Bagaimana rasanya punya tetangga macam Jokowi, Puan, dan Ahok?
Mungkin Anda sama seperti saya, belum pernah ketemu presiden atau pejabat di dunia nyata. Meskipun Anda sering nyinyirin atau membela perilaku mereka, tapi belum pernah melihat langsung apalagi bertetangga. Wajar sih kalau bicara pejabat. Mau melihat mereka kunjungan saja harus desak-desakan dan rebutan. Salah-salah malah jadi kluster Covid-19.
Tapi, pernahkah membayangkan kalau tokoh besar negara ini hidup sebagai tetangga Anda? Menjadi manusia yang tak ubahnya bapak-bapak sarungan di pos ronda. Bagaimana perilaku mereka di kampung? Dan bagaimana Anda memandang mereka sebagai warga biasa?
Kalau belum, mari saya bantu untuk berandai-andai. Dengan berlandaskan ciri khas mereka selama jadi tokoh, mari kita reduksi karakter mereka sampai taraf RT. Yah kan bayangin dulu, toh kayaknya sulit untuk jadi kenyataan.
Jokowi, Pak RT yang iya-iya aja sama warga
Jokowi adalah ketua RT yang berangkat dari jualan perabot rumah. Oleh karena dekat dengan pemilik toko sembako Bu Mega, Pak Jokowi jadi kandidat kuat di percaturan politik RT Anda. Enaknya, mau usul program apa pun akan ditanggapi dengan “ya” tanpa sibuk membolak-balik proposal. Kalau kerja bakti, berangkat paling pagi sambil menyiapkan snack bareng istrinya.
Puan Maharani, juragan sembako, keturunan leluhur kampung
Mbak Puan meneruskan usaha toko sembako Bu Mega. Disegani warga karena boleh ngutang di toko blio. Eyang Mbak Puan adalah tokoh yang membuka kampung itu dari hutan belantara. Kalau ada bantuan lelayu atau nikahan, pasti “diimbau” untuk beli di toko sembako Bu Mega. Tukang angkut Mbak Puan terkenal garang dan suka pakai jersey Chicago Bulls.
SBY, mantan RT, purnawiranan yang pengin anaknya tampil
Pak SBY selalu dandan klimis, mengingat jabatannya di tentara yang nggak tinggi-tinggi banget. Menikmati uang pensiun untuk beli alat lukis dan musik, meskipun skill-nya biasa banget. Meski sudah pensiun, sampai hari ini masih cawe-cawe urusan kampung. Selalu berharap agar anaknya besok jadi ketua RT.
Prabowo, purnawirawan galak yang jadi selalu runner up pemilu RT
Kalau Pak Prabowo masih suka pakai kaos loreng dan celana kargo. Terkenal galak kalau rapat RT. Dari jaman Pak SBY jadi RT, Pak Prabowo selalu nyalon. Tapi, sampai hari ini kalah terus. Biar nggak banyak rewel, akhirnya blio diangkat jadi koordinator hansip setempat.
Risma, ibu-ibu yang galaknya naudzubillah
Pecel Mbok Risma selalu jadi incaran sarapan warga. Tapi memang harus tebal telinga kalau beli. Outfit nggak matching saja bisa dikomentarin Mbok Risma. Gapapa galak, karena pecelnya memang enak. Oleh pak RT diminta jadi koordinator urusan sumbangan lelayu dan hajatan.
Oh iya, Mbok Risma ini bukan bakulnya. Beliau kebetulan bikin usaha pecel aja, tapi yang jalanin orang lain.
Anies, selalu ngisi khotbah Jum’at karena keturunan Arab
Pak Anies ini tipikal pekerja kantoran. Kalau rapat RT masih pakai kemeja kantor. Setiap ngomong suka pakai bahasa njelimet meskipun ra mashok. Sering melempar wacana yang bikin warga harus kerja ekstra. Kalau Jum’atan pasti diminta khotbah. Semata-mata karena keturunan Arab dan kolkolah yang enak didengar.
Ridwan Kamil, Selebgram idola karang taruna
Pak Kamil ini bapak muda idola remaja. Paling melek media sosial, meskipun masih kuat mental bapak-bapaknya. Tapi gapapa, karena di mata karang taruna malah nggemesin. Kalau rapat RT nggak banyak usul, dan sibuk ngurusin taman RT dan estetika lain.
Dedi Mulyadi, bapak-bapak dikira dukun, tapi memang doyan klenik
Rumah Kang Dedi terkenal angker. Penampilan blio juga sama angkernya. Kalau ngomong waktu ronda, pasti membahas dunia klenik. Padahal Kang Dedi Cuma nyentrik saja. Tapi, oleh warga sering diminta mendoakan bayi, ngurus ari-ari, sampai menghitung kapan tujuh harian warga meninggal.
Amien Rais, bapak-bapak yang suka nyinyirin Pak RT
Mbah Amien memang sudah uzur. Tapi kalau rapat RT, masih terasa api marahnya. Ada yang main remi, diusir. Ada yang mabuk, diusir. Ada yang memuji Pak RT, diusir. Dihormati warga karena paling rajin azan Subuh. Anak-anaknya sering dinyinyirin karena jarang ikut kerja bakti apalagi sinoman. Tapi, pernah nyumbang gerobak sampah. Cuma sekali saja sih.
Ma’ruf Amin, sesepuh kampung
Oleh karena disegani, Haji Ma’ruf diangkat jadi wakil ketua RT. Kalau ke masjid paling rajin, dan selalu sholat lima waktu. Sering tidak ikut rapat RT karena usia yang sepuh. Kalaupun ikut, pasti juga ketiduran.
Ganjar, your typical good guy
Pak Ganjar suka nge-joke dan kumpul-kumpul. Bukan jadwal ronda saja tetap datang buat ngobrol. Disukai warga apalagi ibu-ibu karena orangnya supel. Memang pernah bermasalah gara-gara lahan parkir pasar. Tapi, karena supelnya orang jadi lupa. Digadang calon kuat RT yang bikin Mbak Puan senewen. Apalagi Pak Ganjar sering utang beras di toko sembako Bu Mega.
Luhut, sekretaris RT yang suka bikin kegiatan
Pak Luhut juga purnawirawan seperti Pak SBY dan Prabowo. Tampilannya memang galak, meskipun tidak segalak Mbok Risma. Kalau mau proposal karang taruna tembus, minta persetujuan Pak Luhut dulu sebelum ke Pak RT. Setiap ada acara pasti jadi ketua dan memberi sambutan. Mau acara tirakatan, kerja bakti, sampai tarkam selalu dipegang Pak Luhut.
Ahok, juragan pertamini
Koh Ahok punya depot isi bensin kecil dan toko obat. Galaknya sebelas dua belas dengan Bu Risma. Kalau kisruh dengan warga RT lain, Koh Ahok bakal maju paling depan. Tapi, sering tidak ada di rumah karena sibuk mengurus toko. Sasaran karang taruna buat pengajuan proposal meskipun sering nggoblok-goblokin.
Sultan HB X, juragan tanah RT sebelah
Oleh karena punya gelar bangsawan Jawa, Pak Sultan sering dipuja-puja warga. Kalau mampir ke pos ronda tidak pernah lesehan. Tanahnya di mana-mana meskipun banyak yang sengketa. Sekarang sibuk mengurus kemitraan dengan waralaba penginapan.
Rhoma Irama, punya organ tunggal
Bang Rhoma adalah musisi kampung. Meskipun yang dimainkan juga cuma dangdutan. Punya organ tunggal dan masih ngeyel untuk nyanyi di kondangan. Pengin jadi ketua RT tapi tidak ada yang mengajukan. Lha gimana, bisanya cuma ngurusin organ tunggal.
Gibran, ketua karang taruna tapi nggak pernah ikut tarkam
Mas Gibran ini anak Pak Jokowi, alias Pak RT. Banyak yang nyinyir kalau Mas Gibran jadi ketua karena pengaruh sang bapak. Kalau sepak bola tarkam, Mas Gibran ikut tapi duduk di bangku cadangan. Daripada nganggur, akhirnya blio berlagak jadi pelatih.
Kaesang, punya kedai kopi
Mas Kaesang ini adiknya Mas Gibran, anaknya Pak Jokowi juga. Orangnya indie banget dan punya usaha kedai kopi. Sering ngutang gula di toko sembako Bu Mega juga. Lebih gampang dicari di media sosial daripada di rapat karang taruna. Kalau tidak ngurusi kedai, Mas Kaesang sibuk jadi admin akun shitposting.
AHY, anaknya Pak SBY
Mas AHY ini seperti duplikat bapaknya. Pengin jadi ketua karang taruna, tapi kalah saing sama Mas Gibran. Disukai ibu-ibu kampung karena gagah, anteng, dan tidak neko-neko. Tapi, kalau main remi sering kalah. Kalau tarkam, sering dipasang jadi striker sama Mas Gibran. Pekewuh, katanya.
Jan Ethes, idola posyandu
Jan Ethes adalah balita yang sering jadi rebutan buat digendong. Anak Mas Gibran ini sering diantar Pak Jokowi ke masjid buat TPA. Bapak dan eyangnya kecipratan tenar gara-gara adek satu ini.