Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Bukan di Tuban atau Bawean, Makam Asli Sunan Bonang Itu di Bonang, Lasem, Jawa Tengah

Aly Reza oleh Aly Reza
5 Agustus 2020
A A
Bukan di Tuban atau Bawean, Makam Asli Sunan Bonang Itu di Bonang, Lasem, Jawa Tengah MOJOK.CO

Bukan di Tuban atau Bawean, Makam Asli Sunan Bonang Itu di Bonang, Lasem, Jawa Tengah MOJOK.CO

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa hari jelang Idul Adha, saya sowan ke kediaman seorang juru kunci situs-situs peninggalan Sunan Bonang. Tepatnya di Desa Bonang, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Pertama, saya berniat menanyakan perihal pelaksanaan penjamasan (pemandian) Bende Becak yang tiap tahunnya rutin digelar pas momen Idul Adha.

Tapi tahun ini, karena kepentok pandemi, saya mencoba mengonfirmasi apakah tradisi tersebut bakal tetep digelar. Oh ya, beberapa kalian pasti ada yang belum pernah denger apa itu penjamasan Bende Becak. Lain waktu coba saya tuliskan sejian khusus yang membahas tentang tradisi masyarakat Bonang, Lasem, terebut.

Untuk kesempatan kali ini, saya mau bicara soal perdebatan tentang makam Sunan Bonang yang berjumlah lebih dari satu dan tersebar di beberapa daerah. Itulah alasaan kedua saya berniat sowan ke kediaman juru kunci. Mencoba menggali data-data pendukung tentang Sunan Bonang dan tradisi-tradisi peninggalannya di dataran Lasem untuk merampungkan penelitian saya (kalau boleh saya sebut begitu).

Sayangnya, sore itu juru kunci masih belum berkenan ditemui kerena beberapa hal yang sifatnya privat. Sebagai gantinya, beliau meminta abdi dalemnya—namanya Kang Lukman—untuk menemani saya diskusi tipis-tipis.

“Asal saya tahu, pasti saya jawab, Mas.” Sambut Kang Lukman hangat. “Sebab ya data saya ini minim. Lebih banyak dari cerita tutur simbah-simbah daripada buku-buku penelitian akademik.”

Bentar, sebelum masuk ke pokok diskusi kami, saya mau nulis curhatan dari Kang Lukman dulu, ya, mohon izin. Soalnya ini penting saya utarakan. Jadi, Kang Lukman itu sebenernya nggak berlatar belakang akademisi. Dia hanya warga biasa. Tapi karena sering diminta juru kunci untuk menemani tamu, dia punya kesadaran kalau harus belajar.

“Ya biar saya juga tahu sejarah versi akademiknya gitu, Mas. Jadi kalau diajak diskusi nyambung,” begitu alasannya. “Ada sih, Mas, sejarawan di sini. Punya banyak literatur tentang Sunan Bonang, Tapi ya gitu, saya nggak dibolehin pinjem buku-bukunya. Fotokopi aja nggak dibolehin og.”

Temen-temen, kalau sudah jadi akademisi atau peneliti profesional, jangan gitu, ya. Hla kalau riset aja butuh sumber warga lokal kayak Kang Lukman ini, kok, giliran pas warga tersebut mau belajar dari kalian malah diacuhkan. Catat itu.

Baca Juga:

Makam Wali Songo Terlalu Banyak Kotak Amal, Merusak Kesakralan Tempat Ziarah

Adipati Wirabraja dan Adipati Wiranegara, Inisiator Islamisasi Lasem yang Terlupakan

Oke, sekarang kita masuk ke pertanyaan besarnya, “Sebenernya di mana tho, makam Sunan Bonang yang asli?”

Kalau kalian pernah baca buku-buku tentang kisah Wali Songo disebutkan bahwa ketika Sunan Bonang wafat, beliau diisukan dimakamkan di Tuban, Jawa Timur karena beliau wafat di sana dalam perjalanan dakwah. Kemudian, jasadnya dipindah para santrinya ke Pulau Bawean.

Versi lain menyebut sebaliknya. Masih simpang siur, tho. Tapi nama Bonang, Lasem, nggak pernah disebut ke daftar perdebatan tersebut. Padahal di Bonang, Lasem, juga terdapat makam dan peninggalan beliau. Bahkan lebih banyak dari yang bisa ditemukan di Tuban dan Bawean.

Kang Lukman bertutur, bahwa yang asli adalah di Bonang, Lasem. Dengan beberapa argumen yang saya sederhanakan sebagai berikut:

Pertama, dalam tradisi orang-orang zaman dulu—dengan logika sederhana—seseorang itu dikebumikan di daerah terkahir tempat dia berkiprah. Dalam konteksi ini, berarti yang paling autentik adalah Bonang, Lasem. Nama Sunan Bonang sendiri kan emang diambil dari nama daerah dakwah beliau, yakni di Bonang, Lasem, itu. Sebab kalau mau dikebumikan di tempat asalanya, harusnya Sunan Bonang dimakamkan di Surabaya, karena beliau lahir di sana.

Tapi memulangkan jenazah ke tempat asal yang notebane sangat jauh—karena dulu kalau nggak menempuh jalur laut ya jalur darat pakai kuda—dan itu membutuhkan waktu berhari-hari. Sementara para santri beliau pasti paham, bahwa dalam Islam, menguburkan jenazah itu harus disegerakan. Atau kalau pakai logika goblok-goblokan, menempuh perjalanan sejauh itu malah keburu jasadnya membusuk. Terlepas keramat beliau sebagai wali, ya.

Bangunan penutup makam Sunan Bonang

Asumsi ini diperkuat dengan fakta-fakta serupa yang terjadi di kalangan Wali Songo. Misalnya saja, Sunan Kudus yang asli Timur Tengah itu dimakamkan di Kudus, Jawa Tengah sebagai basis dakwahnya. Sunan Ampel yang dimakamkan di Ampel, Surabaya, sebagai tempat beliau bermukim, alih-alih dipulangkan ke tempat asalnya; Campa. Sunan Gresik yang dimakamkan di Gresik, Jawa Timur, dan seterusnya.

Kedua, menguatkan argumen pertama; bahwa Bonang, Lasem, adalah basis terakhir dakwah Sunan Bonang. Hal ini terbukti dengan adanya jejak bangunan yang disinyalir adalah pesantren Sunan Bonang. Nggak jauh dari area bekas pesantren, terdapat juga masjid Maulana Makdum Ibrahim yang konon dibangun oleh Sunan Bonang. Ini menunjukkan bahwa setelah tiba di Bonang, Lasem, Sunan Bonang menggunakan sistem dakwah terpusat dengan membina sebuah pesantren. Bukan dengan cara berkelana dari satu tempat ke tempat lain.

Dikuatkan juga dengan fakta bahwa Sunan Bonang akhirnya melabuhkan pilihan ke Lasem itu bukan atas pilihannya sendiri. Tapi diminta oleh karibnya selama mengaji di Sunan Ampel yang kemudian juga jadi kakak iparnya. Yaitu Raden Adipati Wiranegara yang menikahi kakak perempuan Sunan Bonang, bernama Nyi Ageng Malokah. Makam Nyi Ageng Malokah terletak di Desa Caruban, Lasem. Sementara Makam Adipati Wiranegara berada di Desa Sriombo, Lasem.

Bangunan bekas pesantren Sunan Bonang

Belum lagi peninggalan-peninggalan arkeologis Sunan Bonang di wilayah Lasem. Termasuk salah satunya adalah Bende Becak yang saya singgung di atas. Bende Becak ini adalah gong kecil yang berdasarkan cerita tutur yang diperoleh Kang Lukman, dulunya digunakan Sunan Bonang untuk menandai waktu ngaji, jamaah, atau untuk membangunkan para santri dari tidurnya.

Juga tradisi-tradisi khas Sunan Bonang. Satu saja contohnya adalah tradisi ngliweti pari yang dalam struktrur doanya—pernah saya analisis. Kapan-kapan saya tulis sajian khususnya juga deh insyaallah—mengandung unsur-unsur sastra profetik khas Sunan Bonang. Kita tahu bahwa kekuatan dakwah Sunan Bonang itu ada di sastra dan kesenian. Salah satu karya sastranya yang monumental; tembang “Tombo Ati”.

Lalu bagaimana dengan makam di Tuban dan di Bawean? Santri-santri beliau di pesantren Bonang, Lasem, yang berasal dari dua daerah tersebut hanya diperkenankan membawa tanah makam Sunan Bonang—ada yang menyebut potongan kain kafan—yang kemudian dibuat seolah-olah jadi makam dengan niat ngalap berkah Sunan Bonang untuk daerah mereka.

Sumber gambar: Wikimedia Commons.

BACA JUGA Tak Bolehkah Saya Ikut Kurban Meski Hanya Mampu Kurban Ayam, Gus? dan tulisan Aly Reza lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 5 Agustus 2020 oleh

Tags: makam sunan bonangsunan bonangwali songo
Aly Reza

Aly Reza

Muchamad Aly Reza, kelahiran Rembang, Jawa Tengah. Penulis lepas. Bisa disapa di IG: aly_reza16 atau Email: [email protected]

ArtikelTerkait

kudus

Hikayat Orang Kudus yang Tidak Makan Sapi dan Orang Lamongan yang Tidak Makan Lele

5 Agustus 2019
tebuireng dipati wirabraja islamisasi lasem pondok pesantren ngajio sampek mati mojok

Adipati Wirabraja dan Adipati Wiranegara, Inisiator Islamisasi Lasem yang Terlupakan

23 September 2020
Makam Wali Songo Terlalu Banyak Kotak Amal, Merusak Pemandangan dan Kekhusyukan Saat Ziarah Mojok.co

Makam Wali Songo Terlalu Banyak Kotak Amal, Merusak Kesakralan Tempat Ziarah

9 Agustus 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.