Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Buat Generasi 90-an: Biarkan Anak-Anak Bermain Sesuai Dengan Jamannya

Gilang Oktaviana Putra oleh Gilang Oktaviana Putra
26 Juli 2019
A A
generasi 90-an

generasi 90-an

Share on FacebookShare on Twitter

Halo anak-anak 90-an, apa kabar? Kapan nikah? Sudah punya pekerjaan? Sudah punya anak berapa? Buat kita yang lahir di tahun 90-an pertanyaan ini semakin sering sampai di telinga, ya? Wajarlah karena memang sudah dituntut cukup umur buat nikah dan bekerja.

Kalau melihat-lihat di media sosial dan di tongkrongan, topik pembicaraan tentang masa kecil selalu seru buat dibahas. Misalnya, tentang barang-barang yang trending macam pensil ajaib, tazos, kartu Yu-Gi-Oh! atau juga tentang permainan khas masa kecil macam pecle, loncat tinggi, kelereng dan lain sebagainya. Bisa dikatakan kita sama-sama merindukan masa anak-anak, kan?

Mengenang masa anak-anak memang nggak ada salahnya, karena kita nggak bisa kembali lagi ke sana. Tapi jangan sampai membandingkan masa anak-anak yang kita alami dulu dengan anak-anak jaman sekarang. Apalagi sampai merasa kalau anak-anak sekarang patut dikasihani karena nggak mengalami apa yang kita rasakan dulu. Rasanya nggak adil aja sih—karena jaman dan lingkungannya sudah berbeda.

Dulu teknologi belum secanggih sekarang, dan tempat buat main juga masih banyak. Sekarang, teknologi sudah canggih dan terus berkembang dengan cepat. Setiap tahun ada saja teknologi baru yang lahir. Lingkungan pun sudah berbeda, bukan? Tempat bermain seperti lahan kosong buat main bola atau pecle sudah berkurang. Sekarang memang jamannya anak-anak main dengan teknologi. Dari segi kuantitas, permainan buat anak-anak jaman sekarang lebih bervariasi daripada dulu waktu kita kecil? Ditambah teknologi sudah mampu membawa permainan jaman kita kecil dulu ke dalam genggaman tangan.

Nggak mau munafik, saya sendiri kadang-kadang sedih kalau melihat anak kecil yang lebih banyak bermain dengan gawai daripada teman sebayanya. Tapi kalau dipikirkan lagi, semua hal memang punya sisi negatif dan positif—begitu juga dengan teknologi.

Yang pasti adalah anak kecil tetaplah anak kecil; yang hobinya bermain dan mencari kesenangan, mengeksplor berbagai hal, mencoba apa saja. Maka kita, sebagai orang yang lebih tua, punya peran sebagai filter bagi mereka. Kalau kamu melihat anak kecil yang lebih suka main game di gawai daripada main di luar rumah, mungkin anak itu memang hanya tahu bahwa gawai adalah alat buat main game. Sudah sampai di situ. Seperti keponakan saya, yang dikenalkan YouTube oleh kakak saya. Sampai sekarang kalau mau main gawai dia bilangnya “pengen YouTube” bukan “pengen HP” artinya dia hanya tau kalau gawai itu YouTube.

Kita, sebagai filter bagi anak-anak, punya tugas buat mengenalkan sisi positif dari teknologi pada mereka. Biar mereka nggak cuma tahu game atau YouTube saja. Bukannya kita sebagai anak 90-an juga sering memanfaatkan teknologi? Kenapa nggak kita kenalkan manfaat yang kita dapatkan pada anak-anak? Tinggal disesuaikan saja kontennya. Saya percaya kalau anak-anak nggak bisa disalahkan, tapi orang tuanya yang harus disalahkan. Apalagi sejak dulu orang tua kita sangat memperhatikan anak-anaknya. Kalau ada yang salah dengan anaknya, ya orang tuanya yang harus disalahkan.

Lagipula apa manfaatnya merasa kita lebih beruntung karena waktu kecil dulu pernah merasakan apa yang nggak bisa dirasakan anak kecil jaman sekarang? Kan nggak ada, hal itu juga nggak membuat kita kembali lagi jadi anak kecil terus lari-lari di lapangan sambil main bola, atau loncat-loncat seperti waktu pecle dulu. Apalagi sampai menghina anak-anak yang main tik-tok atau aplikasi sejenisnya. Sudah lah, semua juga pernah begitu. Cuma beda mediumnya saja. Kalau dulu medium ke-alay-an kita mungkin Friendster, Mig33,Nimbuzz, ya sekarang mediumnya Tik Tok. Gitu aja kok nggak paham, sih?

Baca Juga:

4 Tipe Orang yang Nggak Cocok Jadi Guru, Sebaiknya Cari Profesi Lain kalau Nggak Ingin Menyesal Seumur Hidup

Alasan Orang Dewasa Masih Suka Nonton Upin Ipin, Ingin Nostalgia hingga Episode yang Ghibah-able

Daripada sibuk nyinyirin anak-anak yang main Tik Tok, lebih baik kita cari tahu apa yang harus kita berikan pada mereka lewat teknologi. Ingat loh, kita anak-anak 90-an bisa berperan sebagai filter. Kalau kita memberikan hal yang salah pada anak-anak, ya mereka juga yang bakal kena imbasnya. Kalau di keluargamu ada anak kecil yang menurutmu salah gaul, mungkin bisa saja kamu yang salah. Jangan mentang-mentang lebih tua jadi merasa nggak pernah salah. Kita ini masih manusia, artinya kita juga pasti punya kesalahan. Sudah jadi tugas kita buat tetap memastikan anak-anak tetap bisa bermain di era teknologi ini.

Terakhir diperbarui pada 19 Januari 2022 oleh

Tags: Anak-Anakgenerasi 90-anmasa kecilnostalgia
Gilang Oktaviana Putra

Gilang Oktaviana Putra

Penjaga toko buku daring di ige, suka ngoceh di twitter, dan pengin jadi kucing.

ArtikelTerkait

anak bungsu

Nasib Menjadi Anak Bungsu: Dari Disayang Sampai Dengan Menjadi Pesuruh

26 Juni 2019
Memaklumi Uang THR yang Dipegang Ibu dan Tak Kunjung Dikembalikan terminal mojok.co

Memaklumi Uang THR yang Dipegang Ibu dan Tak Kunjung Dikembalikan

16 Mei 2021
child sex tourism pelecehan anak mojok

Child Sex Tourism, Fenomena Bejat yang Luput dari Perhatian Media Indonesia

8 Agustus 2020
indomie

Menobatkan Diri Sebagai Penyuka Indomie Itu Tidak Sulit

2 Agustus 2019
Romantisasi Bioskop Era 2000-an: Tiket Manual dan Promo Nonton Hemat Tiap Senin terminal mojok.co

Romantisasi Bioskop Era 2000-an: Tiket Manual dan Promo Nonton Hemat Tiap Senin

29 Oktober 2020
Rindu Acara Radio yang Fasilitasi Galau dan Patah Hati para Remaja terminal mojok.co

Rindu Acara Radio yang Fasilitasi Galau dan Patah Hati para Remaja

2 Februari 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.