Klaten itu kota yang nyaman, tenang, dan adem. Tapi hidup di Klaten sering membuat kami berada pada posisi serba nanggung. Secara geografis, Klaten terletak tepat di antara dua kota besar. Jogja di sebelah barat daya. Solo di sebelah timur laut. Makanya Klaten menjadi kota transit yang sering hanya disapa sekilas oleh para pelintas jalur utama.
Saya sendiri orang Klaten dan sekarang kuliah di salah satu kampus di Solo. Teman-teman saya ada juga yang kuliah di Jogja. Orang sering bertanya, “Lho, kenapa nggak kuliah di Klaten aja? Memangnya di sana nggak ada kampus?” Ya ada, tapi ya gitu. Kami punya jawaban panjang atas pertanyaan tersebut. Ini dia alasannya.
#1 Pilihan universitas di Jogja dan Solo lebih banyak daripada di Klaten
Jogja dan Solo dikenal sebagai Kota Pendidikan. Banyak kampus hits berkumpul di sana. Ada UGM di Jogja. Ada UNS di Solo. Selain itu, ada pula puluhan kampus lain yang bikin brosur sampai masuk ruang tamu tiap hari.
Kami, para pemuda Klaten, ingin kuliah sesuai minat, sesuai cita-cita. Dan kadang jurusan impian itu tidak tersedia di kampus dekat rumah. Saya pribadi memilih UNS karena itu impian sejak kecil. Dulu saya kira UNS itu singkatan dari “Universitas Nyenengke Sanubari”, tapi ternyata bukan. Ya sudah, sudah telanjur cinta.
Baca halaman selanjutnya: Biaya hidup tetap…
#2 Soal biaya hidup yang tetap bersahabat seperti di Klaten
Jogja dan Solo itu kota besar. tapi biaya hidupnya masih bersahabat. Kos murah. Makan murah. Transport murah. Selama tinggal di Solo saya merasa pengeluaran masih aman. Saya sering bergumam, “Untung nggak jauh beda sama di Klaten.”
Walau kadang saya kalap makan ayam geprek level lima tiap hari, lalu akhir bulan saya jadi ahli masak mie seduh, nggak masalah. Hidup mahasiswa memang keras.
#3 Akses transportasi sangat mudah
Ini faktor yang bikin orang tua saya mengangguk. Klaten dekat dengan Jogja dan Solo. Kami bisa naik KRL Jogja–Solo dengan ongkos murah. Atau naik motor sendiri.
Walau saya masih baru lancar naik motor dan tiap ke Solo saya nyasar, nggak apa-apa. Jaraknya yang dekat membuat orang tua saya merasa lebih tenang. Setidaknya mereka juga bisa berkunjung ke Solo sewaktu-waktu dari Klaten.
#4 Suasana dan lingkungan akademik mendukung
Jogja itu terkenal tenang dan hangat. Solo itu tidak kalah ramah. Lingkungannya nyaman untuk duduk lama di perpustakaan, atau nongkrong sambil pura-pura ngerjain tugas.
Sebagai Kota Pelajar, keduanya punya iklim akademik yang kuat. Ada budaya belajar, komunitas kreatif, seniman, peneliti, bahkan ada mahasiswa yang kayaknya cuma hobi nongkrong tapi akhirnya lulus kuliah juga. Pengalaman sosial dan budayanya kaya. Jadi mahasiswa rasanya lebih hidup, lebih berkembang, dan tentu lebih sering begadang.
#5 Standar sosial warga Klaten itu kadang nyebelin
Ini fakta pahit. Ada anggapan kalau kuliah di kampus ternama luar Klaten itu lebih prestise. Kalau dibilang kuliah di UGM atau UNS, orang akan bergumam, “Wah, hebat tenan”.
Nah, standar sosial inilah yang memberi dorongan ekstra bagi muda-mudi Klaten merantau. Tetapi positifnya kami jadi keluar dari zona nyaman dan berjuang di rantauan.
#6 Klaten terlalu nyaman untuk ditinggali
Klaten itu nyaman untuk ditinggali. Malahan terlalu nyaman. Kalau kuliah di Klaten, saya takut jadi terlalu santai. Takutnya saya tiap hari pulang ke rumah, diurusin ibu bapak terus. Makanya saya memilih kuliah ke luar kota seperti Solo biar bisa mandiri.
Teman-teman saya yang merantau juga punya pemahaman sama. Kami jadi bisa belajar hidup sendiri. Jauh dari orang tua sehingga harus mengurus diri sendiri. Lagi pula merantau itu bikin perasaan kangen rumah jadi terasa manis. Tetapi pada akhirnya ya kami nggak bisa pergi terlalu jauh.
Kami hanya pindah berjarak beberapa kilometer dari rumah. Jarak Klaten ke Jogja hanya sekitar 1 jam perjalanan. Sementara jarak dari Klaten ke Solo juga sekitar 36 kilometer. Memang tetap dekat, dan kami bisa pulang kapan saja. Tapi setidaknya kami berani untuk keluar dari zona nyaman.
Meski kuliah di kota lain, hati kami tetap di Klaten. Yah, meskipun kadang kalau ditanya orang kami akan bilang, “Aku kuliah di Solo,” dengan perasaan bangga yang sedikit berlebihan.
Penulis: Olivia Eka Anugerah
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Klaten, Daerah Tempat Tinggal Paling Masuk Akal untuk Pekerja Jogja yang Ngeri dengan Harga Properti.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
