Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Alasan Saya Menghindari Jurus: Rame Amat, Nggak Ada yang Mau Mutualan Apa?

Siti Halwah oleh Siti Halwah
31 Oktober 2019
A A
Alasan Saya Menghindari Jurus: Rame Amat, Nggak Ada yang Mau Mutualan Apa?
Share on FacebookShare on Twitter

Twitter adalah salah satu media sosial favorit saya. Selain karena keunikannya, juga karena privasi saya terjaga di sana. Nggak ada tetangga dan teman dekat yang juga ikutan main Twitter. Kalaupun ada, mereka juga nggak tahu akun saya. Hehehe. Jadi, saya masih tetap dapat sambat dan julid di sana.

Meskipun sudah bergabung dengan Twitter sejak tahun 2013, nyatanya saya baru benar-benar aktif di Twitter di tahun 2019. Alasannya tentu saja, sebelumnya saya masih setia dengan Facebook dan Instagram.

Kini, saya mulai membatasi penggunaan kedua media sosial tersebut karena ada banyak orang yang mengenal saya secara personal di sana. Dan saya merasa nggak memiliki privasi. Akhirnya, akun Twitter yang sebelumnya hanya digunakan sesekali saja untuk kegiatan stalking para oppa-oppa Korea dan berhubungan dengan sesama Kpopers, justru beralih fungsi menjadi akun pribadi.

Saking lamanya nggak main Twitter, saya justru baru-baru ini mengetahui kalau Twitter memiliki fitur untuk membuat sebuah thread, reply, dan juga love. Tentu saja ini menjadi semacam kebahagiaan yang terlambat saya rasakan.

Mengamati Twitter hari ini, saya juga mengenal beragam istilah baru, seperti, spill tea sebagai ungkapan untuk menunjukkan fakta, Twitter please do your magic untuk mengharapkan sebuah keajaiban dari Twitter, dan “rame amat, nggak ada yang mau mutualan apa?” untuk memberikan reaksi akan sebuah utas, tweet, atau reply seseorang yang viral, diteruskan dengan keinginan untuk mengajukan sebuah aksi saling follow.

Awalnya, ketika saya membuat sebuah tweet yang kemudian di-love oleh beberapa orang, muncul sebuah reply, “Mbak, nggak mau mutualan apa?” atau “Mutualan yuk?” tentu saja saya senang, kemudian kami saling follow. Tapi, lama-lama saya merasa khawatir akan aksi saling follow tersebut. Akhirnya, saya memilih unfollow saja. Orang tersebut akhirnya juga unfollow saya. Dan, saya kembali merasa aman.

Hingga hari ini, saya termasuk orang yang tidak tertarik untuk mengeluarkan jurus, “rame amat, nggak ada yang mau mutualan apa?” di Twitter. Tentu saja, semua disertai dengan alasan.

Pertama, Terlalu Banyak Mutualan Nggak Jaga Privasi

Ketika saya memiliki banyak follower, otomatis pergerakan saya akan dilihat banyak orang. Orang-orang akan memerhatikan setiap detail aktivitas Twitter saya. Mungkin, untuk orang-orang yang sudah terbiasa atau memang tujuannya untuk diperhatikan banyak orang (follower), hal tersebut lumrah saja. Tapi, tidak bagi saya.

Baca Juga:

4 Jasa yang Tidak Saya Sangka Dijual di Medsos X, dari Titip Menfess sampai Jasa Spam Tagih Utang

Akun Affiliate yang Jualan Numpang Tragedi Itu Biadab, dan Semoga Nggak Laku!

Sampai hari ini, jumlah follower yang sedikit dengan sebagian besar akun de-aktif membuat saya merasa nyaman. Seenggaknya, mereka nggak akan tahu saya, nggak kenal saya di dunia nyata, dan yang terpenting mereka nggak akan terlalu memerhatikan apa pun yang saya lakukan di Twitter.

Privasi saya terjaga meskipun saya tidak mengunci akun Twitter dan saya tetap merasa aman. Jadi, mengeluarkan jurus, “rame amat, nggak ada yang mau mutualan apa?” tiap kali beberapa komentar saya mendapat banyak respon akan mempersempit ruang privasi saya.

Kedua, Bebas Sambat

Alasan utama mengapa saya berpindah dari Instagram dan Facebook ke Twitter adalah karena di kedua medsos tersebut saya tidak lagi bisa sambat. Sebab, banyak teman-teman dari real life juga para tetangga dan keluarga yang memiliki akun di medsos tersebut. Celakanya, kami juga berteman dan saling follow. Jadi, kalau salah dalam menuliskan caption atau ketahuan sambat di medsos tersebut, saya bisa jadi bahan gunjingan.

Makanya, saya memilih Twitter sebagai tempat sambat. Nggak akan ada yang kenal, nggak ada yang negur, dan follower saya sedikit. Jadi, saya bebas berbuat apa saja karena sambatan saya tentu nggak akan menyakiti orang lain karena nggak akan viral.

Oleh karena itu, saya sangat menghindari jurus, “rame amat, nggak ada yang mau mutualan apa?” Soalnya, saya nggak akan benar-benar tahu latar belakang mutual saya yang sebenarnya. Jadi, membatasi jumlah mutual berarti semakin memberikan saya kebebasan untuk berekspresi dan sambat..

Ketiga, Menolak Viral

Menjadi viral adalah sesuatu yang gampang di Twitter. Asalkan postinganmu disukai dan di-retweet banyak orang serta di reply, maka kamu akan terkenal. Lalu, orang-orang akan berbondong-bondong mengikuti akunmu.

Sejauh ini, saya tidak tertarik untuk viral. Bagi saya, viral = terkenal = akan memiliki banyak follower. Saya menolak semuanya untuk menjaga privasi dan tentunya agar isi akun Twitter saya tetap natural seperti diri saya sebenarnya.

Jika memiliki banyak follower, sangat mungkin semua hal bodoh yang saya tuliskan di Twitter akan di retweet banyak orang dan kemudian menyebar ke mana-mana. Orang-orang akan melihat isi profil saya, mencari tahu jejak like saya dan mengamati semua yang saya lakukan.

Mungkin, pikiran saya terlihat berlebihan. Tetapi, dengan banyaknya jumlah mutual di Twitter, menjadi sangat mungkin untuk membuat sebuah tweet menjadi viral. Makanya, saya menghindari jurus, “rame amat, nggak ada yang mau mutualan apa?” tiap kali reply saya di suatu tweet disukai dan di-retweet banyak kali.

BACA JUGA Ikutan Jadi Anak Twitter, Selebgram Alih Profesi Jadi Selebtwit atau tulisan Siti Halwah lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 31 Oktober 2019 oleh

Tags: mutualanSambatTwitter
Siti Halwah

Siti Halwah

menulis untuk eksis

ArtikelTerkait

twitter

Kenapa Kita Sering Beramai-ramai Membenci Orang Lain di Twitter?

10 Juni 2020
Netizen Twitter Adalah Antagonis Paling Kejam dan Fakta-fakta Lainnya Kenapa Becandaan di Twitter Nggak Laku Dibawa ke Facebook?

Netizen Twitter: Antagonis Paling Kejam dan Fakta Lainnya

15 Mei 2020
Fitur Close Friend Nggak Jamin Trusted Friend dan Cepu Konten yang Menyebalkan terminal mojok.co

Fitur Close Friend Nggak Jamin Trusted Friend dan Cepu Konten yang Menyebalkan

31 Juli 2021
Kasta Media Sosial Itu Semu, Berhenti Berdebat Soal Siapa yang Paling Asyik terminal mojok.co TikTok alay Twitter darkjokes

Facebook dan 3 Stigma yang Dilekatkan kepada Anak Muda yang Masih Menggunakannya

30 Juni 2020
Alasan Kuat Sender Nggak Perlu Rewel Soal Fitur Stories di Twitter

Alasan Kuat Sender Nggak Perlu Rewel Soal Fitur Stories di Twitter

6 Maret 2020
wawancara dengan akun twitter bintik pemilik bintik @bintik_ mojok.co

Wawancara sama Mbaknya si Bintik, Kucing Gemas Penyegar Timeline Twitter

8 September 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025
Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

16 Desember 2025
Suzuki S-Presso, Mobil "Aneh" yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

Suzuki S-Presso, Mobil “Aneh” yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

13 Desember 2025
Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur
  • Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper
  • Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang
  • Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal
  • Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah
  • Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.