5 Alasan Mie Sukses’s Nggak Sukses Merebut Hati dan Lidah Masyarakat Indonesia

5 Alasan Mie Sukses's Nggak Sukses Merebut Hati dan Lidah Masyarakat Indonesia

5 Alasan Mie Sukses's Nggak Sukses Merebut Hati dan Lidah Masyarakat Indonesia (unsplash.com)

Salah satu makanan favorit saya adalah mie instan. Mie instan memang sudah jadi makanan kegemaran sejuta umat Indonesia. Rasanya sulit menolak makanan ini kalau sudah ada di depan mata. Ada beragam merek mie instan yang beredar di pasaran, tapi ada satu yang sempat bikin heboh dan sayangnya nggak bertahan lama. Mie yang saya maksud adalah Mie Sukses’s.

Buat yang belum tahu, Mie Sukses’s merupakan produk dari Wings Food. Kita mungkin mengenal produk Wings Food lainnya yang lebih familier, yakni Mie Sedaap.

Dulu, waktu pertama kali muncul di pasaran, Mie Sukses’s langsung menarik perhatian. Soalnya iklannya masif dan konsepnya unik: porsinya jumbo! Sesuai namanya, “Sukses’s”, harapannya sih produk mie instan ini juga bisa sukses di pasaran. Tetapi realitasnya justru sebaliknya. Mie ini justru gagal merebut hati dan lidah masyarakat.

Kenapa bisa begitu, ya? Padahal secara modal dan marketing, Wings Food kan jago banget. Daripada kelamaan, mari kita bedah alasan kenapa Mie Sukses’s justru nggak sukses di pasaran. Ini 5 alasannya menurut saya.

#1 Rasa Mie Sukses’s kurang nendang

Ini alasan paling krusial. Dalam dunia kuliner, rasa adalah segalanya. Mau sekeren apa pun kemasannya, mau sebanyak apa pun porsinya, kalau rasa makanannya nggak enak, ya pasti ditinggalkan.

Banyak yang mengatakan rasa Mie Sukses’s ini cenderung biasa saja. Ada yang bilang bumbunya kurang berani, kurang kuat, bahkan hambar. Beda banget sama pesaingnya yang sudah legend kayak Indomie, atau bahkan saudaranya sendiri, Mie Sedaap.

Indomie punya rasa yang sudah melekat di lidah orang Indonesia, sementara Mie Sedaap juga punya bumbu khas yang bikin ketagihan. Nah, Mie Sukses’s nggak punya itu. Jadi setelah mencicipinya sekali, orang-orang males buat membelinya lagi.

Baca halaman selanjutnya: Konsep porsi jumbo malah jadi bumerang…

#2 Konsep porsi jumbo yang malah jadi bumerang

Awalnya, ide porsi jumbo Mie Sukses’s dianggap brilian. Siapa sih yang nggak suka makan banyak? Apalagi buat anak kos atau orang-orang yang lagi laper berat, mie instan satu ini memberi janji porsi dua kali lipat dari mie instan biasa.

Akan tetapi ide ini ternyata nggak cocok buat semua orang. Banyak yang merasa porsinya terlalu banyak, jadi malah kenyang duluan sebelum habis. Akibatnya, mie yang tersisa jadi terbuang sia-sia. Buat yang makannya sedikit, jadi mubazir.

Selain itu, buat sebagian orang, mie instan itu bukan cuma buat makan besar, tapi juga buat ngemil atau ganjal perut sebentar. Nah, porsi jumbo Mie Sukses’s jadi nggak praktis. Mau ngemil tapi porsinya segede itu, kan jadi repot.

#3 Tekstur Mie Sukses’s kurang pas

Nggak cuma soal rasa, tekstur mie juga penting banget. Mie Sukses’s bisa dibilang memiliki tekstur mie yang kurang kenyal. Beberapa orang bahkan bilang mienya gampang hancur atau lembek setelah dimasak.

Nah, ini jadi masalah besar. Coba bayangin, lagi asyik-asyik makan, eh, mienya malah jadi bubur. Tentu saja ini bikin pengalaman makan jadi nggak enak. Beda jauh sama mie lain yang teksturnya kenyal dan nggak gampang lembek.

#4 Varian rasa yang kurang beragam dan menarik

Waktu pertama kali rilis, varian rasa Mie Sukses’s nggak sebanyak merek lain. Variasi rasanya terbilang klasik atau template. Artinya, nggak ada bedanya dengan merek lain. Meskipun basic, tetap saja kalah.

Rasa standar mereka kayak Soto, Ayam Bawang, atau Kari Ayam nyatanya nggak ada yang benar-benar bikin penasaran atau pengin dicoba. Coba bandingkan dengan Indomie yang memiliki varian rasa Nusantara super banyak dan unik. Atau bandingkan dengan Mie Sedaap yang kerap mengeluarkan rasa baru dan hits kayak Korean Spicy Chicken. Mie Sukses’s ini jadi kelihatan kurang kreatif di mata konsumen.

#5 Brand image yang nggak kuat

Meskipun Wings Food perusahaan besar, tapi mereka gagal membangun brand image yang kuat buat Mie Sukses’s. Ingat kan Indomie itu identik dengan “rasa keluarga”, “rasa nostalgia”, atau bahkan “rasa anak kos”. Mie Sedaap juga punya image mie yang “enak banget sampai ke gigitan terakhir”.

Nah, Mie Sukses’s nggak punya identitas yang jelas. Cuma “mie porsi jumbo”, selebihnya nggak ada yang istimewa. Jadi, konsumen nggak punya alasan emosional buat memilih merek ini. Mereka cuma berpikir, “Ah, ini mie yang porsinya gede doang.”

Jadi, kalau kita rangkum, kegagalan Mie Sukses’s bukan karena marketingnya yang jelek, tapi karena produknya sendiri yang nggak sesuai ekspektasi. Konsep porsi jumbo itu awalnya menarik, tapi nggak diimbangi dengan kualitas rasa, tekstur, dan varian yang bikin orang pengin balik lagi.

Ini menjadi pelajaran buat kita semua, khususnya buat para pebisnis. Bikin produk itu nggak cuma soal gimik atau fitur yang unik. Tapi, yang paling penting, produk itu harus punya value yang nyata buat konsumen. Dan dalam kasus mie instan, value itu ya rasa yang enak, tekstur yang pas, dan tentu saja harga yang sebanding.

Gimana? Ada yang pernah mencicipi Mie Sukses’s? Atau kalian punya alasan lain kenapa mie ini nggak sukses kayak namanya?

Penulis: Marselinus Eligius Kurniawan Dua
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Intermi, Mie Instan yang Tidak Terkenal, tapi Penyelamat Manusia yang Dihajar Krisis Ekonomi.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version