Andai SpongeBob Jadi Seorang HRD yang Menolak ‘Orang Dalam’ di Suatu Perusahaan

Andai SpongeBob Jadi Seorang HRD yang Menolak 'Orang Dalam' di Suatu Perusahaan terminal mojok.co

Andai SpongeBob Jadi Seorang HRD yang Menolak 'Orang Dalam' di Suatu Perusahaan terminal mojok.co

Senin pagi pada pukul 06.00, SpongeBob sudah bersiap untuk berangkat ke kantor. Sebelum mengunci pintu rumah, ia memberi makan Gary si siput agar tidak kelaparan. Sambil menuju stasiun KRL terdekat, selama jalan kaki, SpongeBob selalu mengucap kalimat, “Aku siap, aku siap, aku siap!” Untuk memberi sugesti kepada dirinya agar selalu semangat dalam mengawali hari. Sebagai seorang HRD di suatu perusahaan, SpongeBob merasa harus tiba lebih awal dibanding karyawan lain. Lantaran ia yang membuat peraturan bahwa semua karyawan harus disiplin soal jam masuk kerja. Dia yang buat peraturan, masa dia juga yang melanggar, sih.

SpongeBob nggak ingin seperti seorang pejabat atau menteri di suatu negara. Dia yang menginstruksikan dan menyarankan untuk menjauhi korupsi, lahdalah, malah dia yang diam-diam korupsi. Mana dana bansos pula. Padahal sebelumnya sempat dinobatkan sebagai menteri inspiratif. Hadeeeh. Menteri di Bikini Bottom ini emang suka ngadi-ngadi.

Tanggung jawab SpongeBob sebagai seorang HRD, sama seperti para HRD lainnya. Mengecek email masuk yang kebanyakan dari para pelamar kerja. Melakukan proses administrasi para karyawan. Sampai melakukan proses wawancara dengan para pelamar kerja yang punya kualifikasi sesuai persyaratan pada iklan lowongan kerja.

SpongeBob adalah seorang HRD yang profesional. Meski teman-teman lamanya melamar di perusahaan tempat ia bekerja, ia tetap objektif dalam memberikan penilaian. Sebut saja Eugene Krab, Squidward, Sandy, sampai dengan Patrick Star yang pernah merasakan sensasi diwawancara oleh SpongeBob. Meski nama-nama yang disebutkan sebagai sahabat baik SpongeBob, tapi mereka tidak begitu saja diterima untuk posisi tertentu. Lantaran mereka punya kekurangan yang sangat mencolok. Parahnya, mereka sama sekali tidak berniat untuk memperbaiki dan malah overproud dengan kekurangan tersebut.

Bermula dari Eugene Krab. Saat diwawancara oleh SpongeBob, ia mengaku masih aktif bekerja di kantornya saat ini di bagian keuangan. Eugene Krab mengaku, ditempatkan pada posisi tersebut oleh atasannya saat ini karena ia pandai mengatur keuangan. Bahkan, cenderung pelit. Jadi, sangat bisa diandalkan dalam mengontrol keuangan perusahaan.

Selama proses interview, fokus yang ingin dicapai oleh Eugene hanya uang, uang, dan uang. Kalaupun ada motivasi lain, ia ingin dapat gaji yang lebih besar dibanding kantor sekarang. Sebetulnya, nggak ada yang salah dengan hal tersebut. Kendala terbesarnya, hanya itu, motivasi “uang” yang diucapkan selama interview dengan SpongeBob. Parahnya, Eugene nggak peduli dengan pencapaian kantor atau soal kinerja. Paling penting baginya hanya pendapat yang lebih besar.

Selanjutnya ada Squidward yang dipanggil oleh SpongeBob untuk keperluan seleksi karyawan. Berbanding terbalik dengan Eugene Krab, Squidward adalah tipe pelamar kerja yang minim motivasi. Selama wawancara pun tidak menunjukkan antusias sama sekali. Bicara pun hanya seperlunya. Lantas, gimana SpongeBob sebagai seorang HRD mau menggali tentang dirinya dan mengetahui segala kemampuannya?

Akhirnya, Squidward tidak diterima karena SpongeBob menilai, tidak ada motivasi bekerja sama sekali dalam diri salah satu sahabatnya tersebut. SpongeBob sempat keheranan dan mengucap dalam hati, “Katanya Squidward butuh pekerjaan dan pendapatan tiap bulannya, tapi kenapa kayak orang yang niat nggak niat gitu ya pas wawancara? Hmmm.”

Barangkali, Sandy Cheeks adalah sahabat sekaligus pelamar kerja yang tergolong pintar bagi SpongeBob. Namun, Sandy pun tidak luput dari kekurangan dan belum memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan oleh perusahaan. Sandy terlalu individualis, introvert, dan kurang supel dalam bersosialisasi. Kekurangan yang sebetulnya minor, tapi bertolak belakang dengan visi perusahaan dan untuk posisi yang akan ia tempati.

Terakhir ada Patrick Star yang sudah bersahabat dengan SpongeBob sejak lama. Dari masih TK sampai dengan kuliah. Dengan segala kekurangannya, Patrick adalah seorang sahabat yang sangat baik. Sempat ada bias dalam diri SpongeBob saat mewawancara Patrick.

Namun, hal yang paling disayangkan adalah, Patrick itu nggak pintar-pintar amat dan sering kali nggak nyambung saat diajak berbicara. Ini adalah persoalan besar. Lantaran posisi yang Patrick lamar, mewajibkan ia harus selalu bertemu dengan klien. Bisa sangat fatal pas ketemu klien, ealah, Patrick malah bengong, nggak nyambung dengan obrolannya, dan malah melakukan hal absurd. Tentu berpotensi mencoreng nama baik perusahaan.

Sialnya, Patrick terlalu pede hanya karena SpongeBob adalah sahabat baiknya. Patrick pikir, ia akan diterima tanpa penilaian objektif. Di hari yang sama, tidak lama setelah proses wawancara, akhirnya SpongeBob menginfokan Patrick secara langsung bahwa, ia tidak diterima. Tidak lolos seleksi karyawan. SpongeBob hanya berusaha profesional sebagai seorang HRD. Namun, di depan SpongeBob, Patrick tidak bisa menutupi kekecewaannya dan berteriak, “Aku kira persahabatan kita istimewa….”

BACA JUGA Seenak Apa pun Rasanya, Saya Nggak Akan Pernah Makan Jengkol! dan artikel Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version