Menjadi perantau di Kabupaten Banyuwangi membuat saya selalu membandingkan kabupaten ini dengan daerah lain yang juga pernah saya singgahi. Banyuwangi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa terkenal sebagai daerah dengan kekayaan budaya dan alam yang luar biasa.
Banyaknya tempat wisata menarik di Banyuwangi menjadi potensi ekonomi yang cukup menjanjikan bagi pemerintah daerah. Banyuwangi bahkan telah mendapat pengakuan nasional sebagai kota festival di Indonesia dengan puluhan agenda yang terjadwal setiap tahunnya.
Melihat potensi Banyuwangi yang luar biasa ini bukan berarti daerah ini sempurna tanpa cela. Saya merasa justru ada banyak hal yang menjadi PR pemerintah daerah yang bisa menjadi blunder dalam sektor pariwisata. Bukan tak mungkin berbagai “aib” ini justru bikin wisatawan kapok datang jika tak segera ditangani dengan baik.
Daftar Isi
Jalan rusak dan berlubang di Banyuwangi
Sepertinya dari banyaknya destinasi wisata di Banyuwangi, ada satu wisata yang harusnya masuk ke dalam daftar kunjungan wisatawan dan luput dari perhatian pemda. Ia adalah wisata jeglong sewu. Disebut wisata jeglong sewu karena ada saja jalanan yang rusak di Bumi Blambangan ini.
Jalur utama Banyuwangi, atau tepatnya di Jalan Ahmad Yani, saja mengalami kerusakan sana-sini. Padahal jalanan ini nggak jauh dari kantor bupati, lho. Apalagi jalur lain yang mengarah ke tempat wisata? Tentu saja potensi jalanan rusak ini jauh lebih besar karena dilewati para wisatawan yang datang setiap hari.
Ditambah lagi saat musim hujan, jalur “jeglong sewu” itu mirip kubangan lumpur yang membahayakan pengguna jalan yang melintas. Tak sedikit kasus kecelakaan di Banyuwangi yang bermula dari kondisi jalan yang mengalami kerusakan.
Banjir akibat alih fungsi lahan
Banyuwangi memang memiliki topografi beragam, mulai dari pegunungan hingga pantai semua dimiliki Bumi Blambangan. Sayangnya beberapa tahun terakhir, di beberapa dataran tinggi di Banyuwangi terjadi alih fungsi lahan yang menyebabkan kerusakan lingkungan.
Misalnya alih fungsi lahan di lereng pegunungan Ijen. Gara-gara hal itu, wilayah hilir menjadi kawasan langganan banjir. Bahkan di awal tahun 2023 ini saja ketinggian banjir di Kelurahan Tukangkayu, Kecamatan Kota Banyuwangi, mengalami kenaikan yang signifikan akibat alih fungsi lahan di wilayah hulu.
Selain di lereng pegunungan Ijen, alih fungsi lahan juga terjadi di kawasan Kecamatan Pesanggaran. Daerah di sekitar perbukitan itu mengalami banjir lumpur tiap musim hujan tiba.
Limbah industri yang menjadi momok bagi para petani
Meski sektor Industri baru berkembang sekitar tujuh tahun terakhir, dampaknya menjadi momok bagi para petani yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Fyi, aliran sungai di Banyuwangi menjadi denyut nadi pertanian di Bumi Blambangan. Namun, praktik nakal yang dilakukan industri di sini menyebabkan pencemaran lingkungan yang berimbas pada para petani. Sebut saja kasus pencemaran yang disebabkan PT Industri Gula Glenmore yang berada di Kecamatan Glenmore, Banyuwangi.
Perusahan penghasil gula terbesar di wilayah Tapal Kuda itu sempat membuang limbahnya di aliran Sungai Baru yang merupakan sungai terbesar di Banyuwangi. Setelah diselidiki oleh Dinas Lingkungan Hidup, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang mengalami kebocoran menjadi alasan perusahaan.
Kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan
Selain limbah industri, salah satu yang perlu diperhatikan pemerintah daerah adalah mengubah kebiasaan masyarakat yang gemar membuang sampah sembarangan. Kebiasaan membuang sampah di sungai ini justru berdampak buruk bagi lingkungan, lho. Apalagi Banyuwangi yang luasannya melebihi Provinsi Bali hanya memiliki satu Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bulusan di Kecamatan Kalipuro. Jelas ini sangat timpang. Sudah selayaknya membuka kembali TPA di wilayah selatan untuk membantu mengurai masalah sampah.
Saya pernah berwisata rafting dan bertemu berbagai sampah. Bahkan sampah kasur dibuang ke aliran sungai! Tentu saja sampah di sungai bisa bikin citra pariwisata Banyuwangi buruk di mata wisatawan yang datang ke Bumi Blambangan.
Meski saat ini masih banyak kekurangannya, saya yakin Banyuwangi ke depannya bakal lebih baik lagi asalkan dilakukan perubahan. Semoga Bumi Blambangan bisa segera pulih dan jadi kabupaten yang makin nyaman untuk dikunjungi wisatawan.
Penulis: Fareh Hariyanto
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Wisata Banyuwangi Siap Melesat Seperti Bali, Meninggalkan Jember.