Pernah tidak saat kamu sedang jalan-jalan bersama ibu, tiba-tiba kamu disuruh pose mendadak olehnya? Hal ini sering saya alami saat sedang pergi bersama ibu. Ke mana pun itu. Seperti saat saya sedang menemani ibu belanja bulanan di supermarket atau saat di mana saya memakai baju baru yang dibelikan ibu.
Bak fotografer pribadi sewaan yang sering disewa oleh anak-anak yang sedang wisudaan, ibu dengan suka cita menawarkan diri menjadi fotografer pribadi saya dengan intensitas waktu kapan pun di mana pun asalkan masih bersamanya secara cuma-cuma. Mau lagi dalam keadaan baru bangun tidur atau mukanya kucel kepanasan sehabis menemani ibu belanja, ibu selalu mengambil momen itu.
“Ca.. diem dulu coba ibu mau foto,” dalam detik itu juga, mau saya nurut diam atau bergerak “ceklek” bunyi suara dari kamera handphone ibu.
Terkadang agak mengganggu juga sih kebiasaan ibu yang suka foto kita di mana pun dan kapan pun itu. Gimana tidak? Kalau misalnya kita disuruh pose di tempat ramai lalu difoto oleh ibu dengan flash yang menyala. Habis sudah rasa malu dilihat orang-orang bak model yang sedang pemotretan di tempat ramai. Padahal kita ini hanya seorang anak yang terpaksa jadi model foto ibunya. Sialnya lagi, kalau pose kita tidak sesuai dengan arahan ibu, take foto bisa memakan waktu yang sangat lama. Iya lama. Sampai ibu puas dengan hasil fotonya.
Kadang saya penasaran sama hasil foto ibu. Ternyata profesionalisme bak fotografer itu hanya terlihat di luarnya saja. Hasil foto ibu 180 derajat berbeda dengan kecerewetanya mengarahkan pose pada saya yang jadi modelnya. Rata-rata hasil fotonya terlalu terang, membuat muka bak mister gepeng legenda zaman SD dulu. Lain waktu, hasil fotonya sedikit ngeblur karena terburu-buru atau kemudian tidak sengaja menghidupkan fitur “beauty” sehingga membuat muka saya seperti dilapisi tiga layer foundation shade light begitu licin dan mulus macam cewek-cewek tiktok asal Cina.
Setelah bertahun-tahun berpengalaman jadi model dadakan foto ibu, saya pelan-pelan menemukan alasan kenapa sih ibu suka motoin kita di mana pun dan kapan pun? Ini dia alasannya.
Satu: Mau seberapa tuanya usia kita, di mata ibu kita tetap anak balita yang baru belajar jalan
Saya sendiri tidak melihat kegemesan apa pun sewaktu berkaca pada wajah sendiri, tapi hal itu berbeda dengan ibu saya. Mau setua apa pun umur kita, di mata Ibu kita tetap anak balita. Tidak jarang saya dengar ungkapan ibu sehabis memotret saya “Ih gemes” “Lucu banget kamu!” Sama seperti rasa gemas yang kita rasakan saat melihat bayi yang akhirnya membuat galeri handphone penuh karena foto-fotonya.
Dua: Ibu suka pamer foto-foto liburan ke grup teman-teman arisannya
Ternyata ada juga perasaan ego ingin pamer di media sosial sebagaimana lagi ngetren dikalangan teman-teman seumuran ibu. Seperti pamer lagi nongkrong di coffee shop terkenal atau habis shopping tas seharga UKT paling tinggi. Ajang pamer keluarga kecil yang bahagia ternyata juga ini berlaku juga di grup ibu. Template yang sederhana misalnya dengan pamer foto nilai anaknya dengan caption, “Si kakak meskipun main terus tapi nilainya tetap bagus ya, Kak.” Atau foto liburan dengan keluarga di suatu tempat wisata dengan caption, “Liburan bahagia dengan keluargaku,” diakhiri dengan emoticon hati di akhir kalimat.
Tiga: Ibu suka tanaman, tapi tidak mau beli
Ibu-ibu dengan tanaman adalah dua hal yang tidak bisa dilepaskan. Sebagian besar Ibu-ibu penyuka tanaman, tapi belum tentu kesampaian untuk memiliki. Bisa jadi karena alasan dompet tipis, atau juga karena tak yakin sanggup merawatnya. Daripada kasih tak sampai begitu saja, ya mendingan diabadikan saja di gallery handphone dengan tambahan objek anak sebagai pemanisnya.
Namun dibalik itu semua, pernah sekali saya lihat status media sosial ibu, di situ dipanjang foto saya yang tersenyum dilengkapi dengan caption, “Anakku semoga sukses terus dan selalu menjadi kebanggaan orang tua.”
Kadang hal yang kita anggap menganggu dan bikin malu, ternyata dari situlah ibu mau menunjukkan bertapa berharganya kita dimata ibu kepada khalayak umum.
Jadi gimana nih? Masih tetap mau jadi model foto ibu?
BACA JUGA Keuntungan Menjadi Pengamat Whatsapp Status Ibu-Ibu Kompleks atau tulisan Fanisa Putri lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.