Akui Saja Belanja di Minimarket Memang Menjengkelkan karena Harus Bertemu Karyawan yang Cuek dan Lelet

Akui Saja Belanja di Minimarket Memang Menjengkelkan karena Harus Bertemu Karyawan yang Cuek dan Lelet

Akui Saja Belanja di Minimarket Memang Menjengkelkan karena Harus Bertemu Karyawan yang Cuek dan Lelet (Unsplash.com)

Sering merasa kesal nggak sih kalau belanja di minimarket terus menemukan hal-hal nyebelin kayak gini terus? Kayak nggak ada perubahan.

Saya pulang dengan terburu-buru dari warung makan karena mengetahui musisi kesukaan saya tiba-tiba akan mengadakan konser minggu depan. Berhubung harga tiket konsernya masih masuk akal bagi kantong saya dan hari belum terlalu malam, ya sudah saya siap “perang” untuk mendapatkan tiket konser terbatas malam ini juga!

Lantaran saya nggak memiliki aplikasi mobile banking di hape, saya terpaksa harus mengisi saldo dompet digital terlebih dahulu untuk melunasi pembayaran. Memang agak ribet sih, tapi mau gimana lagi. Makanya nggak usah heran kalau saya sering ke minimarket terdekat untuk mengisi ulang saldo dompet digital ketika dibutuhkan. Dan sesering itu pula saya harus berdamai dengan pelayanan minimarket yang rasanya nggak ada perubahan tiap tahun.

Belanja di minimarket artinya harus berdamai dengan banyak hal

Saya berada di antrean minimarket sekitar 15 menit, namun tak ada tanda-tanda antrean akan bergerak. Lagi-lagi di dalam barisan orang-orang yang mengantre panjang menuju meja kasir, saya berpikir, “Kapan sih minimarket akan memperbaiki kualitas pelayanannya?” Namun seketika lamunan saya buyar ketika menyadari pelanggan yang berada di depan meja kasir mengalami masalah ketika akan melakukan pembayaran.

Duh! Lantaran nggak mau ambil risiko kehabisan tiket konser cuma gara-gara antrean panjang, saya memutuskan pergi dan mencari minimarket lainnya.

Mari jujur saja. Dari awal, sebenarnya kita sudah disuguhi pengalaman nggak mengenakkan kan tiap kali berbelanja di minimarket? Parkir motor yang berantakan, misalnya. Walaupun lahan parkirnya luas, masih saja ada motor yang parkir serampangan. Belum lagi kalau ada truk yang mengirimkan produk baru ke minimarket tersebut dan memakan lahan parkir dan jalan masuk di depan pintu.

Selain parkiran yang berantakan, tak jarang sebagai konsumen kita juga harus berdamai dengan rak produk di dalam minimarket yang berantakan. Posisi rak kadang ditempatkan terlalu mepet dengan tiang-tiang penyangga gedung, sehingga ruang gerak jadi terlalu sempit dan mengharuskan konsumen berjalan miring-miring biar nggak menyenggol produk yang dipajang. Hadeh, mau belanja aja kok susah betul!

Bertemu karyawan yang nyebelin

Hal menjengkelkan lainnya ketika berbelanja di minimarket adalah saat akan melakukan pembayaran. Kali ini yang saya soroti adalah karyawan yang berjaga di kasir. Biasanya yang berjaga setiap hari di minimarket hanya 2 sampai 3 orang. Itu pun mereka terpencar-pencar. Ada yang mengecek kondisi produk, mengurus administrasi, sekaligus merangkap kasir. Menurut saya, jelas ini kekurangan SDM.

Walaupun di meja kasir terdapat 2 komputer, nyatanya yang selalu terpakai hanya 1. Baru setelah antreannya panjang dan muka konsumen mrengut, komputer lain dinyalakan. Hm, memangnya harus menunggu pelanggan ngomel dulu baru gerak, ya?

Tak jarang kita menemui karyawan kasir yang kerjanya lama dan cuek. Setiap barang yang dipindai memakan waktu lama, belum lagi memasukkannya ke dalam plastik belanjaan yang juga tak kalah lama. Serius nih minimarket meloloskan karyawan dengan kemampuan dan citra seperti ini?

Kesalahan teknis saat konsumen bayar pakai kartu yang tidak diantisipasi dengan baik

Okelah, kalau yang satu ini memang bukan secara langsung kesalahan dari minimarketnya. Akan tetapi, kalau ada konsumen yang mau melakukan pembayaran menggunakan kartu debit, member, dsb., mbok diantisipasi sebaik mungkin oleh pihak minimarket.

Saya yakin, saya bukan satu-satunya orang yang kerap direpotkan oleh pengguna kartu debit yang berbelanja di minimarket. Saya tekankan kalau nggak ada salahnya melakukan transaksi pakai kartu. Tapi, kejadian kesalahan teknis yang menyebabkan pembayaran jadi gagal dan berakibat antrean makin panjang bukan sekali dua kali, lho.

Kalau misalnya belanjanya banyak, okelah saya maklum. Tapi kadang ada juga lho konsumen yang cuma beli satu botol air mineral dan bayar pakai kartu debit yang verifikasinya memakan waktu lama. Kalau menemukan situasi semacam ini, apa karyawan minimarket nggak berminat menawarkan opsi pembayaran tunai aja? Kalaupun opsi itu ditolak, setidaknya cobalah memangkas waktu antrean konsumen di belakang.

Menurut saya pribadi, karyawan adalah citra dari perusahaan. Saya paham bekerja di retail dan perbelanjaan itu gajinya memang nggak seberapa. Tapi, kalau karyawan kerjanya malas-malasan, lelet, dan cuek, konsumen ya bakal pergi, dong. Saya pikir karyawan retail harus sadar bahwa menganggur lebih banyak nggak enaknya. Jadi, kalau sudah dapat kerja gitu, kok malah nggak dijalankan dengan sepenuh hati?

Penulis: Cindy Gunawan
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 3 Tips Menghindari Kerugian Belanja di Minimarket dari Mantan Pegawainya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version