Kecuali Anda bertaruh besar pada Argentina, kalian pasti ikut bersuka cita melihat Arab Saudi menggulung Argentina. Anda melupakan raut wajah Messi, dan mengulang selebrasi pemain Arab Saudi.
Tapi, mengaku saja jika kalian sedih karena Argentina kalah. Atau lebih tepatnya, melihat Messi kalah.
Semua orang sibuk mempertanyakan satu hal: ada apa, Argentina? Ke manakah lenyapnya performa brilianmu yang selalu kau tunjukkan dalam sekitar dua tahun terakhir? Ke manakah perginya tim yang mampu menaklukkan kekuatan-kekuatan hebat seperti Brazil dan Italia tanpa ampun? Ke manakah hilangnya semua kegemilangan itu? Apakah ia tertinggal dan lupa dibawa ke Qatar?
Argentina yang tampil menghadapi Arab Saudi memang bukanlah Argentina yang saya kenal. Di bawah asuhan Lionel Scaloni, Argentina biasanya selalu menyuguhkan permainan yang cantik, ciamik, dan sigap menyerang lawannya dari segala sisi. Namun, dalam laga tersebut, mereka seperti menjadi tim yang sama sekali berbeda; permainan cenderung monoton, aliran bola selalu dialirkan ke sayap, sebelum kemudian dikonversi menjadi sebuah umpan crossing yang tidak begitu membahayakan lawan. Sistem permainan kaki ke kaki yang dahulu kerap mereka tampilkan dengan begitu cantiknya seketika lenyap tak bersisa. Maka dari itu, wajar jika hasil yang mereka dapatkan sangat jauh dari kata memuaskan. Lah, wong penampilan mereka sendiri juga sama tidak mengesankannya!
Lantas, di manakah letak kesalahannya? Bagi saya, kehilangan Giovani Lo Celso jelas sangat mempengaruhi Argentina. Tanpa gelandang berkaki kidal tersebut, lini tengah La Albiceleste jadi tidak seimbang. Papu Gomez yang ditunjuk untuk menggantikan perannya belum mampu memberikan kontribusi signifikan. Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi Scaloni. Jika ia tidak secepatnya menuntaskannya, maka peluang bagi Argentina untuk terus melaju ke babak berikutnya pun jadi makin menipis.
Kemudian, kita juga mesti menyoroti faktor kesialan yang menimpa mereka dengan begitu nahasnya. Sebagai contoh, di babak pertama, sebetulnya Argentina berhasil mencetak beberapa gol tambahan. Tapi, seperti yang kita tahu, gol tersebut dianulir karena offside.
Cukuplah membahas segala tetek-bengek perihal yang terjadi di lapangan. Toh, hasil akhirnya tetap tidak akan berubah; Arab Saudi adalah sang pemenang dan Argentina adalah sang pecundang. Jika mengingat kepahitan itu, benak saya seketika menyoroti satu orang: Lionel Messi.
Piala Dunia 2022 seharusnya menjadi ajang bagi La Pulga untuk bersinar terang. Terlebih, tampaknya pagelaran ini akan menjadi yang terakhir kalinya bagi Messi untuk berpartisipasi di World Cup. Maka dari itu, tak sedikit orang yang menginginkan Timnas Argentina untuk keluar sebagai kampiun.
Memang, ada orang yang percaya akan hal itu disebabkan faktor kekuatan Albiceleste yang di atas kertas cukup mumpuni dibandingkan kontestan lainnya. Namun, ada pula yang menginginkannya karena murni ingin melihat Leo Messi tersenyum lebar akibat bisa mengangkat trofi emas bernama Piala Dunia; bisa meraih cita-cita besarnya yang begitu ia dambakan. Akui saja, walaupun kalian bukan fans beratnya Messi, tetapi pasti kalian ingin melihat sang G.O.A.T memenangi World Cup dan mengukuhkan statusnya sebagai pesepak bola terhebat sepanjang masa.
Bahkan, walaupun kalian adalah fans beratnya Cristiano Ronaldo, kalian juga pasti tetap akan merasa sedih melihat Argentina kalah. Mengapa? Sebab, kalian pasti ingin melihat Messi dan CR7 “bertarung” untuk terakhir kalinya di partai final Piala Dunia. Bayangkan betapa epiknya jika itu benar-benar menjadi kenyataan. Namun, kalau Argentina malah tersingkir duluan, maka impian itu selamanya hanya akan menjelma angan-angan. Jadi, mengaku saja bahwa kalian tak ingin melihat Messi dan Argentina kalah terlalu cepat. Kalaupun akhirnya kalah, ya, itu harus di tangan CR7 dan Portugal, bukan Arab Saudi.
Sekarang, setelah melihat apa yang terjadi pada laga pertama, tampaknya kita harus bersikap lebih realistis; Argentina tidak setangguh apa yang dipikirkan oleh banyak orang. Dan sebaiknya, kita jangan berekspektasi tinggi. Ketimbang kecewa loh.
Pada intinya, jalan Argentina masih sangat panjang. Dengan kata lain, masih panjang pula jalan bagi Leo Messi untuk bisa memasukkan trofi Piala Dunia ke dalam daftar pencapaiannya. Kekalahan dari Arab Saudi juga menjadi pengingat bahwa perjalanan itu tidak akan mudah; bahkan mungkin akhirnya mereka justru kandas di tengah jalan. Sebagai fans sepak bola layar kaca, tidak ada yang lebih menyedihkan daripada melihat idola kesayangan kita menangis karena “kandas di tengah jalan”. Jadi, akui saja, kita semua pasti tak tega melihat Argentina (baca: Messi) menderita kekalahan, bukan?
Penulis: Bintang Ramadhana Andyanto
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Lionel Messi dan Argentina: Hubungan yang Dipaksakan