Kedai kopi boleh menjamur di mana-mana, tapi Starbucks tidak akan kehilangan pesonanya. Tak peduli meski keluhan soal harga kopinya tak pernah kering di medsos, nyatanya, Starbucks jarang sepi oleh pengunjung. Itu berarti, mereka punya pelanggan setia yang rela menukar isi dompetnya dengan rasa dan kenyamanan yang mereka tawarkan. Selain, tentu saja, akan selalu ada pengunjung baru yang turut meramaikan khazanah per-Starbucks-an.
Berbicara soal pengunjung yang baru menapakkan kakinya ke Starbucks, yang tidak menyenangkan dari mereka adalah kerap dijadikan kambing hitam dari lambatnya laju antrean di kasir. Maklum, orang baru. Jadi bingung mau pesan apa. Begitu anggapan orang-orang. Padahal mah, bingung itu milik siapa saja. Yang seminggu sekali nge-Starbucks juga belum tentu lancar di depan kasir. Pasti adalah momen ngang ngeng ngong. Tapi apa mau dikata? Netijen sudah bersabda.
Bahkan, beberapa waktu lalu di Twitter ada yang punya melempar ide supaya kasir di Starbucks dibedakan jadi dua jalur, yaitu kasir untuk pembeli yang sudah tahu mau pesan apa dan kasir untuk yang belum tahu mau pesan apa. Wow. Revolusioner sekali idenya! Kira-kira apa yang akan terjadi, ya, seandainya kasir Starbucks dibagi jadi dua jalur? Mungkinkah akan terjadi hal-hal berikut?
#1 Ada perbedaan besaran gaji
Dalam benak saya, andai kasir Starbucks dibagi menjadi dua jalur, maka kemungkinan pertama yang akan terjadi adalah adanya perbedaan besaran gaji antara kasir jurusan expert (yang pembelinya sudah tau mau pesan apa) dengan kasir jurusan “ummm”. Ini wajib. Tidak bisa tidak. Bagaimanapun juga, kasir jurusan “ummm” lebih berat beban kerjanya.
Bayangkan, kasir jurusan “ummm” harus tabah seharian berdiri melayani pembeli yang dikit-dikit “ummm”, dikit-dikit “ummm”. Jangan harap kasir ini bisa melampiaskan lelahnya dengan bengok-bengok atau melempar sendok seperti pelayan Karen’s Diner. Segondok apa pun, kasir Starbucks jurusan “ummm” ini harus tetap tersenyum melayani pembeli. Dengan pertimbangan tersebut, masa iya gaji mereka disamakan dengan kasir jurusan expert? Woya nggak adil! Jangan mau.
#2 Kesempatan pamer
Hal berikutnya yang mungkin terjadi andai kasir Starbucks dibagi jadi dua jalur yaitu terbukanya kesempatan untuk pamer. Iya, tau, selama ini kalian memang sudah sering pamer dengan memasang foto wadah kopi Starbucks di story. Cuma, dengan adanya pembagian jalur antrean, kesempatan untuk pamer makin terbuka lebar. Pembeli yang mengantre di jalur “sudah tau mau pesan apa” bukan tidak mungkin akan mengabadikan momen tersebut dan mengunggahnya ke medos. Tak lupa, disertai caption ndakik biar pamernya makin kaffah.
#3 Antrean tidak berimbang
Durasi pemesanan antara pembeli yang sudah tau mau pesan apa dengan pembeli yang sama sekali bureng , tentu berbeda. Durasi melayani satu pembeli modelan “ummm” bisa sama dengan durasi melayani 5 pembeli expert. Artinya, panjang antrean tidak akan berimbang. Jika diibaratkan, laju antrean yang satu seperti jalan tol, satunya lagi kayak jalur Puncak saat momen liburan. Macet, tidak bergerak.
Antrean yang tidak berimbang ini juga bukan tanpa risiko. Pembeli di jalur “ummm” yang tidak sabar mengantre, pasti akan tergoda untuk pindah haluan ke kasir satunya yang lebih sepi. Kalau sudah begitu, apa sanggup karyawan Starbucks untuk menolak keinginan pembeli? Apalagi kalau ketemunya dengan pembeli yang hobinya gelut. Hmm, auto adu mulut. Endingnya, dua kasir yang tersedia pun akan sama-sama diisi oleh pembeli yang tidak tau mau pesan apa. Lha, trus, apa gunanya dibagi?
#4 Pembeli baru insecure
Para pembeli yang ngakunya sudah bolak-balik ke Starbucks, tentu akan merasa diuntungkan dengan adanya pembagian jalur antrean kasir berdasarkan tipe pembeli. Setidaknya, sobat setia Starbucks ini jadi terhindar dari dosa misuh-misuh karena antrean di depannya nggak am em am em melulu. Namun, tidak demikian dengan pembeli baru. Perbedaan jalur di kasir ini rentan membuat para pembeli baru merasa insecure. Ya, gimana, ya? Dibeda-bedakan itu nggak enak tau~
Ketika kasirnya belum dibeda-bedakan, para pembeli baru ini bisa bergabung dengan pembeli lain yang sudah lebih berpengalaman. Artinya, mereka tersamarkan. Selain itu, mereka juga punya kesempatan untuk nyontek pesanan. Jadi, nggak kelihatan ndeso banget gitu, loh. Tapi, kalau kasirnya dibedakan, bakal lain lagi ceritanya.
#5 Muncul perdebatan baru
Jika di dunia kuliner kita kenal kelompok bubur ayam diaduk dan bubur ayam tidak diaduk, bukan tidak mungkin akan muncul perdebatan baru pasca diterapkannya pembagian kasir berdasarkan tipe pembeli. Yaitu perdebatan antara kelompok yang sudah tau mau pesan apa dengan kelompok yang belum tau mau pesan apa.
Kelompok pertama, akan mengklaim dirinya sebagai konsumen yang cerdas. Sedang kelompok kedua akan membela diri dengan menyebut bahwa tidak tau mau pesan apa saat memilih menu bukanlah suatu dosa. Ribut terosss.
Itulah 5 hal yang mungkin terjadi andai kasir Starbucks dibagi menjadi dua jalur. Bagaimana pendapat kamu? Setuju nggak kalau misalnya kasir dibagi jadi dua?
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 7 Makanan Starbucks Enak dan Layak Dicoba