Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Alasan Jemaah Tarawih Ramai di Awal, Sepi di Tengah, dan Ramai Kembali di Akhir Ramadan. #TakjilanTerminal24

Mohammad Maulana Iqbal oleh Mohammad Maulana Iqbal
24 April 2021
A A
jemaah tarawih sepi terus ramai lagi mojok

jemaah tarawih sepi terus ramai lagi mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Saya sempat terheran dengan siklus jumlah jemaah tarawih masyarakat kita yang nggak konsisten sama sekali selama bulan Ramadan. Coba deh, diperhatikan sejenak. Ketika awal Ramadan, pasti jumlah jemaah tarawih membludak, tumpah-tumpah. Bahkan di beberapa wilayah tertentu sampai melebihi jumlah kapasitas Masjid.

Sedangkan, ketika memasuki pertengahan bulan Ramadan, jumlah jemaah tarawih kian terkikis, sedikit demi sedikit mulai tergerus jumlah shafnya. Namun, justru mengherankan lagi, ketika memasuki akhir bulan Ramadan, entah kenapa tiba-tiba jumlah jemaah tarawih kembali membludak, layaknya awal bulan Ramadan.

Labil banget nggak sih kelihatannya?

Bukannya saya ingin mengoreksi aktivitas beribadah orang lain, saya juga bukan seorang alim ulama. Hanya saja, memang seperti itu-lah kenyataan obyektif yang terjadi di masyarakat +62 yang saya temui selama ini.

Pasca mempertanyakan siklus jemaah tarawih ini, saya sedikit berpikir, dan mencoba memahami realitas sosial yang memang terjadi ini, bahkan telah menjadi budaya di masyarakat +62 itu sendiri. Saya menemukan beberapa jawaban mengapa siklus jumlah jemaah tarawih masyarakat +62 dapat demikian.

Oke, siklus yang pertama, di mana jumlah jemaah tarawih di awal Ramadan mengalami pembludakan, bahkan melebihi jumlah jemaah Maghrib pada umumnya.

Pembludakan jemaah tarawih di awal Ramdhan tidak lain karena suksesnya pengaruh beberapa pihak yang mengkampanyekan kebahagian datangnya bulan Ramadan. Segala elemen masyarakat mulai dari tokoh agama, artis, tokoh publik, film televisi, sosial media bahkan iklan sekalipun, menyambut dengan riang gembira datangnya bulan Ramadan.

Penyambutan bulan Ramadan dengan riang gembira ini tentunya berimplikasi pada daya semangat masyarakat untuk lebih giat beribadah sebagaimana yang dianjurkan oleh agama. Tentunya disokong juga oleh pelipatan ganjaran yang diberikan kepada mereka yang giat beribadah di bulan Ramadan.

Baca Juga:

Warak Ngendog, Mainan “Aneh” di Pasar Malam Semarang yang Ternyata Punya Filosofi Mendalam

Tolong Jangan Paksakan Joget Velocity dalam Agenda Buka Bersama, Plis Banget!

Ibarat mahasiswa baru yang masih awal-awal memasuki kuliah. Meskipun kuliahnya jam tujuh pagi, tapi para maba ini tetap dengan semangat dan riang gembira melakoni kuliah awalnya. Pasalnya, sebelumnya di masa SMA, dia telah dipengaruhi bahwa berkuliah merupakan hal yang menyenangkan. Meskipun sebenarnya nggak semenyenangkan yang dikira sebelumnya.

Namun sayangnya, rasa semangat masyarakat untuk beribadah tarawih tidak langgeng selamanya. Memasuki pertengahan bulan Ramadan, semangat untuk salat tarawih di Masjid sudah mulai kendor.

Begitupun seperti anak maba sebelumnya. Mereka semangat kuliah hanya di awal-awal saja. Ketika memasuki pertengahan kuliah di semester empat dan lima, kebanyakan mahasiswa mulai kehilangan semangat, bosan, malas, bahkan ada yang merasa salah jurusan.

Kalau dalam kasus salat tarawih, alasan malas mungkin sudah menjadi alasan pasaran menurut saya. Oleh karena itu, saya menemukan alasan lain selain malas.

Jadi, kebanyakan masyarakat +62 terutama kalangan mudanya, di pertengahan bulan Ramadan mulai disibukkan dengan ajakan bukber. Meskipun ajakan bukber tidak memungkiri datang di awal dan akhir Ramadan, akan tetapi sepengelaman saya, ajakan bukber kebanyakan datang di pertengahan Ramadan.

Nah, ketika mulai ada aktivitas lain yang mungkin dianggap menyenangkan ini seperti bukber, maka salat tarawih mulai tersisihkan, mulai dinomor duakan. Seperti prinsip yang awal tadi, masyarakat lebih memilih sesuatu yang menggembirakan menurutnya.

“Tapi kan, bukber itu seharusnya hanya di waktu maghrib saja, kenapa berdampak pada salat tarawih yang waktunya pasca isya’?”

Iya memang, itu seharusnya, tapi kenyataannya tidak seperti itu. Kebanyakan bukber berlangsung mulai sore selepas Ashar, hingga malam hari sekitar jam sembilan ke atas. Nah, sepanjang waktu itu, masyarakat disibukkan dengan keasyikan ngobrol ketika bukber. Sedangkan salat tarawihnya terlupakan, paling mentok salat yang wajib saja seperti magrib dan isya’.

Meskipun sebenarnya salat tarawih dapat dilakukan secara pribadi di rumah sendiri pasca-bukber, namun secara tidak langsung tindakan seperti itu juga menjadi alasan berkurangnya jumlah jemaah tarawih di masjid.

Setelah Masjid mengalami penurunan jumlah jemaah tarawih di pertengahan bulan Ramadan, tiba-tiba memasuki akhir bulan Ramadan jumlah jemaah tarawih kembali meningkat drastis, membludak kembali layaknya awal bulan Ramadan.

Kalau saya mengatakan fenomena ini dikarenakan budaya lokal, maka saya rasa cukup kurang memuaskan. Meskipun sebenarnya, pembludakan kembali jemaah tarawih di akhir bulan Ramadan merupakan budaya.

Namun, terdapat faktor dibalik pembudayaan pembludakan jumlah jemaah tarawih di akhir bulan Ramadan. Menurut saya, pembludakan ini terjadi karena populernya keyakinan mengenai kemuliaan sepuluh malam akhir di Bulan Ramadan.

Jadi, di akhir bulan Ramadan, tepatnya sepuluh malam akhir, terdapat satu malam yang sangat dimuliakan oleh umat Islam, yakni malam Lailatul Qadar. Malam Lailatul Qadar ini juga dikatakan lebih baik dari seribu bulan. Nah, lo, fantastis kan?

Namun, karena waktu pasti malam Lailatul Qadar ini merupakan rahasia ilahi, dan hanya diterangkan berada di sepuluh malam akhir bulan Ramadan, masyarakat kembali giat di sepuluh malam akhir bulan Ramadan tersebut.

Ya, akhirnya mereka semua kembali giat beribadah, seperti salat tarawih di Masjid di sepuluh malam akhir bulan Ramadan. Barangkali saja dapat jackpot, bejo, atau beruntung menemui malam Lailatul Qadar.

Sampai sini cukup terjawab, kenapa jumlah jemaah tarawih dapat ramai, sepi dan ramai kembali. Tentunya alasannya bukan hanya sekadar alasan pasaran, seperti malas atau semacamnya. Melainkan ada faktor lain yang menjadikan siklus tersebut cukup langgeng di masyarakat kita.

*Takjilan Terminal adalah segmen khusus yang mengulas serba-serbi Ramadan dan dibagikan dalam edisi khusus bulan Ramadan 2021.

BACA JUGA Buku Agenda Ramadan, Membuat Saya Pernah Dikatain Kafir. #TakjilanTerminal10 dan tulisan Mohammad Maulana Iqbal lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 29 April 2021 oleh

Tags: Buka Bersamajemaah tarawihPuasaRamadanTakjilan Terminal
Mohammad Maulana Iqbal

Mohammad Maulana Iqbal

Terkadang sedikit halu.

ArtikelTerkait

5 Kebiasaan Unik Orang Madura Saking Antusiasnya Sambut Ramadan Terminal Mojok.co

5 Kebiasaan Unik Orang Madura Saking Antusiasnya Sambut Ramadan

6 April 2022
Sauto dan Lengko, Kuliner yang Jadi Sengketa Antara Tegal dan Daerah Tetangga

8 Spot Berburu Takjil di Tegal, dari yang Biasa Sampai Menguji Mental!

10 April 2022
Derita Penjahit Kebanjiran Order Menjelang Lebaran hingga Nggak Punya Waktu Libur Mojok.co

Derita Penjahit Kebanjiran Pesanan Menjelang Lebaran hingga Nggak Punya Waktu Libur

31 Maret 2024
Keistimewaan Puasa Menurut K.H. Anwar Zahid: Melatih Sabar, Melatih Kejujuran

Keistimewaan Puasa Menurut K.H. Anwar Zahid: Melatih Sabar, Melatih Kejujuran

28 Maret 2023
Kalkulasi Kenikmatan: Konsep Puasa ala Penganut Aliran Filsafat Epicurianis warung makan yang buka siang hari di bulan puasa mau beli curiga tutup tirai mojok

Kalkulasi Kenikmatan: Konsep Puasa ala Penganut Aliran Filsafat Epicurianis

22 Mei 2020
Kasta Biskuit dalam Sekaleng Khong Guan: Mana yang Kamu Makan Duluan? terminal mojok.co

Kasta Biskuit dalam Sekaleng Khong Guan: Mana yang Kamu Makan Duluan?

20 April 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.