Ihwal kijang, interpretasi orang Indonesia bukan cuma menyasar pada hewan bertanduk. Namun, juga pada mobil yang telah dikenal lebih dari empat dekade lamanya. Apalagi, kalau ditambah embel-embel “Super”, yang terbayang adalah sebuah mobil legendaris keluarga Indonesia bernama Kijang Super.
Selepas membuat materi pelajaran, tiba-tiba ada satu pertanyaan muncul di benak saya. Kenapa bengkel sekolah, perguruan tinggi, politeknik, BLK, dan pendidikan vokasi otomotif selalu memiliki engine Kijang Super sebagai alat praktiknya?
Engine Kijang Super dan pendidikan vokasi otomotif itu bagai senja dan anak indie. Semacam starter pack-nya lah pokoknya. Bukan tanpa sebab saya menduga demikian.
Saya menemui engine Kijang Super waktu kuliah. Ujian praktik tune-up engine pun menggunakan engine Kijang Super. Lalu waktu saya skripsi, yang di mana saya meneliti relevansi antara peralatan praktik BLK dengan industri otomotif setempat, saya menemukan engine dengan jenis sama di sudut bengkel BLK tersebut. Ketika saya lulus dan menjadi pengajar di SMK Otomotif, saya ketemu lagi dengan engine yang sama.
Bahkan waktu saya melakukan kunjungan dan sewaktu diklat pun ketemunya ya engine Kijang super ini. Jodoh apa ya…
Oh iya, ngomong-ngomong, saya selalu menyebut engine Kijang Super bukan mesin Kijang Super dari tadi. Perlu diketahui, bukan karena saya sok keminggris ya, cuma karena kebiasaan semasa kuliah aja menyebut begitu.
Sebab, dalam tinjauan dosen kami, mesin itu ya untuk mesin jahit, mesin pemotong rumput, mesin bubut dan lainnya. Sedangkan, engine ya untuk motor bakar milik kendaraan-kendaraan bermotor seperti mobil dan kawan-kawannya.
Setelah bertahun-tahun berkutat di bidang otomotif dan ketemu engine itu melulu, saya akhirnya mencari jawabannya.
Ternyata, Toyota Kijang dilahirkan dalam rangka mempercepat proses industrialisasi Indonesia. Tonggaknya pada Desember 1985, ketika engine 5K diproduksi di Sunter, Jakarta Utara. Dan, Kijang menjadi mobil pertama Toyota yang diproduksi di Indonesia.
Kontribusi dan eksistensi Kijang bukan hanya pemenuh kebutuhan moda transportasi, tapi juga menjadi salah satu penyumbang terbesar total ekspor kendaraan ke luar negeri. Mulai diekspor sejak 1987, dengan tujuan ekspor pertama ke Brunei Darussalam, hingga kini Kijang telah didistribusikan ke lebih dari 30 negara.
Kemudian, penjualan Kijang Super terbilang fenomenal kala itu. Kijang Super yang menjadi suksesor Kijang Buaya dan Kijang Doyok ini, diperkirakan mencatat hasil penjualan hampir lima ratus ribu unit selama masa produksi 10 tahun (1986-1996).
Di masa inilah Kijang mengalami masa kejayaannya, dan mengukuhkan bahwa Kijang “memang tiada duanya”. Dan uniknya juga, nama Kijang merupakan kependekan dari “kerja sama Indonesia dengan Jepang”.
Berkaca dari situ, wajar bila penggunaan engine Kijang Super pada pendidikan vokasi otomotif begitu mendarah daging semenjak dulu. Sebab, engine buatan lokal yang menguasai pasar otomotif nasional saat itu diprioritaskan menjadi alat praktik, hingga akhirnya engine Kijang Super (yang terkenal perawatannya mudah) tetap eksis di bengkel pendidikan vokasi otomotif sampai sekarang.
Namun, saya belum puas. Saya pun memberanikan diri untuk mengontak Pak Hari Krismanto via Whatsapp. Beliau adalah salah satu widyaiswara di Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Mesin dan Teknik Industri (BBPPMPV BMTI).
Dan, saya menemukan fakta penguat yang menarik dari beliau. Ternyata pada 1994, eksistensi engine Kijang Super semakin membanjiri bengkel-bengkel sekolah di Indonesia.
Sebab, waktu itu terdapat proyek bantuan dari pemerintah untuk fasilitas praktik (yang diproduksi PT. Labtech Penta International) ke sekolah-sekolah, bersumber dari dana Asian Development Bank nomor 1100. Kala itu beliau menjabat sebagai supervisor di PT. Labtech Penta International yang berada di Batam.
Kemudian, beliau juga menambahkan, perihal fenomena institusi pendidikan vokasi otomotif yang selalu menggunakan engine Kijang Super, yaitu karena engine tersebut mudah didapat, buku manualnya tersedia, dan boleh diakses sekolah, pun oleh institusi pendidikan vokasi otomotif pada umumnya, melalui kerja sama kemitraan.
Akhirnya, terjawab sudah teka-teki yang menghantui benak saya. Ah, saya bersyukur karena beban hidup telah berkurang satu. Waktunya jadi anak indie dan menikmati jingganya senja di cakrawala yang menyala. Pfffttt.
BACA JUGA 3 Fitur Tersembunyi Kalung Anti-Corona yang Terlalu Diremehkan Banyak Orang dan artikel Terminal Mojok lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.