuki Burgman Street 125 itu motor yang sangat sepadan dengan harganya. Ia dibekali mesin 124 cc, SOHC, 2-katup, berpendingin udara dengan teknologi SEP (Suzuki Eco Performance). Tenaganya ada di kisaran 8,6 PS pada 6.750 rpm dengan torsi 10,2 Nm pada 5.500 rpm. Angka ini memang bukan buat ngebut, tapi sangat cukup untuk kebutuhan harian. Tarikannya halus, nggak bikin kaget, dan enak dipakai macet-macetan.

Baca Juga:

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Satria Pro Punya Fitur Keren di Balik Bodi yang Tampak Payah

Tangkinya 5,5 liter, lumayan lega buat kelas 125 cc. Konsumsi BBM-nya bisa tembus 40–45 km/liter, tergantung gaya berkendara. Bagasi? Jangan ditanya. 21,5 liter, bisa muat helm half face atau bahkan jas hujan plus barang-barang kecil. Cocok banget buat mereka yang tiap hari harus bawa banyak perlengkapan.

Di sektor kaki-kaki, Burgman pakai ban depan 90/90-12 dan belakang 90/100-10, dengan rem cakram di depan dan tromol di belakang. Suspensi teleskopik depan dan monoshock di belakang cukup empuk untuk jalanan kota. Panel instrumennya full digital, modern tapi tetap gampang dibaca.

Singkatnya, nih, Suzuki Burgman Street 125 bukan motor yang menjual gimik. Ia motor fungsional yang siap menemani aktivitas sehari-hari dengan nyaman.

Motor banyak minus yang dimaafkan

Kalau kita bandingkan objektif, motor Honda juga nggak sempurna. Malah sering banyak keluhan yang entah kenapa bisa dimaafkan begitu saja.

Shockbreaker keras? “Ah, biasa, namanya juga Honda.” Mesin gampang panas? “Namanya juga rame dipakai.” Keluhan suara mesin berisik? “Servis aja, kan bengkel Honda banyak.”

Bandingkan dengan Suzuki. Baru muncul satu isu kecil saja langsung dijadikan bahan bullying massal. “Itu motor bakal susah cari sparepart!” atau “Ah, dealer-nya dikit, ribet ntar kalau rusak.” Padahal kalau mau fair, yang namanya motor pasti ada umur sparepart-nya. Lagi pula dengan perkembangan online shop, beli onderdil bukan masalah besar.

Ironisnya, masyarakat kita lebih rela memaafkan kekurangan motor matic Honda yang seabrek ketimbang memberi kesempatan pada Suzuki. Rasanya mirip hubungan toxic. Sudah tahu ada minus, tetap saja dipeluk erat-erat.

Desain Suzuki Burgman Street 125 memang nggak cocok buat semua orang, tapi nggak bikin rugi

Suzuki Burgman Street 125 memang punya desain yang nggak semua orang cocok. Modelnya agak bongsor, khas maxi scooter ala Eropa. Buat sebagian orang, ini jadi nilai plus karena terlihat lebih mewah dibanding motor matic kelas 125 cc lainnya. Tapi buat sebagian lain, dibilang “kebesaran” atau “nggak proporsional”.

Akan tetapi mari kita balik logika. Bukankah Honda juga sering mengeluarkan desain aneh-aneh? Lihat saja Scoopy dengan velg mini yang cenderung bikin orang dewasa tampak lucu saat menungganginya. Atau BeAT yang sudah bertahun-tahun wajahnya mirip tapi tetap dibeli habis-habisan. Tapi sekali lagi, karena ada logo sayap di bodi, semua kritik langsung berubah jadi pujian. Imut, unik, dan ikonik.

Sementara kalau Suzuki bikin model beda sedikit, kayak Burgman Street 125, langsung dicap aneh.

Suzuki Burgman Street 125, motor bagus yang salah zaman

Sejujurnya, Suzuki Burgman Street 125 itu motor yang sangat rasional. Joknya lega, riding position nyaman, bagasi muat banyak, harga nggak mencekik. Cocok buat harian, cocok juga buat perjalanan agak jauh. Ini motor yang bisa jadi sahabat setia. Tapi masyarakat kita tampaknya belum siap.

Kita terlalu sibuk membicarakan resale value, gengsi logo, dan service point. Semua hal teknis dan praktis diabaikan. Padahal kalau Suzuki mengganti emblem Burgman 125 dengan logo Honda, saya yakin ceritanya akan berbeda. Motor ini pasti jadi rebutan, stok inden, bahkan dijadikan konten TikTok dengan caption “maxi matic paling worth it”.

Sayangnya, Suzuki tidak bisa mengubah nasib hanya dengan menempelkan logo. Mereka harus berhadapan dengan budaya konsumen yang telanjur jatuh cinta buta pada satu merek.

Menunggu akal sehat muncul

Apakah masih ada harapan bagi Suzuki Burgman Street 125? Saya rasa ada, tapi tipis. Selama masyarakat kita lebih sibuk mengejar gengsi ketimbang logika, motor-motor bagus dari merek selain Honda akan selalu jadi pilihan minoritas. Hanya orang-orang yang benar-benar mengutamakan kenyamanan berkendara dan keawetan mesin yang berani melawan arus.

Mungkin inilah saatnya kita berkaca: sampai kapan kita mau membiarkan logo menentukan kualitas? Bukankah lebih masuk akal kalau kita memilih motor berdasarkan kebutuhan nyata yang awet sampai akhir zaman?

Pada akhirnya, keputusan ada di tangan kita. Mau tetap hidup dalam ilusi branding, atau berani keluar dari arus besar dan mengendarai motor yang sebenarnya lebih rasional.

Penulis: Budi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Apa Motor dengan Desain Terjelek dan Kenapa Jawabannya Suzuki Burgman Street 125?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 18 Agustus 2025 oleh

Tags: hondamotor hondamotor Suzukisuzukisuzuki burgmansuzuki burgman 125
Budi

Budi

Suka minum es teh.

ArtikelTerkait

suzuki spin MOJOK.CO

Suzuki Spin 125: Motor Matik yang Tercipta untuk Melatih Kesabaran

7 Juli 2020
Honda Scoopy: Motor Mahal yang Nggak Kuat Nanjak, Cocok untuk Dataran Rendah

Honda Scoopy: Motor Mahal yang Nggak Kuat Nanjak, Cocok untuk Dataran Rendah

13 Juli 2024
Suzuki Satria 120 R dan Kenangan Cinta Pertama yang Sulit Dilupakan suzuki gsx r150 Suzuki GSX-S150 Touring Edition suzuki smash titan suzuki lets

Pengalaman Menggunakan Suzuki Smash Selama 13 Tahun: Dulu Masih Perkasa, Kini Mulai Renta

22 September 2023
Motor Honda Penyelamat Mahasiswa UNESA Ketintang Surabaya (Unsplash)

Berkat Irit dan Bobotnya Ringan, Motor Honda Menyelamatkan Mahasiswa UNESA Ketintang dari Ruwetnya Tempat Parkir dan Jalanan Surabaya

16 Maret 2024
Motor Honda Supra X 125 Menolak Diisi Pertalite, Merepotkan dan Bikin Boros Aja! Mojok.co

Motor Honda Supra X 125 Menolak Diisi Pertalite, Merepotkan dan Bikin Boros Aja!

5 April 2024
lionel messi dan barcelona mirip marc marquez dan repsol honda mojok.co

Marc Marquez Kayaknya Lagi Disindir waktu Honda Unggah Meme Messi Berseragam Balap

2 September 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.