Di antara deretan merek air minum dalam kemasan (AMDK) yang sudah lama mendominasi pasar nasional, muncul satu nama yang terdengar sederhana, AirKu. Sekilas, namanya mungkin terkesan biasa saja. Tapi bagi warga Kulon Progo, AirKu bukan sekadar air minum, melainkan simbol tentang bagaimana daerah kecil bisa berdiri dengan kakinya sendiri.
AirKu Kulon Progo bukan air sembarangan
AirKu adalah produk PDAM Tirta Binangun Kulon Progo, lembaga yang selama ini dikenal sebagai penyedia air bersih rumah tangga. Biasanya, PDAM cukup sibuk dengan urusan pipa, debit air, dan distribusi ke pelanggan. Namun di Kulon Progo, PDAM memilih langkah berbeda. Mereka ingin mengolah air yang mereka kelola sendiri menjadi produk yang bisa diminum langsung oleh masyarakat, dan hasilnya adalah AirKu.
Sumber airnya bukan sembarangan. AirKu berasal dari mata air Clereng, yang terletak di Desa Sendangsari, Kecamatan Pengasih. Kawasan ini dikenal memiliki debit air yang stabil dan kejernihan alami. Air dari Clereng mengalir di antara bebatuan kapur yang berfungsi sebagai penyaring alami. Maka tidak heran, rasa segar AirKu sering disebut punya karakter khas, jernih, ringan, dan tidak meninggalkan rasa logam di lidah seperti sebagian air minum lain.
Proses produksinya pun dilakukan dengan cukup serius. PDAM Tirta Binangun membangun fasilitas pengolahan yang memenuhi standar industri AMDK. Air dari mata air Clereng disaring, diuji laboratorium, lalu dikemas dalam berbagai varian, mulai dari cup 120 ml dan 240 ml, botol 330 ml dan 600 ml, hingga galon 19 liter.
Kemandirian ekonomi lokal
Semua prosesnya dilakukan di Kulon Progo dengan melibatkan tenaga kerja lokal. Jadi, setiap gelas AirKu yang kita minum sesungguhnya adalah hasil dari tangan-tangan warga Kulon Progo sendiri.
Namun yang membuat AirKu menarik bukan hanya karena kualitas airnya, tapi juga cerita di balik keberaniannya. Bayangkan, di tengah pasar air minum yang dikuasai oleh merek besar dengan modal raksasa, sebuah PDAM daerah berani ikut bersaing dengan identitas lokalnya sendiri. Tidak dengan kampanye besar-besaran, tapi dengan kepercayaan diri bahwa air dari tanah sendiri juga layak dijual dan dibanggakan.
Langkah itu perlahan membuahkan hasil. Penjualan AirKu terus meningkat setiap tahun. Banyak instansi di Kulon Progo yang mulai beralih ke produk ini untuk keperluan rapat atau kegiatan. Warung-warung kecil di sekitar Wates pun kini banyak yang menyediakan AirKu sebagai pilihan minuman. Bagi mereka, membeli AirKu bukan sekadar transaksi, tapi bentuk kecil dari dukungan terhadap ekonomi daerah.
Lebih jauh lagi, AirKu punya makna simbolis. Ia hadir di saat Kulon Progo sedang giat mendorong kemandirian ekonomi lokal. Dari program koperasi desa, wisata berbasis masyarakat, sampai pembangunan bandara, semangatnya sama, membuktikan bahwa daerah bisa berkembang dengan potensinya sendiri. Dalam konteks itu, AirKu bukan cuma air minum, tapi juga manifestasi dari filosofi “Bela Beli Kulon Progo” yang dulu sempat populer.
Pengalaman mencoba AirKu
Saya sendiri pertama kali mencoba AirKu di sebuah warung pinggir jalan dekat Alun-Alun Wates. Waktu itu si penjual bilang, “AirKu, Mas. Ini airnya dari Clereng, asli sini.” Saya sempat senyum kecil karena baru kali itu mendengar air minum dengan nama yang terasa begitu personal, air-ku.
Mungkin banyak orang menganggap hal seperti ini sepele. Tapi di zaman ketika hampir semua produk dikirim dari luar daerah, punya sesuatu yang benar-benar lahir dari tempat kita sendiri rasanya istimewa. AirKu adalah pengingat bahwa kemandirian bisa dimulai dari hal yang sederhana. Dari seteguk air, dari sumber yang kita rawat, dari keyakinan bahwa yang lokal juga bisa hebat.
Jadi lain kali kalau kamu lewat Kulon Progo dan melihat botol bertuliskan AirKu, jangan anggap itu sekadar air minum biasa. Di dalamnya ada cerita tentang keberanian, kebanggaan, dan keinginan untuk tidak hanya meminum air, tapi juga meneguk identitas daerah sendiri.
Penulis: Riko Prihandoyo
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Kasta Air Mineral Kemasan, Aqua Masih Jadi Juara Bertahan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















