Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Jangan Kira Aktivitas Agama Hanya Seputar Ritual Syariat

Aly Reza oleh Aly Reza
11 September 2020
A A
ngatur-ngatur tuhan ritual agam islam mojok.co

Siapa Kita Kok Ngatur-Ngatur Tuhan?

Share on FacebookShare on Twitter

Usai sowan ke kediaman Kiai Basori, sekitar pukul 21.00 Kang Amin disertai Kang Salim dan Misbah berencana ngopi dulu di angkringan sebelah pesantren Kiai Basori.

“Karena kalian masih lajang, nggak mungkin tho ada yang nyariin kalau jam segini belum pulang juga?” ledek Kang Amin. “Di sebelah pesantren ada angkringan. Kita ngopi-ngopi dulu lah di sana, saya yang traktir. Saya kok kangen sama suasana angkringan. Lama juga nggak makan sate keong.”

Tidak ada kata lain bagi Kang Salim dan Misbah selain mengiyakan ajakan dari Kang Amin. Terlebih ditraktir, wah sukar untuk menolak.

“Sampean itu gimana tho, Kang Amin. Hla wong bilangnya ngajak ngopi kok pesennya malah jahe susu,” gojlok Misbah manakala secangkir jahe susu panas dihidangkan kepada Kang Amin. “Ngopi itu pesennya ya kopi dong, Kang. Kalau pesennya jahe susu, namanya bukan ngopi, tapi ngejahe susu. Kalau pesennya es teh kayak Kang Salim, itu namanya juga ngeteh, bukan ngopi lagi.”

“Lah emangnya teh, jahe susu, sirup, dan menu-menu lain yang tersedia itu nggak termasuk dalam ruang lingkup ngopi apa, Mis?” Sangkal Kang Amin. “Gampangnya gini. Coba kamu perhatikan warung kopi di mana pun. Dari papan tulisannya saja sudah warung kopi, harusnya dia hanya menyediakan kopi, tho. Tapi selain kopi, di dalamnya kok malah menyediakan teh, sirup, jehe, susu, dan macem-macem. Hayooo.”

“Dengan kata lain, kalau pakai logikamu, Mis, itu papannya harus diubah. Tajuknya jangan cuma warung kopi, tapi juga warung teh, susu, jahe, sirup, dan lain-lain. Jadinya kan bukan papan nama lagi, Mis. Tapi papan menu,” celetuk Kang Salim setelah menghabiskan dua tusuk sate keong.

“Loh, tapi nyatanya warung soto lamongan menunya juga cuma soto, nggak ada rames, pecel, atau rawon?” Misbah belum mau menyerah.

“Tapi kan bukan berarti nggak ada es teh, es jeruk, kerupuk, gorengan, dan lain-lainnya, tho?” Kang Amin meladeninya dengan gaya sedikit tengil. Sementara Kang Salim kembali melahap satu tusuk lagi sate keong.

Baca Juga:

UIN Adalah Universitas Paling Nanggung: Menjadi Sumber Rasa Malu, Serba Salah, dan Tidak Pernah Dipahami

Saya Muslim, tapi Saya Enggan Tinggal Dekat Masjid dan Musala

“Artinya, menu yang ditawarkan di warung soto lamongan itu nggak cuma soto thok, titik, nggak ada es teh, jeruk, kerupuk, dan lain-lain. Tapi kenapa kok ada? Ya karena es teh dan kawan-kawannya itu juga bagian dari menu warung soto lamongan, Mis.” Lanjut Kang Amin. “Tapi kebanyakan kita menganggap antara es teh dan kawan-kawannya sebagai sesuatu yang sama sekali lain dari soto. Padahal mereka menu dalam satu warung bernama warung soto lamongan. Begitu juga menganggap jahe susu, teh, sirup, dan sate keong nggak termasuk ke dalam istilah ngopi atau bagian dari warung kopi.”

Merasa dirinya sudah tersudutkan, Misbah garuk-garuk kepala.

“Hmmm, kurang lebih seperti itulah realitas keberagamaan kita,” celetuk Kang Salim tiba-tiba.

“Loh, loh, loh. Kok bisa, Kang?” Misbah menanggapinya dengan mengernyitkan dahi. “Kita kan lagi ngomongin soal ngopi dan menu-menu di warung.”

“Agama sebenarnya menawarkan banyak menu sebagai media ibadah, mengabdikan di jalan Tuhan. Tapi kita menganggap, orang baru bisa disebut beragama itu ya cuma kalau salat, zakat, puasa, haji, dan ritual-ritual semacamnya,” terang Kang Salim. “Selama ini kita beranggapan kalau menu dalam agama itu ya cuma ritual syariat. Padahal, agama juga menyediakan banyak menu lain.”

“Gampangnya, buat disebut ngopi atau warung kopi, kopi emang harus tersedia. Tapi kan juga tetep harus ada menu-menu selain kopi. Terus pas kita bilang dari ngopi atau warung kopi, itu ya bukan semata karena pas di sana kita mesennya kopi. Pesen jahe susu juga sah untuk mengatakan kalau kita dari ngopi atau dari warung kopi,” sambung Kang Amin. “Begitu juga buat disebut beragama, ritual-ritual syariat jelas wajib terpenuhi. Tapi bukan berarti aktivitas lain di luar ritual syariat nggak sah untuk menyebut seseorang telah beragama.”

“Eh tapi, emangnya apa saja tho aktivitas di luar ritual syariat yang punya tendensi mendekatkan diri kepada Tuhan? Secara, yang namanya beragama itu kan berarti juga bersenyawa dengan Tuhan tho, Kang. Dan pemahaman saya selama ini, hanya dalam ritual syariat, katakanlah salat, kita bisa berdekat-dekatan dan menyatu dengan Tuhan.”

“Pernyataanmu itu menarik, Mis. Beragama berarti bersenyawa dengan Tuhan, nyawiji. Atau bisa juga beragama itu ya harus sekaligus bertuhan. Tapi sayangnya, banyak dari kita yang kadang kala cuma beragama, tapi nggak sampai bertuhan.”

“Kok bisa begitu, Kang? Yang namanya beragama itu ya otomatis bertuhan.”

“Tapi kenyataannya kan nggak gitu,” jawab Kang Salim sambil membolak-balik sate keong. “Beragama kalau sekadar beragama, hasilnya ya egoisme belaka. Salat cuma buat formalitas sebagai penganut agama. Nah, kalau bertuhan, itu artinya ada internalisasi aspek-aspek ilahiah yang kemudian lahir jadi ekspresi sosial dengan orientasi kemanfaatan dan kebaikan kolektif.”

“Mmm, mirip-mirip jargon, agama itu jangan cuma dianut dan dipeluk, tapi disebadani atau disejiwai. Kalau cuma dianut dan dipeluk, masih terasa banget Tuhan berada di luar diri kita,” imbuh Kang Amin. “Tapi kalau disebadani dan disejiwai, kita sudah menempatkan Tuhan dalam diri kita, nyawiji. Outputnya, nggak ada satu pun tindakan kita yang nggak atas dasar pengabdian diri di jalan Tuhan. Atau, nggak ada satu pun perbuatan kita yang bukan perbuatan agama. Itulah menu-menu lain di luar ritual syariat. Iya tho, Kang?”

Kang Salim mengangguk membenarkan, untuk kemudian berucap, “Poin pentingnya, beragama yang sekaligus bertuhan itu outputnya adalah ekspresi sosial dengan orientasi kemanfaatan dan kebaikan kolektif. Catat itu dulu.”

Setelah diam beberapa jenak, Kang Salim melanjutkan. “Nah, dengan begitu, apa kamu pikir mereka para ilmuwan yang bertahun-tahun meneliti virus, bakteri, mikroba, atau hukum-hukum alam seperti gravitasi dan lain-lain itu bukan termasuk menu atau aktivitas agama? Kamu pikir, mencari nafkah untuk menghidupi keluarga itu bukan menu atau aktivitas agama? Atau lebih gampang lagi, sebagai muslim, apa pun yang kita kerjakan, selama itu diniatkan untuk mengabdikan diri kepada Gusti Allah dan mengandung kemanfaatan atau kebaikan bagi masyarakat banyak, maka itu sah disebut sebagai kegiatan keagamaan.”

“Jadi agak mengherankan ya, Kang, kalau kemudian ada orang yang merasa paling religius, paling beragama, hanya karena dia terlihat rajin mengerjakan ritual-ritual,” Kang Amin menimpali. “Padahal, para ilmuwan yang bekerja di lab atau kuli bangunan itu juga termasuk dalam kategori perbuatan religius.”

“Mantap!” Kang Salim menyambut argumen Kang Amin dengan dua jempol. “Rajin salat kalau masih suka nyakitin orang lain ya tetep belum bisa disebut religius sebenernya.”

“Kalau masih bingung, begini saja, Mis. Jika kamu belum pernah minum kopi, lantas bagaimana bisa kamu menceritakan kepada saya kalau kopi itu enak? Kamu bisa bercerita kalau kamu sudah pernah meminumnya,” ujar Kang Salim kepada Misbah.

“Hash, saya malah makin bingung!” Jawab Misbah sambil menjambak rambutnya sendiri.

Diolah dari penjelasan Syekh M. Nursamad Kamba dan Sujiwo Tejo

BACA JUGA Model Dakwah ala Kultum Pemuda Tersesat Sudah Ada Sejak Zaman Rasulullah dan tulisan Aly Reza lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 11 September 2020 oleh

Tags: beragamaislamkhotbahreligiusritual
Aly Reza

Aly Reza

Muchamad Aly Reza, kelahiran Rembang, Jawa Tengah. Penulis lepas. Bisa disapa di IG: aly_reza16 atau Email: [email protected]

ArtikelTerkait

Jurusan Studi Agama-agama, Jurusan yang Sukses Bikin Saya Pusing

Jurusan Studi Agama-agama, Jurusan yang Sukses Bikin Saya Pusing

1 Juli 2024
mati, surga, dan neraka MOJOK

Mati Rasa pada Surga dan Neraka

3 Juli 2020
Kalian Bisa Bohong pada Siapa Saja, tapi Tidak pada Big Data

Kalian Bisa Bohong pada Siapa Saja, tapi Tidak pada Big Data

7 Maret 2020
sehebat-hebatnya hrs gus nur jauh lebih dahsyat terminal mojok

Sehebat-hebatnya HRS, Masih Lebih Hebat Gus Nur

3 Desember 2020
intoleransi

Intoleransi dan Betapa Ngerinya Ujaran Kebencian

3 September 2019
Sudah Nanggung, UIN Bikin Mahasiswa Menanggung Malu Pula (Unsplash)

UIN Adalah Universitas Paling Nanggung: Menjadi Sumber Rasa Malu, Serba Salah, dan Tidak Pernah Dipahami

16 November 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.