Kumis dan jenggot adalah salah satu ciri yang menempel pada laki-laki. Namun, tidak semua laki-laki mempunyai keduanya entah itu karena faktor keturunan atau kesalahan makanan. Di Indonesia tidak masalah jika di wajah kita tidak tumbuh jenggot dan kumis. Berbeda cerita jika hal itu terjadi di Iran.
Iya Iran di Timur Tengah itu yang menjadi musuh Amerika. Gini-gini juga saya pernah hidup di negeri Persia walau cuma numpang tidur. Jangan mikir saya ke sana untuk ikut berperang melawan Amerika seperti sangkaan teman-teman saya. Saya di sana berperang, tapi melawan kebodohan diri. Walaupun faktanya sampai saat ini kebodohan saya masih menunjukkan angka yang signifikan.
Di sini saya hanya ingin berbagi pengalaman dengan pembaca menjadi seorang Indonesia yang klimis di tengah-tengah masyarakat Iran. Postur sudah imut tanpa kumis dan jenggot pula, wah itu bisa dianggap aneh dan menimbulkan bencana bagi diri. Benar-benar suatu kesalahan yang tidak bisa dimaafkan.
Bagaimana tidak, saya belum pernah menemukan laki-laki dewasa Iran yang tidak memiliki bulu kelaki-lakian di wajahnya. Walaupun mereka tidak memanjangkannya, tetapi tetap saja bulu-bulu itu terlihat tumbuh yang menjadi simbol kejantanan. Intinya, sangat tidak lazim di masyarakat Iran jika ada laki-laki dewasa tidak mempunyai bulu di wajah baik itu kumis, jenggot atau jambang.
Setidaknya, ada beberapa kerugian yang menimpa kita jika tidak berjenggot dan berkumis di Iran. Saya akan ceritakan kerugian tersebut di bawah.
Akan selalu dikira anak yang belum akil baligh
Seringkali, ketika saya berpapasan dengan orang baru mereka mengawali obrolan dengan berkata “Baceh kujai?” yang berarti kamu anak atau bocah mana?
Dalam hati kadang saya merasa jengkel juga. Masa saya masih dipanggil bocah. Padahal, umur sudah mencapai seperempat abad lebih. Tak tahu dia jika saya sudah merasakan pahit getirnya hidup. Karena kejadian itu pula saya jadi tahu kalau kata “bocah” di bahasa Indonesia itu diambil dari kata “baceh” dalam bahasa Persia. Artinya pun sama.
Status kejantanan kita akan diragukan
Di Iran, tak perlu marah jika mereka bercanda dengan laki-laki tak berkumis dan berjenggot dengan menyindir status kelaki-lakian kita. Pernah saya suatu waktu terlibat obrolan intim dengan teman pria Iran. Dia bertanya, “Apakah kamu sudah pernah mimpi basah?”. Benar-benar sebuah pertanyaan kurang ajar yang meruntuhkan harga diri seorang laki-laki dewasa seperti saya.
Saya yang merasa terhina dengan pertanyaan tersebut menjawab, “Kalau kamu perlu bukti carikan cewek Persia yang cantik sekarang juga, senjata saya pasti bekerja”. Tentunya harus melalui proses nikah dulu ya gaes. Saya lanjut menimpali, “Ukuran boleh beda tapi fungsi tetap sama”. Belum tahu dia istilah kecil-kecil cabe rawit.
Dikira gay
Jujur, ini yang paling mengerikan. Katanya, orang tak berjenggot dan berkumis akan menjadi sasaran empuk para gay. Iya gay, laki-laki yang menyukai laki-laki. Sebagian pembaca mungkin heran, kok bisa di negara yang mendeklarasikan diri sebagai Republik Islam Iran ada gay. Secara ada embel-embel Islamnya di sana.
Perlu diketahui, orientasi seksual tidak mengenal agama dan suku ya. Di Arab atau di belahan bumi mana pun, fenomena seperti ini pasti ada. Tapi sebelum lanjut, mohon dipahami bahwa tulisan ini nggak mendiskreditkan para gay. Ini hanya fenomena dari para oknum yang kebetulan sikapnya nggak menyenangkan.
Saya tidak bermaksud menakut-nakuti pria tak berkumis dan berjenggot yang ingin ke Iran, tetapi ini berdasarkan pengalaman saya sendiri. Saat perayaan nowruz atau tahun baru Persia, saya berkunjung ke kota Isfahan. Saat itu, saya tiba di terminal Isfahan pukul 2 dini hari. Keadaan di terminal cukup sepi karena sudah tidak ada pemberangkatan.
Ketika saya duduk, saya dihampiri oleh seorang lelaki yang belum terlalu tua. Setelah beberapa saat berbasa-basi, dia mengajak saya untuk beristirahat sampai subuh tiba. Saya yang tidak menaruh curiga apapun menyetujuinya. Kami pergi ke belakang terminal mencari tempat yang nyaman.
Akhirnya, kami menemukan tempat sepi untuk merebahkan diri. Ketika saya siap-siap untuk memejamkan mata, saya dipeluk dari belakang dan ia mencoba untuk melampiaskan nafsunya. Saya yang terkejut karena ada serangan tiba-tiba langsung berontak dan lari terbirit-birit mencari keramaian.
Oh my God, saya tak percaya hampir menjadi korban pemerkosaan di negeri orang. Sampai sekarang, kalau keingetan masalah itu rasanya masih ngeri juga.
Setelah saya kembali ke Tehran, saya menceritakan kejadian tersebut kepada Kang Sugiri, salah seorang mahasiswa senior. Bukannya prihatin, dia malah tertawa terbahak-bahak seakan sedang mendengar acara komedi di TV. Dia lantas berujar, “Ya itu salahmu”. “Lha kok malah aku yang disalahkan kang?” saya balik bertanya. Ia menjawab “Iya itu karena kamu tidak berkumis dan berjenggot alias klimis. Tipe-tipe kayak kamu gitu idaman para gay”.
Tahu kayak gitu, sebelum ke Iran saya bela-belain beli minyak penumbuh bulu Wak Doyok yang terkenal ampuh. Tanpa kumis dan jenggot sangat menyiksa lahir dan batin. Jadi, tolong teman-teman yang tidak mempunyai kumis dan jenggot berpikirlah seribu kali jika hendak pergi ke Iran.
BACA JUGA 13 Film Iran yang Recommended buat Bikin Emosi Naik Turun.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.