Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Sudut Pandang Anak Rumahan yang Lihat Teman-temannya Hobi Nongkrong

Muhammad Iqbal Habiburrohim oleh Muhammad Iqbal Habiburrohim
23 November 2020
A A
Sudut Pandang Anak Rumahan yang Lihat Teman-temannya Hobi Nongkrong terminal mojok.co

Sudut Pandang Anak Rumahan yang Lihat Teman-temannya Hobi Nongkrong terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Bagi kebanyakan orang, nongkrong bareng temen bisa jadi kesenangan tersendiri buat sekadar refreshing sebentar dari rutinitas membosankan yang dijalani tiap hari. Tapi, pernah kepikiran nggak sih ada “spesies” anak rumahan yang lebih suka menghabiskan waktunya dirumah dibanding nongkrong bareng temen-temennya?

Mungkin anak tongkrongan sering bertanya-tanya, “Kok bisa sih si A di rumah aja dan betah terus, gimana ya kalau si A nongkrong?”

Pertanyaan seperti itu muncul karena anak-anak muda sebenarnya cukup identik dengan kegiatan nongkrong. Kami yang jarang nongkrong mungkin akan dianggap cemen sama temen-temen lain dan itu merupakan situasi yang nggak mengenakkan. Gimana nggak? Tanpa babibu sering kali anak rumahan dihakimi seakan orang yang paling nggak gaul.

Nongkrong biasanya dibarengi dengan niat mengerjakan tugas. Mungkin memang ada satu atau dua tongkrongan yang benar-benar bisa bikin fokus, tapi menurut pengalaman pribadi saat mengikuti beberapa tongkrongan yang berbeda, saya bisa menyimpulkan bahwa pembahasan yang ada lebih menonjolkan pergunjingan daripada pelajaran. Makanya saya masih menganggap nongkrong yang bisa fokus dan substantif itu sebatas mitos.

Saya sebagai anak rumahan secara pribadi lebih nyaman ketika ngerjain tugas dengan suasana yang tenang dan kondusif dibandingkan sambil ngobrol dan bercanda. Niat awal mengerjakan tugas agar bisa nyantai duluan malah bisa berakhir tragis dengan menjadi deadliner untuk kesekian kalinya.

Anak rumahan juga tidak bermaksud sombong dan nggak suka berbaur dengan orang lain. Hanya saja, kadang “spesies” seperti kami lebih memilih hemat uang dibandingkan harus membeli kopi yang setara harga satu porsi makanan kami. Perbandingannya seakan harus memilih antara bisa melek semalaman atau kenyang semalaman. Pasti tahu kan bakal milih yang mana?

Di sini saya pun sebenarnya nggak menyangkal bahwa nongkrong punya keseruan tersendiri yang bisa membuat kita lupa waktu apalagi kalau emang anak-anak tongkrongannya satu frekuensi sama kita. Niat nongkrong 2-3 jam bisa molor menjadi lebih dari 8 jam. Layaknya sepak bola masa kecil yang peluit panjangnya azan maghrib, nggak jauh beda sama tongkrongan yang bubar ketika ada yang menjadi inisiator pulang duluan.

Momen yang mungkin dihindari anak rumahan adalah nongkrong bareng orang-orang yang nggak satu frekuensi atau bareng orang yang baru pertama kali kita kenal. Pasti kebanyakan anak rumahan akan bingung bagaimana harus bersikap, termasuk saya. Orang yang biasa nongkrong mungkin bisa menyembunyikan ketidaknyamanan mereka sama orang yang nggak satu frekuensi. Tapi, anak rumahan seperti kami mungkin cuma bisa bersikap diam-diam canggung.

Baca Juga:

Nongkrong Masih Dianggap Tabu di Sragen, Nasib Kafe di Sana Kian Suram 

Aturan Tidak Tertulis Saat Nongkrong di Kafe

Akan ada suatu momen saat teman tongkrongan kita tiba-tiba ketemu temannya yang lain dan tiba-tiba mereka gabung jadi satu meja. Pembahasan yang mereka bicarakan kurang kita mengerti dan kita cuma bisa diam. Kita yang diam bisa aja dibilang sombong padahal emang kita bingung aja harus gimana. Saya pun sudah sekuat tenaga untuk berbaur dengan ikut ketawa padahal nggak paham topiknya, tapi kayaknya usaha saya ini kurang diterima secara signifikan.

Momen lain yang sering dirasakan anak rumahan pas nongkrong yaitu tiba-tiba merasa capek di tongkrongan.Bukan karena nggak seru, tapi karena sudah merasa cukup melakukan basa-basi dan bertemu orang lain. Hal-hal nggak penting di rumah tiba-tiba terpikirkan padahal keadaan di rumah pastinya nggak akan berubah dengan atau tanpa kami.

Spesies seperti kami memang tergolong betah di rumah. Makanya jangan heran waktu ada kampanye “di rumah aja” untuk merespons pandemi corona, rintangan seperti ini seakan nggak berat kami lewati.

Anak rumahan sebenarnya cuma cenderung pilih-pilih tongkrongan mana yang bakal mereka kunjungi. Bukan tipe yang mendatangi semua tongkrongan. Apalagi kalau harus nongkrong tiap hari pasti jiwa rebahan di kamar bakal terus memanggil. Makanya saya pribadi mewakili pertanyaan banyak anak rumahan yang heran kenapa orang-orang bisa nongkrong tiap hari tanpa beban sedikit pun. Kegiatan ketagihan nongkrong justru menjadi keanehan tersendiri bagi kami. Jika kalian bertanya kenapa ada anak yang susah banget diajak nongkrong, kami juga bertanya-tanya kok ada orang yang bisa nongkrong terus kerjaannya?

Mungkin anak nongkrong terheran-heran bagaimana bisa kami menghabiskan waktu di rumah, begitu juga kami anak rumahan juga terheran-heran bagaimana bisa kalian seharian bersosialisasi selama dan seintens itu.

Satu hal yang harus digarisbawahi adalah kita nggak harus menjadi anak nongkrong hanya biar nggak dianggap cemen. Sebaliknya, kita juga nggak perlu takut untuk memiliki preferensi yang berbeda sama orang lain. Nggak masalah jadi anak rumahan atau anak tongkrongan, toh sebenarnya masing-masing punya alasan yang masuk akal. Bukankah yang aneh malah mempermasalahkan suatu preferensi masing-masing orang?

Photo by Cottonbro via Pexels.com

BACA JUGA Takut Mabuk di Tongkrongan Itu Memang Hal yang Wajar

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 13 Agustus 2021 oleh

Tags: nongkrongPergaulan
Muhammad Iqbal Habiburrohim

Muhammad Iqbal Habiburrohim

Mahasiswa biasa yang ingin mencurahkan keresahan

ArtikelTerkait

4 Pengalaman Duka yang Dirasakan saat Rumah Dijadikan Tempat Nongkrong

4 Pengalaman Duka yang Dirasakan saat Rumah Dijadikan Tempat Nongkrong

10 Juni 2020
Bukan Mencetak Gol, Inilah Kebahagiaan Saat Kita Futsal Bersama Teman-teman terminal mojok.co

Bukan Mencetak Gol, Inilah Kebahagiaan Saat Kita Futsal Bersama Teman-teman

4 November 2020
Penyesalan Seorang Pembuat Konten Hijrah terhadap Aktivitas Hijrahnya terminal mojok.co

Betapa Sulitnya Bergaul Dengan Orang yang Baru Hijrah

21 Juli 2019
4 Aturan Tidak Tertulis Saat Nongkrong di Kafe Mojok.co

Aturan Tidak Tertulis Saat Nongkrong di Kafe

19 November 2024
bau badan

Kenapa Sih Orang yang Bau Badan Nggak Sadar dengan Bau Badannya Sendiri?

10 Agustus 2019
Coba Kasih Tahu, Kenapa Ngasih Imbalan ke Pengamen Itu Nggak Wajib?

Coba Kasih Tahu, Kenapa Ngasih Imbalan ke Pengamen Itu Nggak Wajib?

5 Maret 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.