Alasan Seseorang Masih Nggak Puas Meski Sudah Dirias Berjam-jam

Alasan Seseorang Masih Nggak Puas Meski Sudah Dirias Berjam-jam terminal mojok.co

Alasan Seseorang Masih Nggak Puas Meski Sudah Dirias Berjam-jam terminal mojok.co

Dulu waktu saya belum begitu menerjunkan diri ke dalam dunia perciwi-ciwian, saya nggak begitu ngerti makeup secara rinci. Hal yang saya ngerti paling cuma alas bedak, bedak, celak, sama gincu. Itu juga gincu Arab, yang harganya gocengan. Itu duluuu, nggak tau dah sekarang harganya berapa.

Namun, selama bertahun-tahun saya tinggal di Bandung, secara alamiah naluri saya untuk berkecimpung dalam dunia per-makeup-an tumbuh kian besar. Di samping karena usia saya yang kian hari kian kolot dan paham apa yang kulit saya butuhkan, saya juga ngerasa kurang pede kalau pergi keluar kosan dengan komuk yang masih kucel. Paling nggak, minimal dikasih pelembab sama bedak tipis. Soalnya ini euy, di Bandung mojangnya pada bening-bening. Barangkali aja kalau ternyata jodoh saya ada di Bandung etapi muka saya lagi kucel-kucelnya. Takut malah jadi bukan jodoh saya lagi.

Transformasi kecil-kecilan mulai saya praktikkan. Mulai dari mengenal beragam merek makeup sampai ke jenisnya. Pada proses penjajakan ini saya nggak sendirian. Kebetulan saya dimentori teman yang kerjaan paruh waktunya sebagai MUA alias kang rias.

Pernah suatu waktu saya menawarkan diri sebagai kelinci percobaannya. Selain karena penasaran dengan tampilan wajah saya jika dirias dengan makeup bold, dia juga jadi bisa malpraktek ke saya. Kalau ternyata kecemongan atau lem bulu matanya kedaluwarsa, ya masih aman, lah.

Nah, waktu mau dirias, ada satu request yang palinggg saya tekanin. Saya minta ke dia, “Eh, tapi ini kantong mata aing bisa jadi nggak keliatan, kan?” Seinget saya, dia iya-iya aja.

Dan pas udah jadi, jeng jeng jeng. Kantong mata saya masih kelihatan menonjol meskipun warnanya sudah rata dengan kulit wajah.

Jujur ya, dalem ati saya agak sedih. Kirain bakal bisa keliatan mendadak cantik paripurna tiada tara.

Waktu itu saya mikirnya makeup bisa menutupi segala “cacat” di wajah. Eh, ternyata… Iya. Tapi nggak semuanya.

Rumus untuk makeup yang berhasil nggak cuma ada di makeup yang digunakan, dan tangan yang nanti digunakan buat ngerias doang. Tapi, juga bagaimana bisa merawat kulitnya. Kalau ternyata kulitnya geradakan, bruntus, merah-merah, dan masih terlalu ngoyo bakal bisa otomatis ilang sekali usap dengan makeup, aduh jangan, dah. Kesian kulitnya.

Kang rias itu bukan dokter di klinik kecantikan apalagi tukang ketok magic. Tapi, sering bangat dijadiin tempat gantungin harapan buat keliatan cantik seketika. Jangan begitu dong, ah. Kesian kang riasnya. Sini saya bantu bocorin kenapa kamu kadang masih dibuat nggak puas dan kecewa meski sudah dirias berjam-jam.

Biasanya, karena terlalu menaruh ekspektasi tinggi.

Tipe orang yang begini kerap kali datang dari kalangan yang kurang ngerti makeup. Jadi, sudah umumnya klien ngasih unjuk foto, model, atau look makeup yang dia mau. Ya, sebagai kang rias, teman saya ini sih, nggak masalah mau kliennya ada request tersendiri. Yang jadi masalah itu, kalau pas sudah dirias sesuai dengan model, dia protes soal makeup-nya yang kelihatan beda dengan foto yang dia unjukin ke kang riasnya.

Jadi, ada beberapa alasan betapa sebenarnya menaruh harapan tinggi ke kang rias itu musyrik adanya.

Pertama, setiap MUA itu berbeda. Dimulai dari beda skill-nya, sampai ke makeup kit-nya. Pada dasarnya, MUA ini sudah mengusahakan untuk miripin muka klien ke look yang diminta. Tapi apa boleh buat. Kalau misalkan si foto model yang dijadikan referensi itu ternyata make foundation Shu Uemura dan foundie yang MUA klien pake itu Wardah atau Purbasari, apa iya kaga mikir dulu sebelum menggerutu atau mencak-mencak?

Ya, memang sih, nggak 100% untuk mencapai look yang diinginkan harus pakai peralatan plek-jiplek persis sama kek referensinya. Tapi ya, coba dipikir lagi, dah. Misalkan mau look yang sama persis kek yang referensi, kenapa nggak pake MUA yang sama kek di foto itu aja? Yang pakenya Shu Uemura, di saat budget buat bayar kang rias yang klien punya cuma Rp150 ribu.

Kedua, tekstur wajah yang berbeda. Ini biasanya jadi kendala yang lumayan gede. Bayangin, misal foto referensi klien itu pakai foto Indahkus. Bersih, mulus dan… wangi. Bandingin dengan kondisi kulit klien yang jauh banget nggak kayak Indahkus. Ada bopeng jerawat lah, atau bahkan jerawat yang baru nongol tapi belum masak banget.

Harusnya, sih, keterbatasan yang klien miliki itu bisa disadari cermat-cermat. Tapi ya, mau gimana lagi. Emang rada susah sih, ngasih tau orang noob nyolot. Kalau memang mau kelihatan oke begete setelah pasang makeup, kencengin atuh skincare-nya.

BACA JUGA Tidak Ada yang Salah dengan Bersembunyi di Balik Dempul Makeup dan tulisan Nuriel Shiami Indiraphasa lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version