Kawah Ijen masih menjadi destinasi wisata favorit di Bondowoso, Jawa Timur. Tidak hanya wisatawan dalam negeri, wisatawan asing juga berbondong-bondong ke sana demi menyaksikan blue fire. Sebab, katanya, hanya ada dua di dunia yakni di Kawah Ijen dan di Gunung Es Hekla Islandia.
Sebagai orang Bondowoso, jelas saya bangga dengan kekayaan alam yang berada di kampung halaman saya. Selain itu, saking terkenalnya saya nggak perlu lagi repot-repot menjelaskan ketika menjelaskan tempat tinggal saya. Ketika mengatakan “Kecamatan Ijen” kebanyakan pastu sudah paham. Asal tahu saja, rumah saya hanya berjarak kurang lebih 12 km dari Kawah ijen.
Walau begitu dekat dengan kawasan wisata Ijen, saya malah sangat jarang ke sana. Bahkan, ketika diajak beberapa teman yang berasal dari luar Bondowoso untuk mendaki beberapa waktu lalu, saya memilih untuk membantu mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan mendaki saja. Ada beberapa alasan yang membuat saya sebagai orang Bondowoso, khususnya Kecamatan Ijen, malas berwisata ke sana.
#1 Kenaikan harga tiket masuk yang nggak ramah di kantong saya
Saya tidak mau bilang kalau harga tiket masuk Kawasan Ije itu mahal. Menurut saya, Rp20.000 untuk hari-hari biasa dan Rp30.000 di hari libur itu sangat wajar. Apalagi, untuk menyaksikan fenomena alam yang hanya ada dua di dunia.
Akan tetapi, sebagai warga lokal, mau tidak mau saya mengetahui dengan pasti harga tiket masuk kawasan wisata itu dari tahun ke tahun. Dan, menurut saya, kenaikan harganya benar-benar nggak masuk akal untuk kantong saya, apalagi selama dua tahun terakhir. Asal tahu saja, harga tiket Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen sempat mencapai Rp5.000 di hari-hari biasa dan Rp7.500 di hari-hari libur. Belum lagi, ditambah biaya parkir kendaraan dan tempat berkemah. Kenaikan harga itu membuat saya agak malas untuk berlibur ke sana.
Baca halaman selanjutnya: Harga makanan bisa naik berkali-kali lipat…




















