Dalam dunia perbudakan, eh perkuliahan ding, hampir di setiap kampus terdapat organisasi eksternal. Mulai dari HMI, PMII, GMNI atau MAE (Mahasiswa Ambyar Empire, ini hanya angan semata sih). Organisasi eksternal identik dengan pergerakan dalam menjalankan ideologinya masing-masing. Dalam menjalankan itu setiap organisasi eksternal saat ini pasti mempunyai senior yang siap menata adik-adiknya. Namun terkadang, kenyataannya tujuan organisasi tak terlaksana gara-gara senioritas yang memaksa.
Sejauh ini senioritas masih menjadi momok menjengkelkan. Bagaimana tidak? Sebagai junior kita selalu dilema. Satu sisi kita ingin bebas berproses tapi di sisi lain kita harus unggah-ungguh kepada senior yang sekarepe dewek! F*ck you, Senpai! Maka dari itu, pasang mata dan pikiran kalian terhadap doktrin-doktrin basi dari senior-senior di bawah ini.
Satu: Senior Eksistensialis
Seperti kata Sartre, eksistensi mendahului esensi. Mereka tidak selesai membaca konsep Sartre bahwa eksistensialieme berarti entitas yang bersikap dan bertanggung jawab secara independen dan sadar (eksistensi). Mereka hanya berfokus kepada eksisnya saja. Mereka sangat lapar akan eksistensi atau pengakuan terhadap dirinya. Segala kegiatan harus di-upload dan diberi caption yang bijak. Padahal mereka hanya tidak punya integritas yang lebih untuk ditunjukan. Jijik!
Asli! Hindarilah model senior yang begini. Karena kalian tidak akan mendapatkan apa pun kecuali omong kosong. Cara mengetahui mereka sangat gampang. Lihat saja setiap ada kegiatan siapa yang peling show up, padahal tidak perlu dilakukan. Lihat saja siapa yang minta difoto berkali-kali karena angel-nya kurang bagus. Lalu lihat siapa yang story-nya bijak namun tidak nyambung dengan foto.
Dua: Senior Fundamentalis
Ini yang paling mengekang kepada junior. Mereka menganggap merekalah yang paling benar. Merekalah yang paling murni. Tipe ini mengajak agar selalu mengikuti keinginannya, karena mereka merasa yang paling berjasa akan organisasi itu. Jadi mereka membuat diri mereka sebagai standar asas atau inti dalam berjalannya suatu organisasi. Biasanya mereka terdiri dari para pionir organisasi di kampus itu.
Mas atau Mbak, tolonglah. Kalian hanya pendiri di tingkat kampus bukan pendiri awal organisasi. Please deh… Ya kami tahu kalian membuat sejarah, maka dari itu biarkan kami juga membuat sejarah kami sendiri, Sat! Tidak usah campuri kami dengan kejayaan kalian di masa lalu,. Hello! Itu hanya masa lalu! Kami butuh progres bukan stagnan untuk merenungi masa lalu.
Identifikasi awal mengetahui senior beginian adalah mereka selalu bilang, “Lihat dong abang pas dulu tuh bla bla bla.” Heleh, makan dulu yang bener, baru bacot!
Tiga: Senior Strukturalis
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan yang satu ini. Hanya saja mereka ini sangat kaku. Segala sesuatu harus sesuai dengan protap. Kenapa ini harus dihindari? Karena mereka tidak fleksibel. Mereka akan cenderung intoleransi. Mereka akan meniadakan nilai sosial, moral, ataupun budaya yang dihasilkan selama itu bertentangan dengan prosedur. Kemudian mereka dimungkinkan tidak akan kreatif, karena hanya mengandalkan sebuah kebijakan yang sebenarnya itu bisa disesuaikan.
Bayangkan, Saudara-saudara! Hanya karena salah kalimat dalam surat saja mereka akan murka karena tidak sama dengan contoh yang mereka punya. Padahal tujuan kalimatnya sama. Saya tidak bisa mengkritik mereka. Cuma bisa ngelus dada dan bilang dalam hati, “Ya Tuhan, sadarkanlah dia.”
Empat: Senior Materialis
Ini lebih mirip dengan penjilat. Lebih tepatnya lagi tukang nebeng buat cari untung. Karena bagi mereka, “Semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material dan materi adalah satu-satunya substansi.” Bagi mereka yang penting untung, meskipun harus menjadi budak. Tidak ada prinsip atau idealisme. Mereka hanya memanfaatkan relasi untuk sebuah laba.
Jelas ini harus dihindari. Jika mereka sampai meracuni, nilai perjuangan kita akan tidak terarah dan hilang. Orientasi hanya tertuju pada sebuah harta. Paling parah adalah mereka memanfaatkan kepolosan para junior untuk kepentingan mereka. Wahai, jamaah junior, sesungguhnya harta tidak akan berharga tanpa ada kualitas ilmu. Sadarlah kalau kalian sedang dimanfaatkan. Amin!
Lima: Senior Kapitalis
Kalau yang ini gerakannya very smooth… Semua mereka punya. Kita membutuhkan apa pun pasti ada. Permasalahan akan menjadi mudah. Butuh saran, pertolongan teknis, bahkan materi pasti diberikan. Tapi ingat! Itu hanya akal-akalan mereka saja. Mereka akan membuat kita ketergantungan. Jadi ketika kita susah, kita akan dibuat bermuara kepadanya dan saat itulah mereka menang dengan mudah. Mereka akan memaksa kita menuruti kemauannya yang sering bertentangan dengan asas organisasi.
Wah, berat memang. Saran saya adalah cegah sebelum terjerumus. Kita pasti bisa independen untuk menjalankan kegiatan.
Marilah kita bersama-sama teriakan, “Senioritas f*ck off! Hancurkan dan melawan dirimu!”. Bagi para senior di atas, kami hanya butuh kesempatan. Kami hanya butuh diingatkan bukan dikendalikan semaunya. Kita punya hak yang sama. Kalian hanya kebetulan menjalani semua ini lebih dulu daja.
Terkadang kita harus jadi tuli untuk sampai ke tujuan. Tapi apakah semua senior seperti itu? Tentu tidak. Masih banyak yang patut diikuti.
BACA JUGA Maha Benar Senior dengan Segala Firmannya atau tulisan Aniq Kanafillah Aziz lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.