Buat yang pernah kuliah di UIN (Universitas Islam Negeri), pasti paham bahwa status ini bukan sekadar gelar akademik. Ini juga semacam cap yang menempel seumur hidup, mau nggak mau. Kalau di kota, mungkin status itu hanya jadi tambahan di CV, tapi kalau di desa? Waduh, lain cerita. Begitu pulang kampung, alumni UIN mendadak jadi ustaz dadakan, meskipun waktu kuliah malah nggak pernah mampir masjid, kecuali ketika mencari takjil gratisan.
Setiap ada acara keagamaan, nama alumni UIN pasti disebut duluan. Apalagi kalau tiba-tiba ditunjuk jadi imam tarawih. Ya, meskipun selama kuliah hafalannya lebih sering dipakai buat mengingat menu kantin favorit ketimbang surat-surat panjang.
Ironisnya, cap “alumni UIN pasti alim” ini berlaku untuk semua jurusan. Entah kamu lulusan Hukum, Komunikasi, bahkan Sastra Inggris, tetap saja dianggap lebih paham agama dibandingkan alumni kampus lain. Pokoknya kalau ada “Islam” di nama kampusnya, langsung diasumsikan punya kemampuan dakwah. Mau protes? Percuma. Masyarakat sudah lebih dulu men-judge kita.
Daftar Isi
Kuliah di UIN: antara disepelekan dan disangka alim
Dulu waktu saya masih kuliah, mahasiswa UIN sering dianggap remeh. Di tiap daerah, UIN selalu punya rival dari kampus lain yang lebih mentereng. Kalau ada alumni kampus umum dengan embel-embel “negeri”, mereka dipandang lebih keren. Kalau ada alumni kampus Islam swasta yang terkenal, mereka dianggap lebih eksklusif. Sedangkan UIN? Ya, nanggung.
Namun begitu lulus dan pulang kampung, situasi berbalik drastis. Orang-orang di desa nggak peduli kamu kuliah di jurusan Hukum, Sastra, atau Ilmu Komunikasi. Pokoknya kalau ada kata “Islam” di nama kampusnya, mereka langsung berpikir, “Wah, ini pasti bisa jadi imam tarawih.” Bahkan kalau kamu kuliah di jurusan Teknik Informatika sekalipun di UIN, tetap saja dianggap lebih ngerti agama dibanding alumni kampus lain yang jurusan agama.
Beban alumni UIN di desa: dari imam tarawih sampai tukang tahlil
Tinggal di kota sebagai alumni UIN mungkin aman-aman saja. Statusmu nggak begitu dipermasalahkan, dan orang-orang lebih fokus pada pekerjaan atau kariermu. Tapi kalau di desa? Tentu beda cerita. Ada beberapa beban moral (dan sosial) yang otomatis kamu sandang.
Selain dianggap bisa jadi imam salat dengan bacaan yang paripurna, kamu juga dianggap pasti bisa memimpin tahlilan. Pokoknya begitu ada tahlilan, warga langsung nunjuk alumni UIN untuk memimpin doa. Nggak peduli kamu hafal urutannya atau nggak, pokoknya tanggung jawab itu jatuh ke pundakmu.
Belum lagi soal ceramah atau khotbah. Saya nih sering banget mendapat tawaran tersebut. Padahal ketika kuliah, saya hanya fokus menjadi anak kosan, bukan full mondok sampai menjelang boyongan.
Selanjutnya menyoal hukum Islam. Kita sering dianggap paham dan punya otoritas memberikan fatwa soal hukum yang beredar di masyarakat. Misalnya, sering banget ditanyai soal hukum bunga bank itu riba atau bukan. Saya cuma tersenyum, sebab saya lebih paham soal promo di e-commerce dibanding hukum Islam.
Satu lagi, ini yang menyebalkan, yakni sering dipandang sinis kalau pakaiannya terlalu rebel. “Lho, kamu kan alumni UIN, kok bajunya gitu?” Seketika, orang-orang lupa kalau kamu juga anak muda yang pengin bergaya.
Hidup sebagai alumni UIN: antara bangga dan terbebani
Memang ada rasa bangga menjadi alumni UIN. Banyak hal yang bisa dipelajari selama kuliah, dari ilmu keislaman sampai wawasan sosial. Tapi di sisi lain, ekspektasi masyarakat sering kali terlalu tinggi. Rasanya seperti selalu diawasi dan dituntut untuk berperilaku alim.
Jadi, buat kamu yang masih kuliah di UIN dan bercita-cita pulang kampung setelah lulus, siap-siap saja. Entah kamu siap atau tidak, masyarakat desa sudah menyiapkan posisimu sebagai ustaz dadakan. Tapi kalau kamu bisa menerima beban ini dengan santai, ya sudahlah, nikmati saja. Toh, kalau ada acara tahlilan, minimal dapat berkat yang bisa dibawa pulang, kan?
Penulis: M. Afiqul Adib
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.