Masih di pagi yang sama dengan kemarin, Si Doel Anak Sekolahan episode 16 ini memperlihatkan Doel yang belum kelar juga mengecek kerusakan opelet. Ada Mandra dan Sarah yang menemaninya. Sarah mengungkapkan maksud kedatangannya hari ini untuk mengajak Doel ke rumah Zaenab. Mau menjenguk gitu, kan Zaenab lagi sakit. Doel hanya menanggapinya biasa. Dia cuma bilang mau menyelesaikan urusan opelet dulu nanti baru ke rumah Zaenab bersama Sarah.
Sementara di halaman belakang rumah, Mak Nyak lagi mencoba menenangkan Nyak Rodiyah yang habis bertengkar dengan Engkong Ali. Pembicaraan mereka disela oleh Mas Karyo yang berniat untuk meminjam lagi uang kontrakan rumah yang barusan dia bayarkan. Mas Karyo cerita dia butuh uangnya untuk ongkos pulang ke Jawa karena harus hadir memenuhi panggilan pengadilan agama. Sopiyah minta cerai, begitu katanya.
Mak Nyak bilang uang kontrakannya bakalan dipakai untuk belanja mengisi warung jadi Mak Nyak tidak bisa meminjamkan.
“Lha iya, si Sopiyah itu nggak pernah kirim kabar. Sekalinya kirim surat kok ya minta cerai,” kata Mas Karyo.
“Sama ama gue dong. Gue juga mau minta bercerai,” kata Nyak Rodiyah, “emang ngapa bini lu minta cerai?”
“Ya, nggak tahu.”
“Nggak tahu begimana sik? Perempuan mah tiap minta bercerai ada salahnya, ada sebabnya!”
“Lha ya itu lho, Mak Tua. Saya itu nggak tahu sebab musababnya. Lha kok tahu-tahu istri saya itu minta cerai.”
“Ah, masa iya lu nggak tau sebab musababnya? Lu nggak tahu nengokin dia kali!”
“Lho, lah yo pernah.”
“Kapan? Gue lihat lu saban hari nongkrong di sini!”
“Lha, saya ini kan merantau toh, Mak Tua. Ya mesti setahun sekali saya harus pulang.”
“Setahun sekali? Emang bini lu kuburan?!”
“Namanya orang merantau….”
Saat itu Mandra nongol nimbrung. Dia mengajak Mas Karyo untuk bantuin Doel betulin opelet. Mas Karyo menceritakan ulang apa yang sedang terjadi. Dia lagi sedih dan bingung.
“Emang ngapa lu sedih?” tanya Mandra.
“Bininya minta cerai!” sahut Nyak Rodiyah.
“Wah, bener Mas?”
“Iya,” jawab Mas Karyo.
“Palingan itu karena lu kagak pernah ngirimin duit kali!”
“Boro-boro ngirimin duit, dia aja pulangnya setahun sekali!” sahut Nyak Rodiyah lagi.
“Ya, ampun. Kasian amat tuh bini. Lha bisa karatan itu,” kata Mandra.
“Makanya kalo punya bini jangan dianggurin! Setrikaan aja kalo dianggurin berkerak! Apalagi bini!” Nyak Rodiyah ini kok terkesan semicurhat ya?
Mak Nyak lalu menegaskan ke Mas Karyo bahwa dia tidak bisa meminjamkan uangnya. Mas Karyo semakin bingung. Apalagi nggak lama setelah itu Akang Karedit datang. Duh, katjaw!
Mas Karyo masuk ke rumah kontrakannya dan membangunkan Pak Bendot untuk pinjam uang. Pak Bendot yang sudah ngantuk maksimal tidak bangun-bangun juga, Mas Karyo nekat merogoh kantong Pak Bendot dan menemukan uang. Segera saja uang itu dibawa Mas Karyo ke depan untuk dibayarkan ke Akang Karedit.
Mas Karyo juga menceritakan tentang surat panggilan dari pengadilan agama itu ke Akang Karedit. Melihat wajah Mas Karyo yang memelas, Akang Karedit jadi kasihan. Uang yang tadinya dibayarkan akhirnya dikembalikan lagi oleh Akang Karedit, biar buat ongkos pulang ke Jawa saja, katanya.
Sarah mendengar semua percakapan ini. Saat Akang Karedit sudah pamit, Sarah mendekati Mas Karyo. Sarah lalu memberi uang tujuh puluh ribu pada Mas Karyo buat ongkos pulang. Mas Karyo semringah lalu pamitan mandi.
Tak lama, Pak Bendot bangun dan sadar uangnya hilang. Wah, ciloko tenan! Itu uang sembilan belas ribu berharga banget buat Pak Bendot. Sisa tabungan tahun kemarin, katanya. Pak Bendot mencari uangnya di sekitar rumah, siapa tahu uangnya jatuh. Tapi tidak ketemu juga. Sampai Mandra bilang kalau tadi dia lihat uang sembilan belas ribu yang pecahannya ribuan semua dan udah pada lecek dipakai oleh Mas Karyo buat bayar kredit. Pak Bendot emosi jadinya.
“Wah, Karyo ki. Uang diambil, anak diambil.” Marahin aja, Pak!
Sarah yang merasa kelamaan nungguin Doel betulin opelet menawarkan diri mengantar Mak Nyak dan Nyak Rodiyah ke pasar. Tapi dia bilang ke Doel kalau nanti sepulangnya dari pasar, Doel harus ikut menemani Sarah ke rumah Zaenab. Belum sempat Sarah berangkat mengantar Mak Nyak ke pasar, eh Sita datang.
Sita meminta Doel datang ke rumahnya karena Raka sedang sakit. Raka demam dan memanggil nama Doel terus, katanya. Sarah langsung merasa kecewa mendengar cerita Sita apalagi Doel menyetujui untuk ikut Sita menengok Raka.
Doel bersiap-siap untuk ikut berangkat ke rumah Sita saat Mandra juga sudah kelar mandi dan dandan. Seperti yang udah dibilang di Si Doel Anak Sekolahan episode 15 kemarin, Mandra memang punya niatan untuk mendatangi Ambar, gebetan barunya. Niatnya ya pinjam motor Doel, tapi oh tapi, motornya malah dibawa oleh Doel ke rumah Sita. Doel beralasan kalau dia ikut Sita dengan mobilnya, nanti akan merepotkan saat mau pulang.
Jadilah Si Doel Anak Sekolahan episode 16 ini ditutup dengan Mandra ngamuk. Ngomel-ngomel sampai akhirnya nangis duduk di teras rumah.
“Mau pacaran aja susah banget! Saudara kagak, orang tua kagak mbelain! Percuma gua mah ini hidup juga! Sial melulu gua mah!”
Sabar, Bang. Sabar.
Daftar sinopsis sebelumnya: Si Doel Anak Sekolahan musim 1, Si Doel Anak Sekolahan musim 2, dan Si Doel Anak Sekolahan musim 3.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.