Alasan Orang Surabaya seperti Saya Ogah Liburan ke Malang

Alasan Orang Surabaya seperti Saya Ogah Liburan ke Malang

Alasan Orang Surabaya seperti Saya Ogah Liburan ke Malang (unsplash.com)

Orang Surabaya kayak saya sebenarnya udah bosen berwisata di dalam kota sendiri. Nggak ada yang menarik di sini. Tapi kalau harus pergi liburan ke Malang rasanya gimana gitu, ya…

Malang merupakan destinasi wisata favorit bagi sebagian orang yang tinggal di Jawa Timur dan sekitarnya. Sebab di sana ada banyak tempat wisata yang mampu memanjakan wisatawan. Mau berlibur sendirian, bareng pasangan, atau ramai-ramai dengan keluarga bisa dilakukan di Malang. Tinggal pilih saja menyesuaikan kebutuhan.

Khusus bagi orang Surabaya, biasanya yang dicari ketika berkunjung ke Malang adalah wisata alamnya. Maklum, Surabaya minim wisata alam. Kalau mau lihat yang hijau-hijau atau yang segar-segar, paling mentok ke taman mangrove. Bosen banget. Beda dengan Malang—baik kota maupun kabupaten—, daerah ini surganya wisata alam. Ada Pantai Balekambang, Air Terjun Coban Rondo, hingga Gunung Arjuno di sini. Makanya nggak usah heran kalau banyak orang Surabaya yang pada akhirnya memilih liburan ke Malang.

Akan tetapi bagi saya yang lahir dan besar di Surabaya, saya justru merasa ogah banget liburan ke Malang. Setidaknya alasan ini membuat saya berpikir dua kali sebelum memutuskan liburan di Kota Apel.

#1 Hawa Malang dingin, nggak cocok buat setelan tubuh warga asli Surabaya

Seperti yang sudah kita ketahui, Surabaya masuk dalam jajaran teratas daerah terpanas di Indonesia. Bahkan menjadi yang terpanas di Jawa Timur. Ketika ada pendatang yang pertama kali menginjakkan kaki di Kota Pahlawan, hal pertama yang bakal dikeluhkan pasti hawanya yang kelewat panas. Setahun sekali, di masa penerimaan mahasiswa baru, jagat maya biasanya dipenuhi kicauan maba yang mengeluhkan teriknya matahari Surabaya. 

Masalahnya, lantaran lahir dan besar di Surabaya, saya jadi sudah terbiasa dengan kondisi ini. Malahan saya baru tahu kalau panas Surabaya separah itu ketika masuk kuliah. Jujur saja saya kebingungan ketika teman-teman baru saya yang berasal dari luar pulau ngomel-ngomel tentang ini. Kebingungan yang sama juga dirasakan oleh kebanyakan teman saya yang sama-sama orang Surabaya. Kami bingung bagaimana merespons teman-teman lainnya karena ya kami merasa biasa saja dengan hawa panas Surabaya.

Dengan setelan tubuh yang sudah terbiasa dengan hawa panas ini, akhirnya saya jadi lemah terhadap hawa dingin. Kena dingin sedikit rasanya nggak betah. Di Surabaya saja, ketika bepergian di malam hari, saya harus selalu pakai jaket biar nyaman. Kebayang kan gimana kalau orang Surabaya kayak saya harus pergi ke tempat dingin kayak Malang. Bawaannya jadi uring-uringan. Sangat nggak nyaman. Rasanya pengin cepat-cepat balik ke Surabaya.

Baca halaman: Lagi-lagi karena…

#2 Lagi-lagi karena hawa dingin

Saya ingat betul ketika pertama kali harus menginap agak lama di Singosari, salah satu kecamatan di sebelah utara Malang. Awalnya saat masih siang, saya merasa nggak banyak perbedaan dengan Surabaya selain embusan anginnya yang terasa lebih sejuk. Tapi ketika sudah lewat waktu magrib, semua seketika berubah. Jangankan bepergian, menapakkan kaki di teras rumah saja rasanya saya nggak mampu. Badan saya harus dilindungi jaket lengkap dengan hoodie, celana panjang, dan kaos kaki.

Akibatnya, saya jadi bahan tertawaan warga lokal di sana. Pernah sekali saya membeli makanan ke warung berjalan kaki selepas isya. Saya sengaja berangkat dengan pakaian tempur lengkap biar nggak kedinginan. Dalam perjalanan, ada seorang bapak yang menyapa dan bertanya dengan nada sedikit meledek, “Dari Surabaya ya, Mas?”.

Waktu itu saya merasa malu sih, tapi ya mau gimana lagi. Memang hawa dingin di Malang terlalu menusuk buat orang Surabaya yang biasa panas-panasan kayak saya.

#3 Sepertinya memang nggak ada alasan lain selain hawa Malang yang dingin

Dengan tubuh yang selemah itu terhadap hawa dingin, saya hanya bisa beraktivitas dengan nyaman ketika matahari berada di atas kepala. Itu pun masih kepotong waktu selepas subuh dan menjelang sore. Artinya, ketika saya mau liburan mengunjungi wisata alam di Malang, waktu yang saya miliki hanya sedikit. Belum lagi kebanyakan tempat wisata di Malang terletak di ketinggian yang membuat suhunya jadi lebih dingin. 

Intinya, liburan di Malang itu sebetulnya menyenangkan. Saya nggak ragu dengan berbagai hal yang ditawarkan destinasi wisata di sini. Jelas jauh lebih baik daripada wisata di Surabaya, terutama wisata alamnya. Tapi selama Malang dingin, secantik apa pun pemandangan yang disuguhkan, sebagai orang Surabaya saya tetap ogah berkunjung ke sana.

Penulis: Arief Rahman Nur Fadhilah
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 4 Hal yang Saya Baru Ketahui Setelah Mengunjungi Malang Secara Langsung.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version