Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Nasib Imigran yang Berjaya, Terlunta, dan Menderita di Film Martin Scorsese

Sirojul Khafid oleh Sirojul Khafid
9 Oktober 2020
A A
Nasib Imigran yang Berjaya, Terlunta, dan Menderta di Film Martin Scorsese terminal mojok.co

Nasib Imigran yang Berjaya, Terlunta, dan Menderta di Film Martin Scorsese terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Italia jelas memiliki ruang istimewa untuk sutradara Martin Scorsese. Walaupun lahir di Amerika, kedua orang tuanya berasal dari Italia, lebih tepatnya warga Palermo, Sisilia. Betul, daerah yang terkenal dengan para mafianya.

Tempat asal orang tuanya berpengaruh besar pada film-film Scorsese ke depannya. Dia lahir tahun 1942 di Queen, Amerika Serikat. Dia tumbuh dan besar di kawasan Little Italy.

Pada tahun kelahiran Scorsese, negara orangtuanya masih berada dalam genggaman pemerintah fasis Mussolini. Pemerintahan yang menghendaki satu versi kekuatan dan kebenaran tidak senang dengan para mafia, terutama mafia Sisilia.

Melalui perpanjangan tangan Mori yang kemudian memerintah Sisilia, mereka mengusik kehidupan para mafia. Pernah suatu ketika Mussolini mengunjungi mafia Sisilia. Salah satu mafia Sisilia telah menjamin keamanannya. Akan ada pembicaraan tentang orang yang akan menduduki pemerintahan dan permintaan dukungan.

Namun, Mussolini datang dengan sekelompok polisi, sesuatu yang menyinggung harga diri mafia. Insiden itu satu versi dari awal mula ketegangan antara pemerintahan Mussolini dan para mafia. Pada dasarnya, Mussolini ingin menghancurkan para mafia yang sudah lama memegang pengaruh besar di tatanan masyarakat.

Agar Mori semakin leluasa dalam memberantas mafia, Mussolini memberikan kebebasan terkait cara menumpas, sekalipun dengan cara-cara yang melanggar. Walaupun tidak sepenuhnya tuntas, usaha Mori berdampak besar. Banyak anggota mafia yang mendapat hukuman, terpenjara, serta dipermalukan di depan umum. Banyak yang menganggap bahwa cara Mori sama saja dengan mafia itu sendiri.

Bagi para mafia yang selamat, mereka memilih kabur menuju Amerika. Masih dengan sifat dan pola pikir mafia, mereka membuat sebuah kelompok di Amerika. Mereka kembali menjadi mafia dengan bisnis-bisnis yang seringkali berhubungan dengan hal ilegal.

Dalam film-film Scorsese seperti Mean Streets (1973), Goodfellas (1990), Gengs of New York (2002), dan The Irishman (2019), para mafia Italia memiliki kedudukan yang tinggi. Seringkali mereka menjadi pemimpin kelompok. Para mafia mengendalikan bisnis ilegal yang besar.

Baca Juga:

Review Elvis: Menyorot Sisi Kelam Sang King of Rock and Roll

Review Death on The Nile: kok Kayak Sinetron?

Tidak hanya itu, dalam The Irishman misalnya, mafia juga bisa mengendalikan pemilihan ketua serikat buruh serta presiden. Martin Scorsese menempatkan imigran dari Italia dalam posisi yang layak, bahkan sejak awal kedatangan. Terlepas pada akhirnya ada beberapa yang takluk dengan pemerintah Amerika, mereka bisa menjalani hidup sampai tua dengan cukup tenang.

Keberuntungan imigran Italia berbeda dengan orang Irlandia. Mereka yang “terusir” dari tanah Inggris Raya perlu bekerja keras di Amerika. Tidak jarang mereka menjadi bawahan para mafia Italia. Pekerjaannya tidak jauh-jauh dari petugas lapangan bisnis sampai pembunuh bayaran.

Kita bisa melihat karakter imigran Irlandia yang hidup tertatih dalam karakter Frank Sheeran (Robert De Niro) di The Irishman, Amsterdam Vallon (Leonardo DiCaprio) di Gengs of New York dan Henry Hill (Ray Liotta) di Goodfellas. Karakter yang mirip juga terlihat di Billy (Leonardo DiCaprio) pada film The Departed (2006).

Terlepas dari posisi imigran Irlandia di masyarakat Amerika yang cukup baik, mereka masih saja didiskrimniasi dari masyarakat Amerika. Keadaan yang tidak jauh berbeda dari diskriminasi yang mereka alami di Inggris.

Satu hal yang membuat kehidupan imigran Irlandia bisa cukup baik adalah kulit putih mereka. Walaupun tetap mendapat diskriminasi dari masyarakat Amerika, warna kulit yang sama menjadi modal yang menguntungkan. Kesamaan warga kulit antara orang Irlandia dan Amerika membuat kesempatan untuk berteman menjadi tinggi. Hal yang lebih sulit dilakukan oleh warga kulit hitam di Amerika.

Scorsese sangat jarang menempatkan orang kulit hitam dalam karakter yang berperan besar. Dalam Shutter Island (2010), orang kulit hitam hidup sebagai pelayan sebuah rumah sakit jiwa. Tidak ada yang spesial, atau memegang peran penting.

Bahkan dalam beberapa adegan, Scorsese memperlihatkan bahwa orang kulit hitam berada dalam tekanan dan ketidakadilan. Salah satu ketidakadilan pada kulit hitam terletak pada akses terhadap pekerjaan yang sulit. Hasilnya mereka menjadi pelaku kriminal. Dalam Taxi Driver (1976) misalnya, peran-peran kriminal rendahan seringkali menjadi bagian orang kulit hitam. Salah satunya pada karakter perampok toko.

Belum lagi detail-detail percakapan yang merendahkan orang kulit hitam. Masih di film Taxi Driver, Travis Bickle (Robert De Niro) pernah mengantar salah satu penumpang yang mencari istrinya. Penumpang itu tahu apabila istrinya selingkuh. Yang membuat penumpang merasa terhina lantaran pria selingkuhan istrinya merupakan orang kulit hitam. Percakapan-percakapan merendahkan macam ini bertebaran di banyak film garapan Martin Scorsese, walaupun porsinya tidak banyak.

Scorsese memang mendapat pengaruh dengan film-film neorealisme Italia. Beberapa di antaranya Viaggio in Italia (1954), La Strada (1954), I Vitelloni (1952), Ladri di Biciclette (1948), dan Roma Citta Aperta (1945). “Saya melihat film-film ini. Mereka memiliki pengaruh yang kuat pada saya. Anda harus melihat mereka.” kata Martin Scorsese seperti dilansir dari Indiefilmhustle.

Neorealisme Italia melawan pakem film Italia pada masa fasis Mussolini. Kala itu, film mendapat sensor dari pemerintah. Adapun referensi merujuk pada Hollywood. Sineas film kemudian melawan, baik semasa pemerintahan Mussolini ataupun setelahnya. Mereka membuat film dengan pemain amatir serta mengerjakannya di luar studio, sesuatu yang sangat berbeda dari keumuman saat itu. Hasilnya merupakan gambaran dunia yang lebih realistis.

Masa-masa neorealisme Italia berkembang pesat setelah Mussolini tumbang. Kemudian banyak cerita film yang mengangkat tentang dampak pemerintahan fasis dalam hal kemiskinan, pengangguran, depresi, dan ketidakadilan. Martin Scorsese terlihat mengangkat isu-isu itu dalam karyanya, terutama pada kehidupan imigran.

Setidaknya ada tiga versi imigran yang bisa kita lihat dalam karya-karyanya. Tentang Imigran Italia yang berjaya, tentang imigran Irlandia yang terlunta-lunta, dan kulit hitam yang menderita.

BACA JUGA Balasan untuk Artikel Film ‘The Social Dilemma’ yang Katanya Nihil Solusi dan tulisan Sirojul Khafid lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 8 Oktober 2020 oleh

Tags: Film HollywoodReview Film
Sirojul Khafid

Sirojul Khafid

Suka makan kepala ikan.

ArtikelTerkait

Opini Julia Suryakusuma terhadap Film ‘Tilik’ Berbau Kolonialisme Gaya Baru feminisme terminal mojok.co

Tidak Ada yang Salah dari Kritik Film Tilik Melalui Kacamata Feminisme

24 Agustus 2020
John Wick

John Wick: Chapter 3 – Parabellum: Berlumuran Sensasi Dan Rasa Menunggu

29 Mei 2019
Prediksi Plot Film Hollywood yang Bercerita Soal Afghanistan Hari Ini terminal mojok.co

Prediksi Plot Film Hollywood yang Bercerita Soal Afghanistan Hari Ini

28 Agustus 2021

Nonton Drakor Adalah Kesalahan bagi Cowok-cowok yang Tidak Paham Romansa

8 Januari 2021
Opini Julia Suryakusuma terhadap Film ‘Tilik’ Berbau Kolonialisme Gaya Baru feminisme terminal mojok.co

Opini Julia Suryakusuma terhadap Film ‘Tilik’ Berbau Kolonialisme Gaya Baru

20 September 2020
Review Elvis: Menyorot Sisi Kelam Sang King of Rock and Roll

Review Elvis: Menyorot Sisi Kelam Sang King of Rock and Roll

28 Juni 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.