Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Meresapi Lagu-lagu Iksan Skuter yang Mewakili Aspirasi Anak Rantau

Muhammad Vicky AS oleh Muhammad Vicky AS
1 Januari 2021
A A
Meresapi Lagu-lagu Iksan Skuter yang Mewakili Aspirasi Anak Rantau terminal mojok.co

Meresapi Lagu-lagu Iksan Skuter yang Mewakili Aspirasi Anak Rantau terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

“Dulu disini ada yang meninggal karena sakit kuning, jenazahnya ketahuan setelah 4 hari.” Tutur seorang senior kosan di sudut Kota Yogyakarta. Nelongso hidup anak rantau, sudah jauh dari orang tua, homesick, juga kendala finansial, hanya kopi dan gitar yang sesungguhnya tidak saya suka juga menjadi obat rindu. Merasa menjadi manusia tegar dengan baju terbuka dan rokok putih karena baru saja menjadi perokok paska jauh dari rumah. Lagu rock 80-an menemani sore dan bau-bau khas kosan laki-laki murah tercium, percampuran antara bau lembab dan rokok.

Sayang waktu itu saya masih teguh memegang prinsip tak akan meminum alkohol jika tidak maka lengkap sudah saya menjadi lambang perantau gaya koboi khas tanah rantau. Padahal dalam hati saya menangis sih, sebab saya kangen bapak dan ibu, tetapi gengsi dan sanksi untuk mengatakan hal itu, apalagi kepada bapak. Apa kata Fidel Castro jika Che kemudian meringis menangis tersedu karena kangen bapaknya.

Pada 2019 ketika saya sudah lulus sampai lupa kampung, saya berkenalan dengan lagu-lagu Mas Iksan Skuter. Awalnya saya kira dia ini seperti musisi indie lainnya yang lagunya hanya senja-senji dan kupa-kopi tanpa tahu jenis kopinya dan konflik agraria petani kopi bersama dengan masalah lingkungan yang membuat senja teman-teman kita di bulan tertentu dipenuhi asap.

Satu dan dua lagu saya putar dari internet, pertama berjudul “Bapak”, tampilan visual yang sederhana yang menceritakan kisah yang tak digambarkan FTV-FTV borjuasi kalau kata anak-anak kiri. Kopi dan dialog seorang istri yang patuh kepada suami, juga seorang bapak yang mahal senyum di pojok meja makan adalah representasi realitas kita. 

Cuplikan lirik lagu “Bapak”, yaitu “hanya angkuh sebagai lelaki dewasa” adalah lirik terbaik abad ini karena mampu menangkap keresahan anak laki-laki apalagi anak rantau yang malu-malu kucing jika rindu bapaknya. Seharusnya Iksan Skuter bisa mulai memikirkan prospek sebagai kandidat legislator atau kepala daerah karena bagaimana hebatnya indera pendengarannya dalam menangkap keresahan anak rantau. 

Lagu kedua yang saya dengar membuat saya mengngat lagi zaman kere saya dulu. Ya, meskipun sekarang juga masih kere. Judulnya “Pulang”, lagu dengan lirik sederhana ini berhasil mengungkapkan aspirasi suara anak rantau 100% jauh lebih baik daripada presiden mahasiswa. Saya jadi rindu sekali sayur bayam masakan ibu sekalipun makannya sambil misuh karena bayam-bayam mulu.

Yang paling saya suka, Mas Iksan Skuter ini bisa saja membungkus perlawanan atas toxic-masculinity karena menuliskan lirik yang menyatakan bahwa tidak apa kok anak laki-laki dipeluk bapaknya. Anak laki-laki dan bapaknya tidak melulu soal jaga image layaknya film-film lampau apalagi disuguhi hubungan dingin. Anak dan bapak juga berhak sedih dan mengharu biru.

Terakhir, ada lagu Mas Iksan berjudul “Bingung” yang bisa saya katakan sebagai masterpiece! Mas Iksan ini menangkap kebingungan para mahasiswa perantau yang bingung mau kritis takut dicap kidal, mau dagang untuk menyambung hidup dengan tidak mengenal harga teman takut dibilang kapitalis, jadinya ya bingung, padahal ya anak rantau ini sudah susah.

Baca Juga:

Aksi Liar Sok Rock n Roll dan Destruktif di Panggung Musik yang Kerap Merugikan Tidak Bisa Dibenarkan!

5 Starter Pack Remaja Jompo Saat Nonton Festival Musik

Iksan Skuter dan anak rantau adalah dua hal yang melengkapi satu sama lain seperti Didi Kempot dengan patah hati atau nasi telur warung burjo dengan kopi Goodday. Sedih rasanya, andai saja waktu masih menjadi mahasiswa baru saya sudah kenal lagu itu pasti saya merasa bahwa suara saya sudah terwakilkan dan tak perlu lagi ikut pemilu. Andai saja saya sudah mendengar lagu ini tentu saja cerita senior kosan soal teman kosan meninggal karena sakit dan kelaparan tidak akan terasa menyeramkan lagi.

Andai saja anggota DPR ini ketika masa resesi bisa menghimpun suara anak-anak rantau karena sama-sama senasib sepenanggungan layaknya Mas Iksan Skuter menggarap lagu yang tidak mendakik-dakik pasti tak akan ada undang-undang nyeleneh. Capek kami ini demo terus please lah mbok bisa lebih peka.

Namun, sayangnya DPR bukan Iksan Skuter. Mereka tak punya indera yang peka mendengarkan jeritan-jeritan sekitar kita dan bicara tentang “urip kudu urup”. Sudah setahun sejak saya lulus kuliah, saya semakin yakin bahwa Iksan Skuter adalah wakil anak rantau sesungguhnya. Kopi, ayah, ibu, sayur bayam, manusia bingung, dan pulang adalah isi curhatan  bagi anak rantau yang kadang tidak didengarkan oleh para pembuat kebijakan negeri ini. Rasanya tidak perlulah ada parpol jika musik sudah bisa mewakilkan kami.

BACA JUGA 5 Usulan untuk Pemerintah Perihal Membimbing Anarko dan tulisan Muhammad Vicky AS lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 30 Desember 2020 oleh

Tags: dilema mahasiswaMusik
Muhammad Vicky AS

Muhammad Vicky AS

ArtikelTerkait

Asyiknya Jadi Kolektor Kaset Pita, Bisa Nostalgia Sekaligus Dapat Cuan yang Lumayan Mojok.co

Asyiknya Jadi Kolektor Kaset Pita, Bisa Nostalgia Sekaligus Dapat Cuan yang Lumayan

27 Oktober 2023
Mustahil Oasis dan Duo Gallagher Reuni, tapi 'I Said Maybe' noel gallagher liam gallagher terminal mojok.co

Mustahil Oasis dan Duo Gallagher Reuni, tapi ‘I Said Maybe’

8 Oktober 2020
Pengguna Angkot Bandung Perlu Lebih Proaktif, Jangan Acuh Tak Acuh, dong! terminal mojok.co

Daftar Playlist Musik Angkot Bandar Lampung yang Selalu Terngiang

4 November 2020
Dear Penjual di Warung Kopi, Tolong Volume Musiknya Jangan Terlalu Berisik Terminal Mojok

Dear Penjual di Warung Kopi, Tolong Volume Musiknya Jangan Terlalu Keras

28 Desember 2020
rekomendasi gear untuk gitaris guitar destruction konser gitaris rock punk mojok

5 Rekomendasi Gear untuk Gitaris di Bawah 5 Jutaan

30 Juli 2021
Alasan Kita Bisa Hafal Lirik Lagu, Meski Jarang Mendengarkannya

Alasan Kita Bisa Hafal Lirik Lagu, meski Jarang Mendengarkannya

12 Maret 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

16 Desember 2025
Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

17 Desember 2025
Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

19 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025
Suzuki S-Presso, Mobil "Aneh" yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

Suzuki S-Presso, Mobil “Aneh” yang Justru Jadi Pilihan Terbaik setelah Karimun Wagon R Hilang

13 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.