Sebagai orang Surabaya, saya selalu malas ketika teman mengajak saya main ke Sidoarjo, tempat asalnya. Meskipun daerah kami berdekatan, tapi saat mendapatkan undangan main ke sana, rasanya selalu berat.
Padahal, teman-teman saya yang berasal dari Sidoarjo selalu terbuka saja “gas aja” kalau mendapatkan ajakan nongkrong di Surabaya. Entahlah, kenapa saya sering merasa berat begitu, ya? Apakah kalian juga merasakan hal yang sama?
Nah, suatu ketika, saya mendapatkan berkah untuk magang di Sidoarjo. Maka, mau nggak mau, saya harus berangkat. Kalau menolak, saya bisa nggak lulus. Sekalian saja saya memanfaatkan momen itu untuk bertukar pikiran dengan teman-teman dari kota petis itu.
Daftar Isi
Ada apa di Sidoarjo?
Selama magang di sana, saya banyak memikirkan soal sikap saya yang mungkin terasa agak menyebalkan. Kesimpulan awal saya adalah karena pengetahuan saya sebagai orang Surabaya yang agak minim soal Sidoarjo. Maklum, yang saya tahu sebatas Gelora Delta dan Lapindo.
Teman saya tidak membantah atau menyalahkan saya. Dia maklum kalau banyak orang yang masih belum mengenal kabupaten yang juga mendapatkan julukan kota udang. Teman saya menambahkan satu landmark lagi yang biasanya dikenal oleh orang Surabaya, yaitu Alun-alun Kota.
Menurut pernyataan teman saya, dirinya bahkan tidak pernah nongkrong di alun-alun atau kawasan stadion, apalagi di Lapindo. Makin nggak mungkin. Menurutnya, tak ada yang benar-benar menarik dari daerah sendiri. Kalau ada tempat nongkrong yang bagus, lokasinya suka mepet banget sama Surabaya. Makanya, ya sekalian saja main ke kota tetangga.
Biasanya, tema-teman saya nongkrong di Alun-Alun Surabaya (Balai Pemuda). Untungnya, pemerintah daerah sudah melakukan revitalisasi. Makanya, ikon kota itu sekarang menjadi paket lengkap sebagai destinasi wisata. Saya nggak perlu menjelaskan, ya. Silakan googling saja.
Terasa nanggung banget buat orang Surabaya
Itu tadi dari sisi perasaan orang Sidoarjo kepada daerahnya sendiri. Nah, untuk orang Surabaya, kota delta itu rasanya serba nanggung. Ya maaf saja, destinasi wisata di sana rasanya kurang greget. Cukup mengorbankan waktu sedikit lebih banyak, kamu bisa mengunjungi Pacet, Trawas, Tretes, atau Cangar.
Memang, untuk mencapai lokasi tersebut, kamu akan membutuhkan 30 menit sampai 1 jam. Namun, percayalah, lelahnya perjalanan sepadan dengan tujuan. Indahnya dataran tinggi dan hamparan pegunungan akan menyambut kedatangan kalian. Kemudian kita bisa nongkrong sembari menikmati keindahan alam.
Anak muda Sidoarjo juga merasakan hal yang sama, kok. Banyak dari mereka yang pergi ke tempat-tempat di atas ketimbang eksplorasi kota sendiri. Mau bagaimana lagi, jika tak yang bisa dinikmati di kota sendiri, main ke kota orang adalah solusi.
Bukan maksud saya meremehkan
Eits, sebentar. Ini bukan berarti saya meremehkan Sidoarjo, ya! Meskipun saya bilang bahwa beberapa anak muda Surabaya malas main ke sana, Sidoarjo adalah kota pemersatu dan penuh sejarah besar.
Mari menengok beberapa waktu lalu, di salah satu kegiatan akbar bahkan di sana rekor tercipta. Ribuan, bahkan mungkin jutaan orang, tumpah ruah merayakan 100 abad Nahdlatul Ulama.
Bukan hanya itu, Sidoarjo juga 2 kali menjadi saksi atas kemenangan timnas sepak bola Indonesia di negeri sendiri. Kala itu, timnas U-19 era Evan Dimas dan timnas U-16 era Ernando Ari yang berhasil menjuarai Piala AFF. Baru-baru ini, mereka sukses menggelar upacara pembukaan Porprov Jatim VIII 2023 yang saat ini masih berlangsung.
Satu hal lagi yaitu, kota delta menjadi daerah industri yang maju dengan pesat. Oleh sebab itu, Sidoarjo adalah kota yang indah sesuai porsinya.
Penulis: Rahadi Siswoyo
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Persoalan Terminal Purabaya Sidoarjo di Tengah Kemegahannya