Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Alasan Mengapa Orang Bisa Tidak Memiliki Empati Sampai Meminta Orang Miskin Jangan Punya Anak

Aliurridha oleh Aliurridha
17 Juli 2020
A A
nadin amizah orang miskin empati kemiskinan orang miskin mojok

empati kemiskinan orang miskin mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Seorang kawan membagikan sebuah cuitan tentang para kelas menengah yang berdebat perihal orang miskin sebaiknya berpikir ulang untuk punya anak. “Ayo ramaikan Mas, tulis bila perlu!” ajak kawan itu. Saat itu saya berpikir belum, sabar tunggu sebentar, tunggu viral dan trending biar lebih ramah SEO.

Ternyata pilihan saya menunggu salah karena tak lama muncul sebuah tulisan yang dahsyat dari Cik Prima. Segala konsep yang masih berupa ide dalam kepala saya telah dituangkan ke dalam bentuk kata-kata yang dirangkai sedemikian bernasnya menjadi sebuah tulisan. Membacanya membuat saya kesal sekaligus puas. Di satu sisi saya kesal karena bukan saya yang menulisnya, di sisi lain saya puas karena bacaan seperti ini telah lama saya nantikan.

Namun ada satu pertanyaan retoris yang mungkin bagi kebanyakan orang atau bahkan penulis sendiri merasa tidak perlu dijawab, tentang mengapa orang-orang bisa kehilangan empati terhadap si miskin yang justru menggugah rasa penasaran saya. Hal itu membuat saya bertanya-tanya, apakah memang pada dasar manusia-manusia jenis begini memang tidak memiliki empati atau bagaimana?

Pertanyaan itu membuat saya membaca ulang sebuah buku yang cukup lama namun masih relevan berjudul Moral Politics: How Liberal and Conservative Think yang ditulis oleh George Lakoff, seorang linguist yang juga profesor sains kognitif. Ada sebuah penjelasan mengapa ada orang bisa tidak memiliki empati atau memiliki empati namun empatinya selektif hanya terbatas pada golongannya saja. Semua itu dikarenakan pandangan moral yang melandasi cara berpikirnya.

Lakoff menjelaskan ada dua sistem moral pada manusia – dua  moral yang aktif dalam sistem kognisi manusia yang menghubung neuron demi neuron hingga terbangun stuktur neuron yang membuat seseorang memiliki empati atau tidak. Kedua jenis moral ini terbangun dari cara orang tua mendidik anaknya. Lakoff menyebut kedua moral ini dengan moral “Strict Father” dan “Nurturing Parent”.

Orang-orang pandangan moral Strict Father ini dididik dengan pendekatan “cinta yang keras” – cinta yang menekankan pada berbagai aturan dan hukuman. Karena itu mereka melihat disiplin adalah satu-satunya kunci untuk meraih sukses di dunia ini. Mereka hakul yakin orang miskin menjadi miskin itu karena ia malas dan bodoh, sehingga tidak mampu bersaing.

Mereka tidak mampu melihat bahwa kemiskinan bukan lagi permasalahan struktural, bahwa orang miskin dengan segala keterbatasan terhadap alat produksi dan modal hanya akan melahirkan orang miskin baru. Orang-orang seperti ini juga tidak percaya privilese itu ada karena mereka yakin kesuksesan itu buah dari kerja keras. Orang miskin tidak sukses karena malas, orang kaya bisa sukses karena disiplin. Itulah landasan logika berpikir mereka.

Dalam pikiran mereka dunia ini dari sananya sudah berbahaya, kompetitif, dan hierarkial. Untuk bisa sukses di dunia ini ya harus mampu bersaing, mengalahkan yang lain, karena dunia ini hirarkial. Selalu ada yang mendominasi dan dinominasi. Selalu ada yang dikuasai dan menguasai. Selalu begitu, dari sananya sudah begitu, dan akan selalu begitu.

Baca Juga:

Indomie Bukan Makanan Legendaris, Ia Cuma Simbol Krisis dan Kemiskinan Kolektif

4 Hal Menyebalkan yang Membuat Ibu-ibu Kapok Pergi ke Posyandu

Bagi orang seperti mereka ini bukanlah hal yang aneh jika orang kaya mendominasi orang miskin. Karena itu ketika orang miskin mencari kerja kepada orang kaya dan diberi upah tak seberapa, ya itu bukan masalah. Salah sendiri kenapa miskin, kalau nggak mau ya cari di tempat lain. Toh masih banyak yang ngantri untuk cari kerja

Karena itu mereka tidak mampu melihat ini sebagai masalah sistemis, bahwa orang miskin akan selamanya miskin karena sistem yang memang dibuat, berpihak, dan dikendalikan oleh orang kaya. Dalam pikiran mereka ya kalau mau merubah sistem jadi kaya dulu donk. Karena itu lahir pikiran seekstrem melarang orang miskin berhubungan seksual, apalagi sampai punya anak. “Jangan deh jangan…. perbaiki dulu hidup miskin lu pade baru punya anak.”. Ya kira-kira seperti itu yang ada di pikiran mereka.

Apakah orang seperti mereka ini bodoh, cupet, atau kurang belajar?

Waduh saya tidak sampai hati untuk mengatakan mereka bodoh, cupet, dan kurang belajar, seperti halnya saya tidak sampai hati untuk mengatakan Adam Smith itu bodoh, cupet, dan kurang belajar. Orang-orang seperti mereka bukannya bodoh, tapi moral mereka yang memang berbeda. Mereka melihat dunia dengan cara berbeda dari orang-orang yang memiliki moral Nurturing Parent; yang menggunakan empati sebagai landasan moralnya.

Orang-orang dengan moral Nurturing Parent ini tidak dididik dengan aturan yang keras juga hukuman, namun dengan saling menghormati dan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua. Anak diajarkan untuk memiliki empati dan tanggung jawab sosial dengan cinta dan respek yang mereka dapat dari orang tuanya melihat dunia sebagai tempat hidup bersama, bahwa manusia hidup secara komunal.

Menjawab pertanyaan saya di atas, saya bisa mengatakan bahwa ya mereka memang tidak memiliki empati. Tapi itu bukan semata-mata mereka kejam dan anti orang miskin, namun karena mereka memang tidak mampu untuk berpikir seperti halnya orang-orang yang memiliki moral Nurturing Parent.

Tapi tenang saja selama diskursus ini terus berlanjut, manusia terus menyampaikan pendapatnya, maka selalu ada harapan. Suatu saat manusia akan bisa mengerti antara satu dan lainnya. Seperti yang disampaikan Hegel, dialektika antara tesis dan anti-tesis masih bisa menghasilkan sintesis. Duh, semoga…

BACA JUGA Riset Saya untuk Membuktikan Apakah Penjual Nasi Padang Memang ‘Bias Gender’ dan tulisan Aliurridha lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 17 Juli 2020 oleh

Tags: AnakempatiKemiskinan
Aliurridha

Aliurridha

Pekerja teks komersial yang sedang berusaha menjadi buruh kebudayaan

ArtikelTerkait

Childfree & Happy oleh Victoria Tunggono: Seni Memahami Alasan Orang Memutuskan Childfree

Childfree & Happy oleh Victoria Tunggono: Seni Memahami Alasan Seseorang Memutuskan Childfree

5 Kafe Ramah Anak di Jogja

5 Kafe Ramah Anak di Jogja

24 Juni 2023
dibully

Apa yang Harusnya Orang Tua Lakukan kalau Anaknya Dibully?

20 September 2019
Hari Ibu, Perayaan Penuh Cinta yang Harusnya Jadi Ajang Introspeksi Seorang Anak

Hari Ibu, Perayaan Penuh Cinta yang Harusnya Jadi Ajang Introspeksi Seorang Anak

22 Desember 2023
kuliah online s-2 bapak-bapak sambil ngasuh anak stay at home father mojok.co pjj pembelajaran jarak jauh

Kuliah Online S-2 Jungkir Balik? Boleh Coba Kuliah Online S-2 Sambil Ngasuh Anak

20 Juni 2020
Indomie Bukan Makanan Legendaris, Ia Cuma Simbol Krisis dan Kemiskinan Kolektif

Indomie Bukan Makanan Legendaris, Ia Cuma Simbol Krisis dan Kemiskinan Kolektif

21 September 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025
3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

14 Desember 2025
Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

15 Desember 2025
4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

18 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.