Salah satu kewajiban petugas pemasyarakatan adalah melakukan pembinaan kepada narapidana. Hal itu mengharuskan petugas pemasyarakatan senantiasa berinteraksi dan bergaul dengan para napi guna membangun hubungan emosional yang baik. Sebab, kealpaan kondisi itu bisa menyebabkan proses pembinaan akan berjalan sulit.
Misalnya, tak jarang kami temui napi akan bermalas-malasan untuk mengikuti serangkaian pembinaan yang telah dibuat oleh lapas atau kadang mengabaikan perintah petugas. Jika dilihat dari latar belakang mereka, hal itu wajar karena sebagian besar dari mereka masuk lapas tanpa bekal perilaku baik. Sebaliknya mereka justru punya bekal kurang baik karena pernah meresahkan masyarakat.
Untuk membuatnya keluar dari zona nyaman yang keliru, tentu butuh proses yang panjang. Sebab itulah, petugas pemasyarakatan hadir mengambil peran sebagai pembina pelanggar hukum.
Demi membantu napi keluar dari zona nyaman yang keliru, tentu tak boleh menempuh jalan kekerasan: kirim bogem mentah, tempeleng kiri kanan, atau mengirim tendangan putar. Itu sudah bukan lagi zamannya. Selain melanggar, aksi itu hanya bisa menimbulkan rasa benci dan dendam bagi napi.
Maka, tak jarang kita dengar lewat pemberitaan tentang aksi kerusuhan di dalam lapas atau rutan disebabkan karena perlakuan seenaknya yang dilakukan petugas kepada napi. Tentu perlakuan yang tidak adil atau arogan semacam itu jika terakumulasi dalam jumlah yang besar akan menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja.
Apalagi hampir seluruh lapas dan rutan mengalami over kapasitas, jumlah napi tak sebanding dengan jumlah petugas sehingga, petugas akan sangat kewalahan jika kerusuhan sampai terjadi.
Sebab, salah satu cara yang paling efektif untuk membina napi bukan dengan jalan kekerasan, melainkan membangun hubungan emosional yang baik dengan mereka. Dan tentu, itu bisa diwujudkan lewat pergaulan.
Ada keseruan tersendiri ketika saya sebagai petugas pemasyarakatan menjalin pergaulan dengan napi. Lewat komunikasi yang dibangun, tak jarang kami memperoleh cerita-cerita melankolis: istri yang meninggalkan dan kabur bersama lelaki lain, masuk penjara karena ketidaksengajaan, atau terjebak kondisi keterpaksaan yang membuat mereka harus berakhir di penjara.
Dari pengalaman itu saya bisa menyimpulkan bahwa tak semua orang yang berada di lapas itu jahat. Ada juga yang murni karena kesialan di waktu yang tak tepat.
Selain itu, menjalin pergaulan dengan napi akan memberi banyak cerita menarik dan pelajaran berharga yang bisa kita petik dari pengalaman mereka. Misalnya, cara mengamankan kendaraan dari pencuri, lingkungan semacam apa yang sebaiknya kita hindari, atau bagaimana obat terlarang itu pindah dari satu tangan ke tangan yang lain, bahkan siapa saja pihak yang terlibat dalam peredaran narkoba itu bisa kita ketahui.
Nah, selain memperoleh banyak cerita dan pelajaran menarik, membangun keakraban lewat pergaulan juga akan lebih mudah menciptakan hubungan yang hangat antara narapidana dan petugas pemasyarakatan. Narapidana akan dengan senang hati mendengar dan mematuhi perintah petugas pemasyarakatan saat mereka diimbau untuk mengikuti proses pembinaan. Bukan misuh-misuh dan menjalani setiap program pembinaan dengan perasaan tak ikhlas.
Anda tahu sendiri kan, segala sesuatu yang tidak dilandasi keikhlasan tak akan berjalan mulus. Yang ada dalam kepalanya bukan bagaimana program pembinaan seperti kerohanian atau keterampilan bisa bermanfaat bagi dirinya. Namun, mereka hanya memikirkan kapan kegiatan menyebalkan ini segera berakhir.
Bukan hanya itu, hubungan hangat yang tercipta dari proses pergaulan juga akan terbawa hingga ke luar tembok penjara. Saya sendiri sering bertemu dengan mantan napi. Mereka tetap menaruh hormat, sama seperti saat mereka berada di dalam lapas.
Tak jarang, tanpa saya harapkan, mereka rela membayar bensin saya jika pertemuan itu berlangsung di pom bensin, rela membayar makanan saya jika bertemu di tempat makan, atau rela membantu saya jika dalam pertemuan itu saya sedang kesulitan.
Tentu keseruan dan hal baik lainnya hanya bisa diperoleh jika hubungan yang hangat antara petugas pemasyarakatan dan napi sudah terbangun. Namun, membangun hubungan lewat pergaulan juga tak semudah mengeluarkan upil dari lubang hidung.
Ada tantangan yang mesti dihadapi, seperti: godaan agar tak terpengaruh untuk membantu melancarkan aksi-aksi menyimpang, berusaha jeli untuk tidak terperangkap dan mudah percaya dengan tipu muslihat mereka, atau harus sabar menghadapi napi yang bengalnya minta ampun.
Namun, itulah tugas kami sebagai lembaga pemasyarakatan. Di balik semua itu setidaknya ada hikmah yang bisa kami dapatkan jika menjalaninya dengan benar dan ikhlas.
BACA JUGA Bukan Ajang Pamer, #Favoritebookchallenge Itu Usaha Menebar Gemar Membaca dan tulisan Munawir Mandjo lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.