Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Sejarah di Balik Cita Rasa Manis Makanan Jawa

Riyannanda Marwanto oleh Riyannanda Marwanto
18 September 2020
A A
nasi goreng di jogja pakem wonosari tegal jawa timur ciri khas mojok.co

nasi goreng di jogja pakem wonosari tegal jawa timur ciri khas mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Banyak orang yang beranggapan bahwa rasa makanan di daerah Jawa didominasi oleh rasa manis, terutama makanan khas Yogyakarta. Banyak makanan khas Yogyakarta yang rasanya sangat manis, baik berupa cemilan maupun lauk-pauk. Bahkan ada beberapa orang yang menganggap bahwa rasa manis masakan gudeg sama dengan rasa manis minuman kolak.

Sebagai orang Jogja asli saya tidak kaget dan tersinggung dengan pernyataan seperti itu. Makanan khas dari daerah Jawa terutama Yogyakarta saya akui memang identik dengan rasa manis. Hal tersebut ternyata ada hubungannya dengan sejarah masa lalu. Makanan di Jawa identik dengan rasa manis merupakan salah satu dampak dari penjajahan Belanda pada masa lalu.

Semua berawal pada 1830 ketika Belanda menjajah Indonesia. Pada waktu itu, Gubernur Jenderal Van den Bosch memberlakukan sistem tanam paksa kepada rakyat pribumi nusantara. Sistem tanam paksa adalah suatu peraturan yang mengharuskan rakyat untuk menyisihkan sebagian tanah mereka untuk ditanami tanaman yang dianjurkan oleh pemerintah kolonial Belanda.

Tujuan dari diberlakukannya sistem tanam paksa ini adalah untuk mengisi kas pemerintah kolonial Belanda yang telah kosong. Kekosongan kas tersebut terjadi karena perang berkepanjangan melawan Pangeran Diponegoro dan pasukannya selama lima tahun (1825-1830). Perang tersebut juga dikenal dengan sebutan Perang Jawa.

Dalam hal keuangan, perang ini sangat merugikan pihak Belanda. Pemerintah kolonial Belanda harus menanggung kerugian materiil sebesar 20 juta gulden. Untuk mengganti kerugian yang dialami pihak Belanda, maka diberlakukanlah sistem tanam paksa untuk para pribumi.

Pada sistem tanam paksa ini, sebagian tanah milik rakyat pribumi sebesar 20% dipaksa untuk ditanami tanaman yang dianjurkan oleh pemerintah kolonial Belanda, contohnya seperti tebu, kopi, dan teh. Sedangkan bagi rakyat pribumi yang tidak memiliki tanah, maka akan dipaksa untuk bekerja di perkebunan milik Belanda selama 60 hari.

Setiap daerah dipaksa menanam tanaman yang berbeda-beda. Contohnya seperti daerah Jawa Barat, pemerintah kolonial Belanda pada waktu itu memaksa para petani di daerah Jawa Barat untuk menanam teh. Sedangkan di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, para petani dipaksa menanam tebu.

Saat sistem tanam paksa yang berlangsung selama sembilan tahun, 70% sawah yang ada di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur diubah menjadi perkebunan tebu. Agar hasil produksi maksimal, Belanda juga mendirikan ratusan pabrik gula di dua daerah tersebut.

Baca Juga:

Kalio Disangka Rendang Adalah “Dosa” Terbesar Orang Jawa di Rumah Makan Padang

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Bahkan Belanda juga mempekerjakan sebanyak satu juta petani dan 60 ribu buruh pabrik. Akibat sistem tanam paksa tersebut, rakyat pribumi di daerah Jawa mengalami kelaparan. Sebab, sudah tidak ada lagi lahan yang bisa digunakan untuk menghasilkan bahan pokok makanan.

Pada akhirnya orang Jawa pada masa itu tidak punya pilihan lain selain memakan tebu untuk bertahan hidup. Selain itu, semua olahan masakan orang Jawa pada masa itu juga menggunakan air perasan tebu. Hal tersebut berlangsung selama ratusan tahun, selama masa penjajahan Belanda.

Pada saat itu juga banyak rakyat berusaha membuat makanan yang tahan lama. Contoh paling mudah adalah gudeg. Oleh karena makanan yang tahan lama rata-rata cita rasanya manis, membuat rakyat pada saat itu menciptakan makanan yang manis agar bisa bertahan lama. Ya namanya masa kepepet, cita rasa nggak jadi prioritas, yang penting bisa makan dulu.

Bagi yang belum tahu, gula bisa dipakai untuk mengawetkan makanan. Gula menyerap cairan internal mikroba sehingga menyebabkan pertumbuhan mikroba jadi terhambat. Oleh karena itu, makanan jadi tidak cepat busuk.

Tapi, kalian jangan nyoba naburin gula ke nasi goreng apa gudeg biar makin awet. Diabetes nanti, Bos. Lagian ngapain juga naburin gula ke nasi goreng?

Keadaan tersebut berlangsung lama sehingga orang-orang Jawa menjadi sangat terbiasa dengan rasa manis sehingga makanan di Jawa selalu identik dan didominasi oleh rasa manis. Alhasil sampai saat ini makanan khas Jawa juga masih identik dan didominasi oleh rasa manis.

Ternyata penjajahan Belanda pada masa lalu juga berdampak terhadap cita rasa dan masakan di Indonesia. Jadi alasan makanan di daerah Jawa selalu identik dan didominasi oleh rasa manis bukan hanya karena takdir atau kebetulan, tetapi memang ada sebabnya.

BACA JUGA Pareidolia dan Dugaan Gambar Salib di Logo HUT RI dan tulisan lainnya dari Riyannanda Marwanto.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 18 September 2020 oleh

Tags: belandaJawaKulinerpenjajahanvoc
Riyannanda Marwanto

Riyannanda Marwanto

Mahasiswa

ArtikelTerkait

Usulan Varian Indomie Baru: Rasa Tajin Palappa Khas Situbondo terminal mojok.co

Usulan Varian Indomie Baru: Rasa Tajin Palappa Khas Situbondo

27 Februari 2021
Jogja 3 Kali Jadi Provinsi Termiskin di Jawa. Istimewa! (Unsplash)

Hebat! Jogja 3 Kali Jadi Provinsi Termiskin di Jawa! Wujud Konsistensi dari Daerah Paling Istimewa di Dunia

6 Juli 2024
Begini Rasanya Jadi Orang Batak Keturunan Jawa Berwajah Timur terminal mojok

Begini Rasanya Jadi Orang Batak Keturunan Jawa Berwajah Timur

23 Maret 2021
Lebaran Ketupat di Jawa: Momen Penghiburan untuk Arwah Anak-anak

Lebaran Ketupat di Jawa: Momen Penghiburan untuk Arwah Anak-anak

22 April 2023
Kue Khas Palembang yang Jarang Diketahui Orang dan Terancam Punah Terminal Mojok

Culture Shock Orang Jawa Nyobain Soto Ayam ala Palembang

13 Desember 2022
Residu Perang Bubat yang Banyak Dijadikan Alasan Menolak Pernikahan MOJOK.CO

Residu Perang Bubat yang Banyak Dijadikan Alasan Menolak Pernikahan

3 Agustus 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

13 Desember 2025
Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas Mojok.co

Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas

13 Desember 2025
3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

16 Desember 2025
Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025
Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur
  • Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper
  • Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang
  • Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal
  • Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah
  • Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.