Berawal dari Bowo, TikTok mulai dikenal di arus utama orang-orang Indonesia. Awalnya dianggap aplikasi alay, lama-lama aplikasi ini digandrungi banyak orang. Ya tentu saja formulanya tetap sama. Semakin banyak orang glowing masuk ke sebuah “arus alay”, maka dimaafkan. Dari TikTok, kita mendapat banyak kreativitas baru.
Setidaknya saya catat ada tiga kreativitas baru. Pertama, joged-joged yang biasa dilakukan dan lazim dipertontonkan. Kedua, kreasi. Lathi Challenge dan challenge lainnya masuk dalam kategori ini. Pun konten check-check-an seperti “rumah mewah check” dan “cakruk Pak RT check”, masuk kategori kreasi.
Dan yang ketiga adalah sketsa. Sebagai pengamat kultur TikTok, saya agak dibuat bingung dengan sub-kultur TikTok yang satu ini. Lha piye ya, banyak di antara konten ini, menyimpan berbagai makna yang sulit dijelaskan. Mungkin kalian menganggap konten tersebut wagu atau aneh, namun menurut saya, konten-konten seperti ini adalah palu gada pembawa dampak kemajuan.
Mungkin konten ini adalah “blueprint” dari Vine dan video kocak Instagram yang sebenarnya nggak kocak-kocak amat. Dari sana, mereka memanfaatkan fitur-fitur TikTok untuk membuat sketsa mereka kian mbois. Sewaktu kecil, saya mengira 2020 itu penuh mobil bertebangan di langit. Namun, tebakan saya salah. Tahun 2020 justru lebih modern lagi dengan adanya konten sketsa di TikTok. Dan melalui tulisan ini, saya akan menjelaskan letak wangunnya itu di mana.
Konten family friendly
konco pic.twitter.com/r2jJIu88AY
— tiktokjelek (@tiktokjelek) August 14, 2020
Sketsa TikTok di atas mendidik dengan cara yang unik. Diawali dengan mas-mas yang berjalan lawan arah, kemudian memeluk rencangnya, hal ini saja sudah menyimpan subliminal message yang tidak akan terpikirkan oleh siapapun juga. Bahkan Joko Anwar sekali pun. Setelah berpelukan, adegan selanjutnya adalah scene badass dengan memperlihatkan pria pertama balik menemani pria kedua. Apa maksudnya?
Walau terkesan nggapleki, siapa yang menyangka bahwa kedua pria ini berniat untuk pulang kampung. Dan di dekat bus, sudah ditunggu keluarga mereka. Jangan tanya kenapa mas pertama terlihat sok keren, maksud terselubung dia adalah “mudik lah dengan wangun, agar keluarga di kampung tahu bahwa kita kembali dengan sukses”. Ini memperlihatkan bahwa konten sketsa TikTok sangat family friendly.
Konten percintaan epik
— tiktokjelek (@tiktokjelek) August 13, 2020
Jeda di menit awal, ini bukanlah kesalahan editing. Maksud jeda menunggu itu adalah hendak menyampaikan, ada proses yang rumit di balik ruwetnya proses kreatif. Kemudian, konten ini tanpa musik bukan karena si TikTokers ini lupa atau bagaimana. Hal ini bertujuan untuk menjunjung tinggi copyright yang acap kali. Video ini sejatinya sebuah perlawanan dalam menentang paham-paham lama.
Untuk urusan koreo, ini merupakan karya orisinil mereka lantaran kebanyakan sketsa dari Amerika atau India. Hal kecil seperti ini patut diacungi jempol. Dalam video ini, mereka hendak menunjukan bahwa bikin konten di sekitaran kompleks yang mepet kebon pun juga bisa menghasilkan sesuatu yang uwu. Sungguh Revolutionary love ala remaja kita.
Konten otak lebih dari otot
pukul pic.twitter.com/bOTKQfpqDO
— tiktokjelek (@tiktokjelek) August 13, 2020
Nggak ada penjelasan konten ini bertempat di Mineral Town atau di mana, dengan banyaknya sapi yang terhampar, TikTokers ini jelas ingin kontenya berkonsep back to nature. Gaya ketiga pemuda ini tidak ingin menunjukan kekerasan, jadi mereka memutar otak bagaimana kontennya tetap bisa wangun tanpa harus saling pukul. Jalan tengahnya ya adu melotot, yang duluan kedip bakal kalah.
Ini merupakan twist yang sempurna, bahkan sekelas Netflix seharusnya mengadaptasi konten “pukul” ini. juga, industri film harus melirik, ada jalan tengah dari sebuah perselisihan dan tidak harus mengandalkan adu jotos saja, namun bisa dengan cara ala mereka, lomba dulu-duluan kedip.
Konten sentilan khusus untuk sinetron Indonesia
— tiktokjelek (@tiktokjelek) August 13, 2020
Tentu kita ingat dengan video TikTok India tentang si pembeli yang diperlakukan tidak sopan oleh si pemilik mini market. Dengan “pembalasan” yang savage dari si pembeli, viral lah video tersebut. Nah, video ini merupakan adaptasi dari video itu. Tentunya, dengan lokal pride yang hendak mereka tonjolkan semisal transisi yang super ngeselin.
Tapi tunggu dulu, siapa yang nyana bahwa konten ini bukan hanya sekadar adaptasi, namun juga sentilan bagi sinetron di indonesia yang membosankan dan tidak ada kemajuan. Pertama, masalah transisi, hal ini menyentil sinetron Indonesia yang super menyebalkan, lebai dan wagu. Nah, mereka yang muntab dengan kultur sinetron seperti itu, mencoba untuk sarkas melalui video ini.
Kedua, merek makanan yang mereka sengaja pertegas dalam pengambilan shoot. Apa lagi jika bukan sindiran untuk sinetron Indonesia yang banyak iklan di dalam cerita? Bahkan, dengan cerita yang nggak jelas, mereka berani-beraninya ngiklan di jam prime time. Nah, dua pemuda progresif ini lah yang berani menunjukan suaranya dengan lantang melalui konten TikTok sketsanya.
Saya sadar sejatinya si konten kreator sketsa ini tak mudah untuk bisa dimengerti. Kita nggak mungkin kepikiran dengan maksud terselubung dari pembuatan video-video tersebut dengan sekali lihat saja. Percaya sama saya, kita ini hanya sibuk dan terjebak dalam gelak tawa. Tetapi, tertawa juga boleh, sih, asal jangan lupa setelah itu mengapresiasi.
BACA JUGA Teror Andong Pocong di Sidoarjo dan tulisan Gusti Aditya lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.