Kenapa Mudah Sekali Sakit Hati? Kasihan Hatinya

sakit hati

sakit hati

Sakit hati itu hal biasa sebenarnya. Manusia punya hati, ya wajar kalau pernah sakit hati. Pernahkah kamu sakit kepala? Kenapa coba? Karena kamu punya kepala. Coba kamu nggak punya kepala. Dijamin tidak akan pernah sakit kepala. Lupa itu wajar. Tapi kalau kelupaan, terus menerus, wah itu bukan lupa. Emang ndak pernah mikir. Jadi, ya ndak bakalan lupa. Eh, kok bahas lupa sih!

Misalkan dalam masalah elektronik. Kebetulan saya bisa dikit-dikit elektro. Meski jurusan saya PAI. Lampu power audio contohnya. Pertama kali mati kemudian saya ganti. Setelah diganti, “lho kok mati lagi?” Percobaan kedua, saya ganti lagi. Kemudian mati lagi. Ini ada yang ndak beres pastinya.

Manusia punya hati, ibarat hati itu prosesor tubuh manusia. Bukan hati yang memproduksi empedu lho, ya. Tapi jantung. Kok bisa? Benar sekali, karena jantung adalah pusat peredaran darah manusia. Apabila jantung normal, seluruh tubuh akan berjalan normal pula. Begitu sebaliknya.

Kalau cuma sakit gigi, meski kenyut-kenyut, oke lah masih bisa beraktivitas. Minimal misuh-misuh (marah-marah). Tapi kalau yang sakit jantung? Kalian tahu sendiri. Naudzubillah.

Disamping istilah jantung sebagai dhohirnya, sinonimnya hati. ada istilah lain versi Imam Al-Ghozali yaitu “lathifah rabbaniyyah ruhaniyyah“. Apa tuh? Intinya gini aja deh, jantung juga punya sisi batin yang bisa dirasakan dan memiliki rasa. Tapi, tidak bisa di perlihatkan. Makanya namanya lathif artinya lembut.

Oke, langsung saja kita bicara soal solusinya saja. Supaya cepet teratasi tuh sakitnya. (sudah nggak sabar ya, mblo?)

Pertama, solusi yang ditawarkan oleh KH Zainuddin M.Z (alm) kata beliau “ini humor tapi agak tasawwuf, orang yang paling tenang hidupnya itu tukang parkir. Walaupun dia punya mobil banyak, merknya bagus-bagus tapi dia ndak sombong. Nanti mobli habis satu-persatu, pergi satu persatu. Tukang parkir tidak bersedih.”

Apa rahasianya, coba? Kata beliau Disini lah tasawwufnya “tukang parkir tidak pernah merasa memiliki, tetapi merasa dititipi” Tutur beliau dalam sebuah ceramahnya.

Jadi, solusi yang pertama ini melatih hati untuk selalu berserah diri, menyadari semua yang kita miliki itu hakikinya adalah dititipi. Oleh siapa? Yaa yang buat hati lah. Terlepas dari hukum formalitas, ya bro. Karena ini soal hati.

Tambah beliau “jadi, barang siapa merasa memiliki memiliki, bersiaplah kehilangan dan ini menyakitkan”. Kalian yang lagi pacaran anggep saja doi itu titipan Tuhan. Kalau sudah gitu, aman. Kalau dia menghilang, ndak akan sakit hati. Tinggal kamu nyari lagi.

Eh, tapi kalau bisa pending dulu deh, pacaran. Mending nikah aja dulu. Baru sepuasnya pacaran. Setuju ndak? Kalau tidak setuju ada solusi dari Mbah Sujiwo tejo “tingkatan rindu tertinggi adalah apabila ada dua insan yang saling mencintai, namun tidak bertemu, tapi diam-diam mereka saling mendoakan“. Masih ndak setuju? Karepmu!

Kedua, solusi dari Gus Baha’. Siapa sih yang ndak tahu? Yang lagi viral akhir-akhir ini. Kata beliau yang dinukil dari kitab AlHikam, karya Imam Ibnu Ato’illah :”liyaqilla maa tafrohu bihi” Sedikit kan hal-hal yang dapat membuatmu bahagia” begitu singkatnya.

Bukan berarti kamu tidak boleh merasa bahagia. Tapi, caramu memandang dunia itu harus dirubah. Gunakan standar minimal dalam memandang sesuatu (dunia ini). Contoh, nikmat yang paling besar itu apa, menurut kamu? Ya makan, itu nikmat yang paling besar. Baik bupati ataupun orang biasa pasti butuh makan. Soalnya kalau ndak makan, yaa mati.

Kamu bayangkan saja calon pasanganmu itu sederhana saja. Jangan membayangkan kayak artis! Orang kamunya saja pas-pasan. Wajah sama finansial sama saja. Jadi, ketika dapat jodoh yang biasa-biasa saja, ya sudah. Alhamdulillah. Kebalikannya, kamu membayangkan artis. Dapatnya malah mrongos. Bakalan stres kamu.

Lanjut solusi kedua dari Gus Baha’, adalah shalat. Saya sudah shalat tapi kok masih sakit hati? (Kalau kamu tanya) maksudnya ialah shalat dengan cara menghayati benar disetiap doa yang dilantunkan “inna shalaati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillah ta’ala” hidup dan mati ku karena Allah. Titik.

Kesimpulannya, bersihkan hati dari kotoran-kotoran yang dapat menjadikan sedihnya hati itu sendiri. Gimana tuh? Yaa ituu seperti tukang parkir saja. Merasa dititipi bukan memiliki. Kedua, bayangkan calon jodohmu itu yang sederhana saja. Supaya tidak mudah kecewa nantinya. Yang terakhir, hayati setiap panjatan doamu. Ibarat kamu berromantisme dengan pasanganmu.

Semoga bermanfaat.

Exit mobile version